MENGEMBALIKAN FITRAH MANUSIA
UNTUK KESEJAHTERAAN DAN KEDAMAIAN[*]
Oleh: Muhammad Roqib **
Banyak orang bertanya, mengapa umat Islam belum mampu membuktikan bahwa agamanya adalah rahmatan lil’alamin. Paling tidak pertanyaan ini muncul karena:
Negara kita dikenal sebagai negara Islam dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia ternyata dikenal sebagai negara korup dan kepemimpinannya masih jauh dari amanah untuk mensejahterakan rakyat.
Di lingkungan kita dalam lingkup yang lebih kecil juga mudah kita jumpai adanya ketimpangan sosial, pelanggaran moral dan ajaran Islam, padahal dalam kehidupan sehari-hari kita temukan simbul-simbul keagamaan dengan amat seperti masjid, bacaan al-Qur’an dan semacamnya, tetapi kenapa prilaku kita kontras dengan sibolnya?. Di sisi lain “kebencian” terhadap sesama juga menggejala sehingga pertikaian mudah sekali tersulut dan berkembang meskipun karena hal-hal kecil dan remeh. Kondisi seperti ini merata dari rakyat sampai pejabat dan wakil rakyat (DPR misalnya).
Berikut ini merupakan ringkasan khutbah Idul Fitri 1425 H yang kami sampaikan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan harapan kita menemukan kesadaran kolektif untuk membenahi negeri dan lingkungan kita dari diri sendiri, sini, dan kini. Tidak ada lagi alasan untuk menunda jika kita menginginkan kesejahteraan dan kedamaian.
Puasa pada dasarnya adalah latihan pengendalian diri agar kita mau dan mampu melakukan hal-hal positif ( ) untuk memperoleh ridla dan jannah (ketulusan batin dan lingkungan yang tentram) serta latihan pengendalian diri agar kita mau dan mampu menghindari hal-hal yang negatif ( ) sehingga kita mau dan mampu menghindari Syakhat dan naar ( kebencian dan kegerahan sosial). Puasa melatih diri agar disiplin untuk menuju titik sentral yaitu tipe manusia dewasa, ideal, dan paripurna ( ) karena diri kita terkontrol oleh nilai spiritual yang luhur.
Salat tarawih merupakan ibadah untuk melatih kita memanfaatkan momentum penting “bulan suci ramadhan” untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. setiap ada momen-momen penting dan strategis dalam kehidupan kita hendaknya kita manfaatkan untuk proses taqarrub, pendekatan diri kita kepada Allah Swt. Tarawih memberikan pesan agar kita mengembangkan cinta kebersamaan dan menanggalkan sifat egois. Kebersamaan (jama’ah) dalam salat Tarawih hendaknya mengejawantah dalam kehidupan sehari-hari.
Sahur dan berbuka mengilhami kita untuk mementingkan keteraturan dan keamanan jiwa-raga sehingga kesehatan kita tetap terjaga disamping usaha untuk dekat kepada-Nya dengan beribadah tetap dapat dilaksanakan dengan kualitas tinggi. Saat puasa kita dilatih untuk mampu dan mau memahami kondisi orang lain sehingga kita bisa tepo sliro, bijak dan adil terhadap diri dan lingkungan. Saat berbuka kita merasakan kegembiraan karena rasa haus dan lapar yang kita rasakan seharian telah sirna dan kesegaran tubuh kita tumbuh kembali, karena itu berikanlah makan dan minum kepada sesama agar kehidupan sosial kita bisa segar dan cerah penuh kegembiraan.
Zakat fitrah memberikan motivasi kepada kita agar kita mau dan mampu menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk kesetiakawanan, kebersamaan, dan kesejahteraan. Kepemilikan terhadap harta yang melimpah tidak selalu menjadikan kita bahagia tetapi yang selalu membuat kita bahagia adalah tatkala harta kita mampu memberikan rasa nyaman dan tentram pada diri dan lingkungan kita.
Pada saat Idul Fitri ini, kita disunnahkan untuk shalat dan membaca takbir yang berarti merayakan hari kemenangan itu diisi dengan pendekatan kepada Allah Swt dan bukan dengan pesta pora yang berakibat kita menjadi jauh pada Allah. Setelah shalat, kita bersilaturrahim kepada orang tua, saudara, famili, tetangga, dan kawan-kawan agar jalinan kepada Allah ( ) yang sudah baik bisa sumrambah ke hubungan yang baik pula dengan sesama manusia ( ). Bahkan bukan hanya dengan sesama manusia kita jalin ikatan kasih sayang, tetapi juga dengan semua ciptaan Allah Swt seperti hewan dan lingkungan lainnya. Ramah lingkungan merupakan hal penting yang perlu kita lakukan bersamaan dengan kebersihan hati dan jiwa kita di hari Raya idul Fitri ini.
Apabila pesan moral yang luhur ini kita laksanakan dengan baik niscaya negara dan lingkungan kita menjadi lingkungan yang Islami, dinamis, sejuk, dan damai. Suasana batin dan lingkungan seperti ini akan menjelaskan kepada dunia bahwa Islam itu rahmatan lil’alamin. Dengan pikiran, emosi, spritual yang cerdas akan menimbulkan prilaku sosial yang cerdas pula sehingga kedewasaan bersikap akan mengantarkan kita pada derajat insan kamil sesuai dengan uswah (contoh tauladan) Nabi Muhammad Saw.
Inilah jawaban kita terhadap pertanyaan di atas. Jawaban kita mulai dari diri sendiri ( ) agar kita menjadi manusia lebih berguna ( ) dan mampu mendesain lingkungan sosial-politik-dan ekonomi yang Islami di sini (lingkungan dan negeri ini) dan saat ini juga bisa kita lakukan secara bertahap dan kontinyu.
Upaya demikian berarti kita sedang berusaha untuk mengembalikan fitrah kita sendiri yang berguna untuk membangun kesadaran pribadi dan kolektif untuk mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian sejati di dunia dan akhirat.
Semoga Allah Swt memberikan taufiq, hidayah, inayah dan ridla-Nya kepada kita semua, Amiiin.
[*] Ringkasan Khuthbah Idul Fitri ini disampaikan pada 1 Syawal 1425 H di Masjid Darussalam Jl. Dongkelan Jogjakarta.
** Drs. Muhammad Roqib, M.Ag adalah Pembantu Ketua Bidang Akademik STAIN Purwokerto saat ini sedang menyelsaikan studi S-3 di UIN Jogjakarta.
Minggu, 09 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar