A.N.I.T.A.
El Roqy el Lamonch
Rambut terurai panjang indah
Mata semu-semu sipit teduh
Dagu gontai merebut jari jemari
Pipi lesung mengundang mata-mata
Postur tubuh yang bernyanyi
Pinggang gemulai memejamkan mata
Leher bulat bagai bantal mutiara
Terselip kata purna intan permata
Anita…ya.. ia Anita….
Benar-benar ciptaan Tuhan
Bukan sekedar saingan
Kan kututup segala arah
Kan kutebas penjuru mata angin
Bila kan mengganggu jalan hidupnya.
Yogyakarta, 11-8-1993
MENYONGSONG KEMATIAN
Oleh : El RoQy El Lamonch
Jeritan itu sangat pelan
Yang tak pernah terdengarkan
Menapak dalam pahatan
Menggores dinding kebahagiaan
Kebahagiaan yang tertunda
Kesuksesan yang teragukan
Kemakmuran dibalik perjara
Keadilan terpaksa tergadaikan
Mimpi ini bagai kenyataan
Kenyataan ini bagai mimpi
Sebuah kenyataan jadi impian
Sebuah impian jadi kenyataan
Sampai detik tak terkirakan
Bumi terkelupas berantakan
Kehidupan menjemput ajal
Mayat berdiri menyongsong kematian
Taa mati yang sebenarnya.
Yogyakarta, 11 Agustus 1993
OTAK BERKARAT
El Roqy El Lamonch
+ Kecut…..
_ Pantas, llihat sakunya
+ Saku siapa
_ Orang tersenyum itu ..!
+ Kenapa.. ia kan wajar sebagai ……..
_ Sebagai apapun…..ia kecut…kecut karena dalam saku
+ Wajar tooh…sakunya tebal, karena…..
_ Tidak ada karena lain, hanya satu karena…..
+ Karena ia nggak sempat mandi, karena ia sibuk, karena ia berjuang karena ia bekerja, karena ia ……….
_ Tidur…sambil membawa bungkusan tape dan asam…..
+ Eeeeeh jangan menghina yaaa……….
_ Tidak menghina, cuman…….
+ Cuman apa…
_ Mengkritik, karena tanpa dihina ia sudah terhina
+ Maksudmu…?
_ Nah kau mulai kaya’ kerbau dungu
+ Apa….??!!
_ Jangan marah bung, kemarahanmu tidak mendatangkan uang
+ Apa ada marah mendatangkan uang, jangan main-main…!!
_ Ada, kemarahan yang pura-pura, alias ia pura-pura marah. Kemarahan seorang pimpinan untuk mencari keuntungan dan kewibawaan.
+ Keuntungan…? Kewibawaan…? Gombal…..
_ Orang macam kau inilah yang menjadi santapan kemarahan.
+ Lalu ia untung…?
_ Yaa ia dapat tambahan, tambahan semu dan memang disemukan, orang ini senang putar lidah, ia tidak pandai tidak juga cerdas. Ia anggap dirinya seorang jawara. Yaa jawara bila di kandang kerbau.
+ Bauk…..begitu maksudnya.
_ Yaa bahkan lebih panjang dari itu.
+ Maksudnya panjang anunya..?
_ Anu bathukmu…, panjang jangkauannya. Busuk kerbau sebatas kandang, busuk mulut sepanjang abab eh abjad.
+ Aku tak mengerti…!
_ Dasar dunia ini sudah penuh otak berkarat.
Yogyakarta, 11 Agustus 1993
NURANIKU
Kuberjalan dengan kedua kakiku
Seperti terkoyak-koyak
Tak berdaya
Tak punya ambisi
Rasa hati ini tak kuasa lagi
berjalan…..
tertatih tatih
seperti inikah ?
Gersangnya nuraniku
Tak kuasa memeluk Mu
Yaa Rabbi…..
Begitu kecil ….. hamba Mu ini
Seakan tak ada lagi kesombongan diri
Bergaya
Bersolek
Berkaca
Atau lagi mabuk tak peduli
Sempatkah nuraniku bersih kembali
Dengan kesucian hati
Dan bertengger dijalan Mu
Yaa Rabbi………………..
KERINDUAN
Aku terjepit
Diantara puing-puing
Aku terjepit
Diantara reruntuhan kasih sayang
Yang pernah datang
Dalam lembaran hidupku
Kini hanya tinggal kenangan
Yang menggores tajam
Di lubuk hatiku dan
Serpihan kasih sayang
Yang kian sirna ditelan waktu
KEMERDEKAAN
Jalan hidup berjalan apa adanya
Jauh dari berbagai rekayasa
Rekayasa meniadakan hakekatnya
Tersenyum dalam keterpasungkannya
Kemerdekaan negara harus berawal dari
Kemerdekaan individunya
Kemerdekaan individu
Membawa kemerdekaan negara
Apa arti kemerdekaan negara
Bila individu terjajah selamanya
Hakekat kemedekaan
Adalah adanya kebebasan
Yang semestinya bebas
Penjajahan adalah pengekang kebebasan
Bebas untuk berfikir
Berkreasi , beraktifitas
Dan juga berbicara
Kesalahan bukan berarti penjara
Akan tetapi pelajaran masa datang
Bila salah identik dengan hukuman
Kemerdekaan hanya fatamorgana
Kemerdekaan digincu omong kosong
Yogyakarta, 9 Agustus 1995
Muhammad Roqib
DOA UNTUK IBU
Ketika malam mencekam diri
Aku termenung sendiri
Aku ingat masa lalu
Aku ingat betapa besar
Pengorbananmu , ibu
Dengan susah payah kau melahirkan ku
Tak kau pikirkan hidup entah mati
Hanya diriku yang engkau nanti
Ibu … tiada emas dan permata
Yang bisa membeli kasihmu
Aku hanya bisa berbakti
Dan berdoa untukmu … , ibu
AL QURAN KITABKU
Di dalammu …..
Memuat arti yang dalam
Adalah petunjuk seluruh manusia
Di bumi
Di dalammu ……
Terjaga kesucian
Dari dulu hingga akhir zaman
Dialah al – Quran ! … tersirat
Kemenangan
Kita sebagai muslim
Harus mengamalkan
Supaya termasuk golongan orang
Beriman
Aamiin
CERMIN
Di depan cermin itu
Aku berdiri tegak
Kulihat bayangan wajahku
Tak ada kedengkian disana
Di depan cermin itu
Kupejamkan mataku
Kulihat isi hatiku
Tak ada di sana sampah Imanku
Di depan cermin itu
Kupasrahkan segalanya
Kepada Tuhanku
Dekatkan diri kepada Nya
Kita kan jauh dari syaitan
MENGGAPAI CITA-CITA
Segudang cita-cita
Kuangankan
Sedalam samudera terhampar
Setinggi gunung Himalaya
Seluas padang Sahara
Tuk menggapai masa depan
Nan cerah ceria
Tuk mengabdi
Kepada tanah tunpah darahku
Yaa Tuhan ….. !
Ridloilah aku
DIKALA BUKIT MENJERIT
Kabut menyapa lirih
Berkata dalam angan
Berlalu tiada perduli
Menghias panorama
Kaki menginjak – injak
Tanganpun menjamah
Bukit kehilangan wibawa
Dikala bukit menjerit
Duniapun merana
Media Sept. ‘93
MAHA RESI
Setumpuk buku kusam
Menyembul kecoak hitam
Sederet jenggot panjang
Bergerak perlahan – lahan
Baju kumal tak teratur
Itulah baju leluhur
Penjauh riak takabbur
Tak sempat karena tafakkur
Maha resi pinjamkan mata
Membuka mata yang sana
Membelah jarum dunia
Memotong yang tak akan luka
Maha resi yang langka
Kalau ada dianggap hina
Tak berfikir logis dan nyata
Padahal, Dialah pemiliknya
Media Sept. ‘93
El Roqy El Lamonj
Ia adalah penyair terkenal
Dan dikenal oleh dirinya sendiri. Sudah beberapa kali tidak dimuat dan tidak dikirim karena masih takut dibayar.
K.A.N.C.I.L. P.I.L.E.K
Syahdan, suatu saat sang raja hutan, Gusti Harimau, membuat ulah seenak perutnya. Kandang sang Raja tak pernah dibersihkan di sana sini kotorannya berserakan – dasar belum pernah ngaji akhlaq di PA – MDA ? - manghasilkan bau busuk menusuk hidung. Bau itu sudah tak terampuni lagi, anyir, pesing, sengir, aprk apalagi sang raja nggak pernah mandi atau keramas pakai shampho.
Datanglah suatu hari seekor sapi melintasi istana sang Harimau dipanggillah sapi, dan disuruh ia berteduh sebentar di istana sang raja. Sesampai di istananya, Harimau bertanya “ Hai Sapi bagaimana pendapatmu tentang istanaku ini ? “ . Dengan ketakutan akan murka sang raja Sapi pun akhirnya menjawab “…am…aammmpun tuan raja…maaf saya berkata jujur, sesungguhnya istana tuan ini kotor, juuga eee.” “eee…apa” sahut Harimau, eee baunya…Tuan…, baunya… busuk sekali..” Heeeee appaaaaa….. berani yaa kamu menghina raja…serta merta raja menerkamnya. Matilah sang sapi dengan mengenaskan. Mati berlepotan darah.
Kemudian datang seekor anak musang remaja, yang lucu nan cakep, walau belum memakai make-up alis pupur dan bedak. Ditanyalah ia, Hai kau anak musang, bagaimana menurut pendapatmu..apakah istanaku bagus atau tidak heee.. merindinglah anak musang seperti pengendaara motor yang dihadang polisi saat ia tidak punya SIM. Dan agar dia selamat ia menjawab “ Ampuun Tuan, aduh…saya tidak pernah melihat istana seindah ini dan seharum ini. Istana tuan memang rapi dan menyenangkan “ tipunya, “ BOOOHONG…” bentak Harimau, “beraniya kau berbohong kepada raja, masak istana kotor begini dibilang bagus, dan menyenangkan “. Tampa basa-basi dan BA*BI*BU Harimau langsung mencengkeranya, merobek – robek tubuhnya. Matilah sang pendusta.
Lalu datang seekor KANCIL dengan santai ia berjalan, sambil menikmati LAGU DANGDUT, Harimau pun memanggilnya, “ Hai Kancil…kemarilah!” Kancilpun mendekat, bagaimana pendapat kamu tentang istanaku ini Cil ? Kancilpun putar otak, berfikir dan mencari logika diplomatis akhirnya ia menjawab “ Tidak tahu Tuan “,” Lhoo tidak tahu bagaimana, kamu berani sama raja ya…” bentak Harimau, “tidak tahuTuan” katanya lagi sambil memegangi hidungnya, “ kenapa…?” desak Harimau, “ karena saya sejak kemaren PILEK Tuan, jadi tak bisa merasakan bau istana Tuan” alasan Kancil. “ Yaa sudah kamu pergi sana, orang pilrk kok keluyuran”.
Selamatlah Kancil yang cerdik dan bijaksana, ia pilek bukan karena tidak ada ultra flu, tapi itulah taktik agar selamat. Inilah hasil si CERDIK DAN PANDAI. Kancil SELAMAT.
13 September 1993
El Roqy El Lamonj…
DASAR BIBIR TIPIS
Dasar lambe tipis… ! begitulah istilah dalam bahasa jawa dalam mengomentari bibir – bibir seseorang yang tiada jemu bergerak. Dan sekarang fungsi bibir pun bertambah dari fungsi awalnya yang tradisional. Bibir bukan hanya berfungsi hiasan anggota dan alat ucap, tapi sudah masuk komoditi ekspor non migas, yang diberi tarif seimbang dengan keindahan dan daya tarik bibir itu sendiri.
Tidak hanya sampai di situ, bibir srkarang sudah sampai dan masuk dunia festival BIBIR INDAH- di Jakarta ? – dan juga jadi modal seperti kata penyanyi dangdut, kamu datang modal bibir sama betis, sehingga dalam perjalanan hidupnya bibir selalu dipoles dengan berbagai macam lipstik agar selalu menarik dan sensual.
Demikian bila kita tinjau secara organik-anatomis, tapi bila dilihat dari segi fungsional, bisa-nisa terjadi penyalah gunaan bibir yang tidak pada tempatnya alias meng-DLOLIMI BIBIR. Bibir diletakkan di sembarang tempat demi untuk sekedar pemuas diri yang Cuma sebentar, digerakkannya kekiri dan kekanan tanpa kendali, dengan sesekali mencibir dan memonyong-monyong agar menarik lawannya. Dulu wanita malu bertatapan dengan lawannya, tapi sekarang menggodanya agar cepat menyerangnya.
Sebagai alat ucap, sering bibir di – umbar, sapu sana sapu sini tak perduli sahabat bahkan guru sendiri. Mungkin kaarena rambu – rambu etika agama yang belum kongkrit dalam hati, jadi semuanya abstrak fatamorgana alias amun – amun. Tiada puas rasanya bila belum menyapu semua, dan bibir pun masih terasa kaku dan pilu.
Benar kata pepatah “ Diam adalah kebijaksanaan tapi sedikit yang melakukannya “ , tapi masalahnya sekarang, mana orang yang senang dengan orang pendiam… ? yang bila berbicara harus beerfikir berjuta kali ? Sekarang orang criwis semakin laris dan laku keras – yang sebenarnya baik bila didasari dengan etika dan agama – apalagi sekaang musim seponsor – seponsoran dan tawar – tawaran.
Namun bila kita tarik pada ujung religi dan hikmahnya, maka kita pun akan bersyukur, bibir kita baik, bagus, indah, mungil bak jambe sinegar, ranum kemerah – merahan, coba lihat di sana banyak orang berbibir kurang, dan bersyukur lagi ternyata bibir kita tidak setebal BIBIR KUDA ! haa
Yogyakarta, Media Sept. ‘93
El Roqy El Lamonj
Pim. Red.
PERKAWINAN
Hasrat ini begitu jelas
Menyusup dalam relung –relung hati
Semakin panas semakin keras
Meluap tak tertutupi
Bila ia berada di sisi
Dunia seakan – akan sunyi
Tiada lagi suara
Yang ada adalah gairah sejati
Oh bulan dalam keremangan
Selipkan dirimu di balik kerudung awan
Sambil berdoa demi kebahagiaan
Yang bernaung dalam kasih Tuhan
Oh Tuhan….
Kuatkan diri ini menggendong tugas
Memegang kuat hikmat – syariat
Membawanya dalam bahagia
Oh Tuhan….
Ikutkanlah di balik kebahagian ini
Generasi arif berhias jujur
Anak idaman manusia luhur
Kuhadapkan diri mutlak untukMu
Kupersembahkan, kutumpahkan hanya kepadaMu
Dengan perkawinan sebagai bukti
Bahwa kebahagiaan telah kumiliki
Krapyak, 6 November ‘94
BERLESAN IHLASH
Kata ihlash meluncur deras
Jadi makanan empuk terkuras
Tiada basa – basi
Ihlash bernilai ekonomis
Terjual mahal dibalik ngaji
Pada diri yang ingin dihormati
Walau bopeng telah terbuka
Matanya pun belum melihat juga
Krapyak, 6 November 1994
LELUCON SEBUAH GERAKAN
Uap air terbang ke angkasa
Meniti jalan hidupnya
Melewati jalan panjang
Panas dan gerah
Rangkaian siklus kehidupan
Seringkai terpangkas
Ditiadakan dimusnahkan
Perjalanan memang panjang
Terkadang berputar dan bergetar
Tanpa arah dan tujuan
Tujuan bisa dibuatkan
Gerakan bisa dimanipulasikan
Hati punya harapan
Fikiran punya angan – angan
Gerakan duniawi
Disambut berkembangnya gedung – gedang
Nafas panjang terdengar
Senyuman menekan hati
Ingin rasanya kaki melompat
Perut keroncongan ototpun tegang
Siapa dapat membentuk hati
Dia adalah pahlawan di sini
Di tempat di mana hati terbentur
Atau dibenturkan diri sendiri
Hari sakit menyebar dinding
Dinding sakit keluar mulut
Yang ada dan selalu ada
Adalah KELUHAN
Yogyakarta, 2 November ‘94
El Roqy El Lamonj
LELAH
Cerobong asap pabrik mengepul
Meneteskan titik kehancuran
Membawa goresan yang sangat panjang
Menerkam luka lama
Seminar lingkungan dilaksanakan
Menelorkan celah – celah kemungkinan
Kemungkinan berbuntut keraguan
Kemudian dilibas kekuasaan
Kemungkinan kembali diorbitkan
Ditempelkan pada dinding – dinding tua
Yang baru kelihatan kusam
Yang lama dipeti emaskan
Bukan Cuma lingkungan
Bukan Cuma pendidikan
Bukan pula hak asasi manusia
Keadilan sebatas lesan
Kebijaksanaan di ujung tirani
Kasih sayang di bibir buaya
Lelah
Lelah aku berbicara
Pendapat di ujung senjata
Dipaksa didalam reruntuhan
Lelah
Lelah aku berfikir
Pada persoalan yang tak pernah berakhir
Kejahatan berkedok agama
Penindasan bertopeng keadilan
Perampasan bernama ketertiban dan kerapian
Kejujuran menjadi barang langka
Langka dalam hati – hati
Hati santri, pastur dan kyai
Kita panen penipuan
Ah..lelah
Aku perlu istirahat
Mengumpulkan tenaga baru
Menyongsong dengan hati bergetar
….lelah…..
krapyak, 6 November ‘94
El Roqy El LamonJ
GENERASI DALAM FANTASI
Perjalanan yang jauh
Pecaharian jati diri
Kemudian singgah dan berlabuh
Dalam kelompok penyucian diri
Persinggahan megah berdiri
Kemegahan dapat dicapai
Kokoh dalam reruntuhan
Nilai – nilai utama yang diidamkan
Kokoh badan harus kokoh jiwa
Dua sejoli jangan dipisah
Agar resah sirnalah sudah
Kegundahan tiada terbawa
Bila keduanya tiada seimbang
Kemalasan merebak kemana – mana
Kebodohan berbantal alasan
Sibuk tiada waktu dan lelah
Badan jadi lelah
Fikiran lelah
Hati lelah
Jiwa lelah
Yang tak pernah lelah
Hanya mulut yang terbuka
Kejelekan terkuak
Kebaikan terjelekkan
Sudahlah silahkan saja
Aku sekarang juga sudah lelah…
Obat kuat obat fantasi
Obat kebodohan cari rekreasi
Fantasi menyenangkan menyejukkan
Ya itulah
Generrasi dalam fantasi
Yogyakarta, 16 November ‘94
El Roqy El Lamonj
JERITAN YANG TAK TERDENGAR
Kulangkahkan kaki penuh semangat
Pengertian kuperoleh dan pengalaman kudapat
Jurang terjal bak mulus lancar dan cepat
Hujan dan panas terik bagai hiburan
Semua kudapat dengan setengah gembira
Semakin lama ketakutan menebal
Sayup sayup terdengar jeritan panjang
Bersautan dengan tangisan-tangisan
Karena seringnya jeritan dan tangisan
Keduanya terdengar sangat merdu
Bila terhenti semua kaget haru
Ini baru luar biasa
Adakah malaikat turun ke bumi ?
Menyela jeritan dan tangisan
Karena sudah terbiasa
Semua seakan tak terdengar
Oleh telinga manusia, telinga penguasa
Yogyakarta, Oktober 1995
KECIL
Yang kecil atau dikecilkan
Sering tak terlihat
Atau tak diperlihatkan
Kebaikannya dianggap sewajarnya
Kejelekannya alasan untuk menyiksanya
Yang kecil atau dikecilkan
Mudah pindah atau dipindahkan
Mudah sakit atau disakiti
Mudah hancur atau dihancurkan
Yang kecil atau dikecilkan
Yang terpencil atau dikucilkan
Yang mengadu atau diadukan
Minta pengadilan atau diadili
Kasihan…..
Yogyakarta, Oktober 1995
JALAN BUNTU
Mega berarak menggumpal-gumpal berlarian tanpa henti menjanjikan hujan yang memang selama ini telah dinanti masyarakat dusunku. Aku menatap tajam menerawang, menebak-nebak adakah hujan benar-benar kan turun. Angin dari arah tenggara menggoyang-goyang tangkai bunga di hadapanku yang semakin menguning. Lambaian dedaunan itu seakan memberi salam perpisahan pada gumpalan mega yang lari menuju lereng gunung. Harapanku, juga masyarakat dusunku, semakin buyar ditelan semilir kesejukan fatamorgana. Sebentar kemudian aku berfikir pada diri-sendiri. Memang, gumpalan mendung itu kupikir adalah sindiran padaku dan orang yang senasib denganku. Betapa tidak, dulu dikala aku masih di sekolah SD Bapak Ibu guru mengajariku agar menggantungkan cita-cita setinggi langit, ‘Kau hatus jadi sarjana’ katanya saat itu. Harapan dengan kesarjanaan itu, aku dapat hidup sejahtera tak kurang suatu apa. Setelah lulus SMA aku masuk perguruan tinggi swasta di kota yang lumayan jauh. Dengan bekal pas-pasan kutelusuri jalan pendidikan sambil menahan perut. Betapa tidak, orang tuaku yang petani dengan sepetak tanah tak akan mungkin cukup membiayai kuliahku yang biayanya semakin melangit. Sambil kuliah aku berjualan koran atau majalah, agar dapat menyambung hidup dan kuliahku. Semester kuikuti kuliah, demi semester dengan semangat tinggi dan rasa letih dan lemah karena seharian kerja dan kurang gizi. Hasilnya IP-ku pas-pasan 2,5., wisuda pun harus kurelakan orang tua menjual sebagian dari tanahnya. Mereka berharap setelah lulus ini aku dapat membantunya secara ekonomis, Wong punya sawah biaya untuk menggarap mahal tetapi hasilnya kalu dijual juga tak seberapa. Selalu rugi.
Kubawa ijazahku dengan kebanggaan yang meluap-luap. Betapa tidak, orang desa sepertiku dapat menjadi sarjana. Aku mulai melirik lapangan kerja. Sekali dua kali akhirnya berkali-kali lamaran kuajukan tak satupun dapat menerimaku. Bahkan dengan nada mengejek mereka bilang ‘Mbok sarjana yang produktif menciptakan lapangan kerja sendiri’…kupandangi ijazahku yang sudah makin lusuh, seperti lelahnya diriku saat ini. ‘Menciptakan lapangan kerja sendiri’… gerutuku dalam hati. Lapangan kerja apa, wong selama ini aku tak pernah diajari bagaimana menciptakan lapangan kerja. Aku hanya punya pengalaman jualan koran, yang tidak masuk nominasi dalam pengalaman kerja. Aku semakin pusing. Ditengah-tengah kuberfikir mencari alternatif pemecahan, aku terperanjat kaget mendengar berita di radioku yang sejak tadi sabar menghiburku. ’70 ribu sarjana Indonesia masih menganggur’. Kutatap radioku yang kusam sekusam masa depanku saat ini. Harapan semakin buyar seperti buyarnya mendung di langit. Tetapi aku terhibur, ternyata aku tidak sendiri.
Yogyakarta, 12 Desember 1995
Minggu, 09 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
ass.kak,puisix diterbitkan aja.btw,kakak kog g bwt puisi about ayah zeeh,wass.zlam knal{alma3]
Posting Komentar