Minggu, 09 Maret 2008

Renungan: Selamat Datang Pak Kaji

Dialog Juma’t
SELAMAT DATANG PAK KAJI




Para jamaah haji (pak Kaji dan bu Kaji) telah berdatangan ke tanah air. Secercah wajah cerah begitu nampak. Inilah modal awal untuk menapak kembali hari-hari baru yang lebih jernih, lebih bersih, dan lebih berkualitas.
Rasa lega terasakan dalam diri hujjaj (para haji). Betapa tidak mereka merasa telah melakukan pembersihan total terhadap diri mereka yang sebelumnya dirasakan “belepotran” karena debu-debu dosa. Inilah masa pembersihan sebersih-bersihnya yang membuat lega batin setiap orang yang mampu melakukan pembersihan itu sendiri. Apalagi bagi Hujjaj yang proses pembersihannya saja harus mengeluarkan seluruh potensi diri berupa harta, tenaga, pikiran dan yang terpenting adalah kehadiran hati nurani. Setelah melaksanakan amal ibadah haji mereka merasa plong dan merakan bahwa beribadah pun menjadi ringan.
Tetapi yang harus diperhatikan adalah nilai kebersihan diri dan rasa ringan untuk beribadah itu akan mendapatkan cobaan di belakang dan kemungkinan akan terpeleset jika tidak mampu mengendalikan diri dengan baik. Dengan demikian hujjaj telah memperoleh tugas baru setelah pulang di kampung halaman mereka. Tugas yang berhimpit dengan cobaan, dan tuntutan yang harus diperhatikan. Berikut penjelasan tentang tugas, cobaan, dan tuntutan tersebut di atas secara singkat.
Haji merupakan panggilan Allah. Bagi seorang yang telah menunaikan panggilan Allah ia harus mampu dan mau melaksanakan tugas-tugas ilahiyah lainnya seperti zakat, puasa dan terutama tugas sosial sebagai warga dan untuk masyarakat. Tugas-tugas sosial ini manjadi ringan tatkala hujjaj diakui memperoleh haji mabrur, haji yang diterima. Berarti, ia akan melakukan aktifitas sosial dan spiritual dengan senang hati. Melaksanakan tugas-tugas agama sekaligus tugas sosial. Tugas lainnya adalah memberikan contoh bagaimana cara hidup yang baik sesuai dengan prilaku Rasulullah saw. yang telah dikunjungi (ziarahi)-nya. Dengan melihat makam, juga shalat, dan berdo’a di sisi makam nabi isyarat tugas-tugas dan prilaku Nabi seyogyanya telah merasuk (menginternal) menjadi bagian dalam hidupnya. Sebagai haji mestinya berharap mempunyai derajat haji yang mabrur. Dan jika hajinya mabrur pasti mereka akan melakukan prilaku sesuai dengan tuntunan Nabinya. Prilakukanya merupakan cerminan bagi hatinya yang telah tercerahkan dan mengidolakan Nabi saw.
Tetapi jangan lupa, sebagai haji (pak Kaji dan bu Kaji) dihadapkan pada cobaan-cobaan. Cobaan apakah mereka akan tetap tangguh melaksanakan tugas-ugas agama dan berjuang untuk meninggikan kalimah Allah. Cobaan apakah mereka mampu untuk memberikan contoh tauladan bagi kaum Muslimin dan masyarakatnya. Cobaan apakah mereka akan mampu memperbaiki umat tampa membencinya walaupun masyarakatnya berbeda baju politik, oraganisasi, maupun beda ras dan golongan. Cobaan apakah ia akan mampu secara konsisten melaksanakan agama seperti tetap memakai pakaian islami atau pakaian muslimah. Apakah pak Kaji akan memakai celana pendek di atas lutut yang berarti membuka aurat ?. Apakah bu Kaji akan memakai rok mini, buka-bukaan sehingga membuat gejolak syahwat laki-laki terbakar tatkala menikmati tubuhnya. Bagi bu Kaji cobaan ini sering kita saksikan dilanggar. Sebagai contoh bagaimana para artis yang telah haji tetap membuka auratnya tatkala main sinetron ?. Memang para kaji wajib mengendalikan diri sehingga cobaan bisa dihalau dan kematangan spiritual bisa dimantapkan. Jika prilaku di atas yang diharapkan maka menjadi naif sekali jika pak kaji maupun bu kaji melakukan kemasiatan apalagi dosa-dopsa besar.
Pak Kaji dan bu Kaji juga mendapatkan tuntutan baru sebagai konsekwensi dari naiknya status sosial dirinya setelah haji. Ia setelah haji ditempatkan dalam posisi terhormat dan menjadi oanutan di masyarakat. Sebagai sosok panutan dan tokoh spiritual niscaya masyarakat juga akan memberikan rambu-rambu bagi diri hujjaj tersebut. Hujjaj atau pak Kaji dan bu Kaji menjadi sosok panutan yang setiap mata masyarakat akan menatap sejelas-jelasnya apa yang dilakukan mereka.
Jika hujjaj kita ini tetap memegang teguh agama dan moral maka masyarakat akan memuji dan menjadikannya sebagai idola, barometer kehidupan sosial-relejius bagi masyarakat. Tetapi jika ia melakukan sedikit saja kekeliruan, kesalahan, atau dosa-dosa maka muka masyarakat akan berbalik sinis sambil murka terhadap prilakunya. Kaji yang demikian akan mendapatkan sangsi tegas di masyarakat walaupun di masyarakat tertentu mungkin cendernung permisif dan belum melakukan hukuman yang tegas dan lugas. Itulah masyarakat yang semakin hari semakin cerdas dengan lingkungannya dan selalu siap melakukan kontrol sosial termasuk kepada pak Kaji dan bu Kaji.
Akhirnya, saya ucapkan “ selamat pak- Kaji, selamat bu Kaji, semoga memperoleh haji yang mabrur. Selamat”.

Tidak ada komentar: