Minggu, 09 Maret 2008

Introspeksi Diri Tahun Baru 2008

INTROSPEKSI DIRI
TAHUN BARU 2008


.
Memasuki bulan Januari 2008 kita dihadapkan oleh tantangan baru untuk memotivasi diri kita untuk mau dan bersemangat melakukan kerja-kerja positif (amal shalih). Karenanya tahun ini bisa kita sebut sebagai tahun “tantangan berprestasi” dalam arti tahun ini akan memberikan nuansa tersendiri bagi umat Islam untuk melakukan sebanyak mungkin kebajikan. Kebajikan yang terus berkembang ini biasa disebut berkah. Berkah atau tidak bergantung kita.
Sepantasnya kita mempersiapkan diri agar dapat memanfaatkan tahun 2008 dengan kesiapan prima dhahir-batin. Kesiapan tersebut akan maksimal jika kita awali dengan melakukan muhasabah al-nafs atau melakukan koreksi dan introspeksi diri. Sebab, penjemputan tamu “masa depan” akan kurang sempurna jika kita sendiri belum memahami kondisi riil kita sehari-hari. Ibarat bulan puasa adalah tamu agung yang butuh persiapan fisik-psikis maka kita harus melakukan pengobatan fisik dan peningkatan total kualitas diri kita. Kita perlu melakukan check up apakah kita memang sudah siap atau belum, adakah penyakit atau borok-borok dalam tubuh kita.
Instrospeksi paling awal yang mesti kita lakukan adalah dengan melihat prilaku kita yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban kita sebagai Muslim di hadapan Allah Swt. Apakah kita sering meninggalkan kewajiban shalat atau berapa kali kita meninggalkan puasa Ramadlan pada tahun lalu. Apakah kita mempunyai hutang “ibadah” karena sakit, bepergian atau karena haidz (menstruasi) bagi perempuan Muslimah. Kalau kita mempunyai hutang puasa Ramadlan tahun lalu kiwa wajib secepatnya untuk mengqadla’ (baca : qodlo’/ nyaur) sebelum waktu puasa yang akan datang tiba.
Instropeksi kedua kita lakukan berkaitan dengan persiapan psikis-moral. Apakah ada kendala-kendala yang terkait dengan rasa, emosi atau gejala psikologis lain semacam kebencian, kedengkian, riya’ (melakukan aktifitas ibadah karena mahluk bukan karena Allah), kesombongan dan lain sebagainya. Karena sifat-sifat negatif seperti ini akan menghapus nilai positif yang telah terukir. Maka hal ini harus secepatnya kita bersihkan dari urat-nadi kehidupan kita. Kemudian bersamaan dengan itu kita tanamkan sifat dan sikap moralitas yang positif dalam jiwa kita secara perlahan tetapi pasti untuk mnghiasi diri agar semakin sesuai dengan ajaran agama Allah Swt. Jika jiwa dan prilaku kita telah sesuai dengan kehendak-Nya maka persiapan kita untuk masuk tahun barui menjadi lebih segar, gembira, penuh keteduhan dan kedamaian.
Yang ketiga, kita perlu introspeksi diri terkait dengan fisik-material. Apakah kondisi fisik kita cukup mampu untuk melaksanakan tugas. Apakah kita mempunyai penyakit atau lainnya. Apakah kita membutuhkan perhatian khusus di bidang kesehatan sehingga pada tahun ini stamina tubuh benar-benar prima. Jika fisik kita telah siap maka tatkala ada tugas nanti kita akan mampu melaksanakannya lebih tulus, berkualitas, dan ihlas. Begitu pula mengenai persiapan material seperti sembako, kondisi rumah dan jalan menuju tempat kerja dan ibadah. Jika fisik-material yang kita butuhkan telah tersedia atau fisik materal telah tercukupi juga lingkungan kita kondusif untuk beraktifitas sosial dan spiritual maka kualitas hidup kita juga bisa lebih terjaga dari hal-hal sepele yang mengganggu.
Intropspeksi yang keempat, terkait dengan interaksi sosial kita sebagai mahluk Allas Swt. Misalnya apakah kita pernah melakukan kedustaan kepada teman dekat, famili, atau tetangga kita. Apakah kita pernah atau masih berproses melakukan “dusta social dan politik”. Adakah kebencian terhadap sesama masih bercokol dalam hati dan terlihat dalam prilaku?. Jika kita memiliki problem-problem sosial seperti di atas kewajiban kita adalah meminta maaf kepada yang bersangkutan. Jika kesalahan atau problem sosial kita diawali dari hak-hak adami semisal utang-piutang, pinjam-meminjam atau akad yang lain maka kita harus sesegera mungkin memenuhi tanggungan sosial tersebut. Apabila keharmonisan sosial kita terganggu disebabkan karena kesalah persepsi atau misinformasi maka kita harus secepatnya melakukan klarifikasi atau tabayyun agar tercapai kesamaan persepsi sehingga islah atau perdamaian dapat diwujudkan secepatnya sebelum bulan puasa tiba.
Keempat hal tersebut di atas perlu kita perhatikan saat memasuki awal tahun baru 2008. Marilah kita sambut tahun ini dengan persiapan optimal dan maksimal dhahir-batin sehingga kita dapat memanfaatkan waktu untuk menjaga atau meningkatkan kualitas hidup dan ibadah kita. Dengan waktu yang masih tersisa mari kita manfaatkan secara optimal agar diri kita bisa lebih dekat dengan Allah Swt dan mendapat ridlo-Nya. Amiin.

Tidak ada komentar: