Minggu, 09 Maret 2008

Kontemplasi: Romadlan Waktu Pembersihan Diri

RAMADLAN : WAKTU PEMEBRSIHAN DIRI
Oleh. Muhammad Roqib


Kehadiran bulan suci Ramadlan adalah tahunan, dalam arti setiap tahun bulan Ramadlan pasti datang (kecuali apabila kiamat telah tiba). Banyak orang yang menanggapi dengan variasi masing0masing. Keadaan ini menunjukkan adanya heteroginitas nilai keimanan masyarakat kita.
Pertama, bagi orang yang tidak memiliki sinar tauhid di hatinya bulan ini tidak ubahnya dengan bulan-bulan yang lain. Bulan ini akan berjalan begitu saja tanpa ada proses apa pun apalagi proses pendewasaan dan pencerdasan nilai relegiusnya. Bahkan bisa jadi ia melakukan perbuatan yang mengganggu kekhusukan ibadah puasa.
Kedua, mereka yang kurang mempehatikan keistimewaas bulan ini tiada lain karena ia belum mengetahui persis apa kelebihan dari bulan ini. Bagi mereka, bulan ini adalah bulan di mana ada kewajiban puasa, katanya Qur’an diturunkan, ada malam lailatul qadar, dan shalat tarawih. Tapi makna dari sekian deret amalan yang ada itu ? Bukankah itu biasa-biasa saja ?. Ya puasa kan juga bisa di luar bulan Ramadlan, apa pentingnya memperingati hari besar, tanpa hari besar kita membuat peringatan kan juga bisa seperti hari ulang tahun, hari jadi, dan lain-lain.
Ketiga, mereka yang menganggap bulan Ramadlan sebagai bulan suci tetapi yang ada dalam hatinya adalah protes social disertai dengan kemalasan dia melaksanakan ibadah-ibadah Ramadlan. Protes social yang mereka kemukakan misalnya terkait dengan menu acara TV yang selama ini ia nikmati. Baginya acara khusus Ramadlan merupakan “dagelan” yang bernilai bisnis besar. Para artis yang ditampilkan bermain peran seperti agamawan, Kyai, atau ustadz-untadzah dari sisi pembicaraan dan pakaian. Tetapi mengaa ucapan dan pakaian yang mereka pakai sedikitpun tidak berbekan atau minimal terlihat tatkala sang artis bermain peran dalam sinetron ?. Apakah acara keagamaan ini juga bagian dari permainan peran yang sedang memiliki prospek ekonomis.
Peringatan Nuzulul Qur’an sebagai contoh lain. Hampir setiap masjid ada peringatan ini, bahkan di beberapa RT juga mengadakan peringatan PHBI termasuk Nuzulul Qur’an. Di masjid Istiqlal secara resmi kenegaraan juga diselenggarakan acara yang sama yang dihadiri oleh petinggi-petinggi negara, termasuk presiden dan wakil presiden. Bagi orang ketiga ini, apa maknanya peringatan Nuzulul Qur’an bagi Presiden, menteri, dan para pejabat tinggi itu ? toh kesengsaraan tetap asda dan seakan dilestarikan oleh mereka terbukti dengan enaknya mereka membiarkan orang-orang kotor di sekitarnya. Apa maksudnya masuk masjid sementara prilakunya mengotori bangsa. Dua hal di deoan adalah sebagian kritik mereka yang sebenarnya amat panjang. Intinya, kritiknya, mengapa banyak orang senang gebyar tetapi esensi ajaran semakin menjauh dari kehidupan mereka.
Keempat, orang yang menyadari akan keterbatasan waktu dan kesempatan, karenanya walaupun bulan Ramadlan pasti datang setiap tahun ia akan menyambutnya dengan segala kesenangan hati, karena ia sadar siapa tahu Ramadlan kali ini adalah Ramadlan terakhir yang ia jumpai. Dari dasar kesadaran yang kuat di atas, disertai harapan yang tinggi agar ia mendapatkan ridlo Allah Swt., ia melakukan ibadah di bulan Ramadlan tanpa pretensi apapun terhadap Ramadlan itu sendiri yang akan datang tiap tahun, atau mempertanyakan tentang orang lain. Baginya yang penting memberikan contoh yang baik bagi anak-anak generasi muda sambil mendidik diri baik-baik. Ia berpendapat kalau orang berbuat sesuatu karena melihat orang lain baik positif maupun negatif maka ia belum mampu menjadi diri sendiri. “Saya melakukan ini karena saya yakin prilaku ini bermanfaat dan berguna bagi kehidupan”. Demikian yang terlintas di hati orang model ke empat ini
Sebentar lagi Ramadlan akan meninggalkan kita, sudahkan kita mengevaluasi diri dengan cerdas menjauhkan dari kesibukan mencela orang lain. Meneliti diri sendiri lebih penting dari pada ribut dengan kondisi orang lain. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: