HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM[1]
Oleh Dr. H. Moh. Roqib, M.Ag. ٭٭
I. PENDAHULUAN
Tragedi lumpur panas di Sidoarjo Jawa Timur sungguh menyayat hati. Semestinya kejadian ini –juga kejadian yang lain yang datang bertubi-tubi dan hampir bersamaan—cukup menyadarkan semua individu untuk memperbaiki diri. Dari tragedi itu paling tidak dapat dipahami bahwa a) kerusakan yang terjadi, sebagian besar, adalah akibat ulah manusia, b) pemahaman keagamaan kita selama ini dirasakan kurang mampu untuk membuat lingkungan ini menjadi lebih teduh dan indah, c) keteladanan untuk menciptakan bumi yang ramah terhadap manusia hendaklah merupakan agenda mendesak yang harus dilakukan oleh pemegang kebijakan pada wilayah dan posisi apapun.
Dalam konteks pemahaman terhadap ajaran agama tentang alam, ada agenda yang harus dilakukan oleh tokoh agama dan pemerintah yaitu 1) bagaimana hubungan antara manusia dengan Tuhan dan alam, 2) mengapa ajaran agama belum sukses membentuk manusia yang ramah alam, sehingga lingkungan alam juga ramah terhadap manusia, 2) bagaimanakah ajaran agama memberikan gambaran tentang sisi penting menjaga kelestarian alam dan tidak berbuat kerusakan, 3) bagaimana strateginya agar pemahaman ajaran agama dapat diartikulasikan dalam kehidupan umat, 4) siapakah yang berkewajiban untuk melakukan tugas mulia tersebut.
Tulisan ini akan mengupas beberapa pertanyaan tersebut serba singkat dengan tujuan untuk mendapatkan umpan balik dari peserta diskusi.
II. KOMUNIKASI MANUSIA DENGAN ALAM
Manusia sebagai individu dan sosial berkewajiban untuk melakukan komunikasi secara dekat dengan Tuhan (hablun min Allah) dan komunikasi secara harmonis dengan alam (hablun min al-’alam). Manusia sebagai aktor dalam berkomunikasi sering mendapatkan penekanan lebih dari makhluk lain sehingga muncul istilah yang lebih populer hablun min an-nas, hubungan (baik) dengan sesama manusia, dari pada kata hubungan baik dengan alam. Secara kosmologis manusia menjadi bagian dari makrokosmos yang diharapkan mampu menjaga hubungan baik dengan sesamanya.
Sebagai individu ia harus membangun komunikasi yang baik dengan sesama manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa yang lain. Bahkan dalam shalat pun ia harus bersama dan damai dengan yang lain. Jama’ah menunjukkan arti kebersamaan sedang untuk shalat (jamaah) berarti salat tersebut dilakukan secara bersama-sama antara imam (yang memimpin shalat) dan ma’mum yang mengikuti imam dalam shalat. Dalam konteks sosial ada kata Ijtima’iyah yang berarti sosial-kemasyarakatan.
Perkembangan Fiqh akhir-akhir ini juga bersentuhan dengan kehidupan sosial yang kemudian dikenal dengan sebutan fiqh ijtima’i atau fiqh sosial. Kajian fiqh dalam perspektif baru ini ini mendapatkan perhatian serius dari kalangan intelektual Muslim di antaranya oleh KH. Ali Yafie[2] dan KH. Sahal Mahfudz[3] dan juga oleh santri Ma’had Ali yang telah menerbitkan Fiqh Rakyat[4] yang di awal bab mengkaji tentang “Mendamaikan Yesus dan Muhammad”. Pengembangan pemikiran fiqh sosial di atas mulai terbangun kuat dan berkembang pesat di pesantren-pesantren NU pada umumnya, sedangkan dalam konteks sosial yang lain seperti tauhid sosial lebih gencar digelindingkan oleh komunitas Muhammadiyah yang memang sejak awal tauhid sebagai pijakan dakwah perserikatan ini.
Sesuatu yang menarik dicermati dalam konteks ini adalah kecenderungan Kyai atau ulama yang tertarik fiqh dan tauhid sebagai pijakan awal berfikirnya. Kyai atau intelektual Muslim yang lebih mengedepankan aspek fiqh dalam pengembangan berfikirnya dikenal lebih mengembangkan watak akomodatif-kultural sehingga tidak menimbulkan konflik dengan budaya lokal di mana Islam dikembangkan. Berbeda dengan tokoh atau intektual Muslim yang corak berfikirnya lebih teologis (aqidah) dikenal watak berfikir dan gerakan dakwahnya cenderung tegas dan legal-formal atau bahkan radikal tatkala menyapa kultur atau budaya setempat.
Istilah Fiqh sosial dan Tauhid sosial selama ini lebih tertuju pada sisi aplikatif nilai ajaran dalam kehidupan sosial. Pendekatan fiqh lebih dimungkinkan adanya pengembangan kedamaian hubungan antar agama dan sikap pural dibandingkan dalam pendekatan tauhid. Dalam konteks spriritual, dialog diperlukan agar pemikiran yang berkembang tidak menimbulkan ekses negatif bagi umat sendiri dan juga bagi umat lain. Agama berfungsi sebagai rahmatan lil ‘alamin harus dibuktikan dalam kehidupan riil umat.
Berbicara tentang hubungan budaya dalam masyarakat majemuk ada tiga teori yang menunjukkan corak yang berbeda yaitu etnosentrisme, melting pot (peleburan), dan pluralisme.[5] Etnosentrisme terjadi bila masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, dan menolak campurtangan kebudayaan lain. Melting pot ialah peleburan komponen-komponen etnis ke dalam hanya satu identitas baru. Sementara pluralisme dimaksudkan bahwa masing-masing etnisitas tetap memegang identitas kelompoknya, tetapi dalam beberapa hal ada identitas yang sama.
Pluralisme (atau paham kemajemukan) pada dasarnya merupakan pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility) yang merupakan keniscayaan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya,[6] bukan sekedar “kebaikan negatif” (negative good) yang difungsikan sebagai upaya menyingkirkan fanatisme.[7]
Pluralisme, dengan demikian, membutuhkan pengakuan, penerimaan, dan sikap tulus terhadap kemajemukan yang ada sebagai rahmat Allah SWT untuk membawa manusia ke akulturasi budaya dan peradaban yang tinggi dan dinamis (masyarakat mutamaddin atau civil society).
Pluralisme yang berkembang bisa menuju ke arah positif tetapi juga bisa negatif. Pluralisme menjadi positif apabila individu memahami di luar agamanya ada agama lain yang harus dihormati dan masing-masing agama harus tetap memegang teguh agamanya yang berarti bersikap positif terhadap agamanya sendiri. Tetapi pluralisme akan negatif jika individu mengumpamakan agama seperti baju yang dengan mudah ia menggantinya sesuai dengan kondisi dan selera (kepentingan sesaat). Pluralisme negatif akan menimbulkan masalah baru yaitu ketersinggungan para pemeluk agama karena agamanya dibuat mainan dan kurang berarti.
Beberapa ilmuan Muslim selain konsen terhadap masalah sosial, pada akhir-akhir ini juga telah dilakukan kajian ke bidang ke alaman lain seperti Islam dan Lingkungan Hidup dan Fiqh Tanah. Dua tema kajian yang mungkin belum begitu populer di telinga umat Islam sendiri.
Sebagai individu, manusia juga harus berkomunikasi dan berbuat baik (amal shalih) dengan alam dalam bentuk menghidupkan, merawat, melestarikan, dan meningkatkan potensi alam. Segala bentuk perbuatan yang akan mengurangi bahkan menghilangkan daya kemanfaatan alam dilarang oleh agama. Membakar atau memotong tumbuhan tanpa alasan syar’i (yang diperbolehkan oleh agama) dilarang. Menyembelih atau membunuh binatang dengan cara yang menyiksa atau tidak ada gunanya dilarang agama.
Agama sebagai rahmat bagi alam semesta hanya akan terwujud jika anjuran untuk menjaga alam (khalifah fil ardh) diperankan oleh manusia dengan baik dan menjahui segala bentuk perbuatan yang akan merusak alam. Ada lima hal yang harus dipertahankan dan dijaga oleh setiap individu (al-muhafadhat al-khams) yaitu: a). hifdh al-din, menjamin keselamatan keyakinan agama masing-masing, b). hifdh al-nafs, jaminan keselamatan kehidupan bagi warga masyarakat dan alam karenanya pemerintahan harus berdasarkan hukum, dengan perlakuan yang adil kepada semua warga masyarakat dan alam tanpa kecuali, c). hifdh al-‘aql, menjamin setiap bentuk kreasi baik bersifat intelektual maupun budaya dan seni. Pemikiran keagamaan apapun harus dihargai dan tidak boleh dimatikan. Formalisasi pemikiran keagamaan akan menindas hak individu untuk menganut kebenaran. Islam memberikan ruang bagi setiap individu untuk melakukan eksperimentasi kebenaran melalui pengalaman esoteris dan proses dialektis, d). hifdh al-nasl, menjamin keselamatan keturunan alam agar tetap berkualitas dan lestari. Setiap kehidupan wajib diselamatkan dari kepunahan dan kehancuran, e) hifdh al-mal, menjamin keselamatan harta benda (al-milk, property) dan hak kepemilikannya. Dengan hak tersebut warga masyarakat secara perorangan memiliki peluang dan sarana untuk mengembangkan kreatifitas diri dan kesediaan untuk melakukan transformasi dalam kehidupannya sesuai dengan pola yang ia pilih dan tidak keluar dari alur umum kehidupan.[8]
III. STRATEGI PELESTARIAN ALAM
Dalam konteks teologis, Tuhan menciptakan alam disertai dengan hukum alam yang melekat padanya. Apabila manusia –karena keserakahannya-- melakukan pengrusakan maka alam akan menunjukkan permusuhannya kepada manusia. Agar alam tetap bermanfaat dan memberikan keteduhan bagi manusia maka yang harus dilakukan adalah :
1. Sosialisasi ajaran agama yang terkait dengan kebersamaan serta peningkatan dan pelestarian alam lebih intensif dan terprogram sehingga fokus dan mencapai tujuan.
2. Membuat proyek percontohan tentang pelaksanaan ajaran agama tersebut dalam sebuah desa, kota, hutan, dan lainnya yang memungkinkan untuk jadi model bagi pengembangan wilayah yang lain.
3. Membuat sistem kontrol yang humanis dengan disiplin tinggi, sehingga masyarakat berkenan untuk melakukan hubungan yang harmonis dengan sesama dengan nuansa pelestarian alam secara alami dan senang hati. Qur’an telah menyinggung tentang kecenderungan manusia untuk membuat kerusakan di bumi ( dhahara al-fasad fi al-barr wa al-bahr bima kasabat aidi al-nas) dan itu telah diprediksi oleh Malaikat saat penciptaan Adam (ataj’alu fiha man yufsidu fiha wa yasfiku al-dima’). Sistem kontrol sosial berbentuk peraturan perundang-undangan maupun tradisi yang berkembang di masyarakat sangat penting agar manusia disiplin dengan nilai dan ajaran agama.
IV. PENUTUP
Demikian secara singkat, bahan diskusi ini penulis sampaikan, semoga bermanfaat.
[**] Dr. H. Muhammad Roqib, M.Ag adalah Dosen Jurusan Tarbiyah, Direktur Program Pascasarjana STAIN Purwokerto, dan Pengasuh Pesantren Mahasiswa (Pesma) An Najah Purwokerto.
1] Makalah disampaikan acara Pembinaan KPSA (Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam), Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyumas pada tanggal 21 September 2006.
[2] KH. Ali Yafie, Wacana Baru Fiqh Sosial (Mizan: 1997, 1997).
[3] KH. A. Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial (Yogyakarta: LkiS, 1998).
[4] Tim Redaksi Tanwirul Afkar, Fiqh Rakyat: Pertautan Fiqh dengan Kekuasaan (Yogyakarta: LkiS, 2000).
[5] Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam (Bandung: Mizan, 1997), hal. 155.
[6] ……Sekiranya Allah tidak menahan suatu golongan atas golongan yang lain, niscaya binasalah bumi ini. Tetapi Allah penuh karunia atas alam semesta. (QS. Al-Baqarah/ 2:251).
[7] Nurcholis Madjid, Cendikiawan dan Religiusitas Masyarakat (Jakarta: Paramadina, 1999), hal. 63.
[8] Di antara penjelasan tersebut baca, Abdurrahman Wachid dalam Buddy Munawar-Rahman, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah (Jakarta: Paramadina, 1994), hal. 546-549.
Minggu, 16 Maret 2008
Membangun Surga Pendidikan
MEMBANGUN “SURGA PENDIDIKAN” DI BANYUMAS
Oleh. Dr. H. Moh. Roqib, M.Ag [i]
SURGA PENDIDIKAN
Surga pendidikan di Banyumas ? Ah itu mimpi…! Mungkin demikian kata banyak orang saat membaca judul tulisan ini. Sebuah sanggahan yang mengisyaratkan ada keterputus asaan terkait dengan janji atau impian bahwa akan terwujud sebuah kehidupan harmonis, dinamis, dan bahagia. Sebentar, jangan disanggah dulu. Mimpi itu penting, melamun atau bercita-cita yang mungkin terlihat absurd sekalipun itu penting bagi kehidupan manusia, minimal untuk memberikan ruang alternative saat keterputus asaan mendera jiwanya. Meski demikian, lamunan, hayalan, dan harapan tersebut tidak boleh berkepanjangan (thulul amal) karena hanya akan menghabiskan energy dan waktu. Berhayal dan melamun akan dunia penuh keindahan kemudian segera menyingsingkan lengan baju untuk cancut taliwanda bekerja keras untuk menggapai cita dan harapan.
Surga pendidikan di Banyumas dimaknai sebagai gagasan untuk mengkreasi potensi Banyumas khususnya Purwokerto menjadi pilot project pendidikan daerah yang maju, dinamis, dan menyenangkan bagaikan lingkungan surga yang membahagiakan tetapi penuh dengan kemajuan ilmu, teknologi, juga peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebuah surga dunia yang didiami oleh berbagai komponen bangsa yang plural dari sisi etnis, suku, dan agama yang semuanya bergerak dan membangun “bayangan surga” di bumi dengan fokus pengembangan pendidikan.
Mungkinkah orang membangun surga tanpa pendidikan. Tidak mungkin. Surga tidak mungkin berdiri di atas kebodohan, karenanya ketinggian derajat selalu diikat oleh ketinggian ilmu. Pendidikan yang baik akan membawa bayangan kehidupan surga semakin Nampak dan membumi. Sebaliknya pendidikan yang jelek dan buruk akan meracuni kehidupan dan membawanya ke kehidupan sengsara bagaiakan hidup di neraka.
Surga bisa diciptakan di dalam diri, di keluarga, di sekolah, di masyarakat, dan lingkungan alam yang lebih luas. Arsitek bangunan surga harus disiapkan dan didukung, sedang arsitek bangunan neraka harus diminimalkan agar dunia tetap layak dihuni dan berperadaban mulia. Dengan mengadopsi informasi dalam al-Qur’an dan Kitab Suci lain, diskripsi surga yang di antaranya airnya mengalir, ada perempuan bidadari yang meneduhkan, hubungan kekeluargaan yang harmonis dan komunikatif karena di dalam surga tidak ada perkataan kotor dan menyakitkan, buah-buahan melimpah ruah, lingkungan yang bersih dan lain sebagainya. Diskripsi ini memberikan petunjuk teknis yang cukup jelas untuk direalisasikan di bumi.
KETELADANAN PERGURUAN TINGGI
Jika surga dunia diwujudkan dan tidak mungkin terlepas dari pendidikan maka peran perguruan tinggi menjadi amat strategis. Di Purwokerto sudah ada perguruan tinggi negeri seperti STAIN dan Usoed yang merupakan satu-satunya perguruan tinggi agama dan umum negeri di eks karsidenan Banyumas, dan perguruan tinggi swasta seperti UMP, Unwiku, STIE, dan lain sebagainya. Perguruan Tinggi (PT) diharapkan mampu membuat desain pendidikan yang joyfull atau menyenangkan dan melekat dalam kehidupan warganya. Desain yang komprehensip yang menyentuh semua sisi kehidupan manusia dengan dasar pijak keilmuan yang jelas. Desain ini kemudian didiskusikan untuk dilengkapi dan disempurnakan sehingga lebih applicable, lamunan yang dekat dengan realitas. Jika sudah selesai, desain ini diaplikasikan di perguruan tinggi sebagai model. Keberhasilan model percontohan ini dikembangkan ke beberapa lembaga pendidikan menengah, dasar dan seterusnya.
Desain yang ada terus dilakukan evaluasi dan pengembangan sekaligus terus diaplikasikan untuk kalangan yang lebih luas. Jika program ini berhasil di perguruan tinggi, dengan “pendekar-pendekar” pendidikan yang kokoh dalam karakter sehingga muncul figur kharismatik dan membanggakan maka proses sosialisasi akan lebih mudah. Tradisi dan budaya akademik yang telah terbangun bisa di semaikan dalam kehidupan riil umat sehingga lambat laun kehidupan umat atau warga Banyumas identik dengan pengembangan ilmu.
Yang perlu diingatkan bahwa surga pendidikan itu mensyaratkan adanya kehidupan yang damai, dinamis, sejahtera dengan lingkungan sosial dan fisik yang ideal seperti hubungan persaudaraan yang baik dan lingkungan alam yang hijau dengan buah-buahan yang cukup. Desain pendidikan ini juga memberikan ilmu, pengalaman, dan prilaku edukatif bagi semua anggota masyarakat sehingga kehidupan yang diyakini sebagai miniatur surga dapat tercapai.
Perguruan Tinggi (PT) yang diakui telah memiliki kesadaran lebih dahulu dan tingkat ekonomi yang lebih cukup daripada anggota masyarakat lain pada umumnya harus memberikan contoh dan teladan kongkrit. Pertanyaannya, siapakah yang akan memulai proyek besar ini. Jawabannya adalah proyek ini akan berjalan efektif jika Ketua atau Rektor berada di garda paling depan. Jika sivitas akademika adalah kumpulan orang-orang unggul, maka semestinya rektor atau ketua adalah orang yang paling unggul dari mereka. Apa memang demikian, kata Ebiet, tanyakan pada rumput yang bergoyang. Jika ia perduli dengan dan responsip terhadap program-program akademik serta ia berada di garda terdepan berarti ia rektor dan ketua perguruan tinggi yang sebenarnya.
RESPON PEMERINTAH DAERAH
Kesulitan bagi PT di antaranya adalah dukungan dana untuk membiayai program-programnya, untuk itu komitmen pemerintah daerah amat penting di samping kebijakan dan dukungan pemerintah pusat. Pemerintah kabupaten Banyumas harus segera “mendeklarasikan Purwokerto Surga Pendidikan” yang akan menjadi contoh dan rujukan bagi pemerintah kabupaten lain. Potensi PTA-PTU negeri swasta yang cukup memadai dikembangkan dengan melibatkan instansi terkait seperti pariwisata agar pendidikan ini lebih menyatu dengan keindahan alam dan seni-budaya lokal. Obyek wisata yang selama ini dimiliki oleh Pemda Banyumas harus didesain ulang dengan memberikan “manik-manik kependidikan” yang menumbuhkan kenyamanan dan kreasi-kreasi baru.
Perpaduan ini diharapkan membuat “siswa-mahasiswa” betah berada di Banyumas dan terus belajar sepanjang hayat. Kebijakan integrative ini membutuhkan dukungan seorang bupati sebagai kepala pemerintahan kabupaten yang visoner, berkarakter tegas dan mandiri. Pilkada tahun 2008 menjadi taruhan sekaligus jawaban apakah cita-cita menjadikan Purwokerto sebagai kota pendidikan yang beraroma surga dapat diapresiasi dan ditindalanjuti ataukah sekedar angin lalu yang akan segera terlupakan. Di sisi lain DPRD yang mengethok final peraturan daerah atau kebijakan lain dituntut untuk memahami tugasnya dan berkenan berpihak untuk memajukan rakyatnya lewat pendidikan. DPRD yang berorientasi uang dan prestise segera ditinggalkan karena hanya akan membebani kehidupan umat.
PERPUSATAKAAN BERSAMA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Desain kota pendidikan apalagi dibubuhi kata surga mengharuskan ada beberapa perpustakaan yang lengkap dan berada di sekitar warga atau penduduk setempat. Untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan yang merupakan jantung pendidikan bisa didirikan perpustakaan bersama khususnya untuk pendidikan luar sekolah, seperti pesantren, madrasah diniyah, majlis ta’lim, dan lainnya. Sebagai contoh :
1. Beberapa desa yang berdekatan membuat perpustakaan dengan koleksi buku, CD, Film, dan semacamnya terutama yang terkait dengan kebutuhan warga desa.
2. Beberapa pesantren atau majlis ta’lim yang berdekatan di kecamatan atau di beberapa desa mendirikan perpustakaan bersama juga dengan menyediakan referensi terkait terutama kitab-kitab langka agar bisa diakses bersama-sama.
3. PAUD, SD, SMP, SMA, SMK juga demikian dapat menyelenggarakan perpustakaan bersama.
Perpustakaan bersama dapat mengatasi keterbatasan pendanaan dan mampu menciptakan kehidupan lebih akademis. Setiap musyawarah atau rapat disertai dengan referensi atau data dan perpustakaan yang menyediakan referensi atau data itu. Penyelesaian masalah (problem solving) dilakukan dengan pendekatan akademis yaitu didampingi oleh refernsi dan data.
Yang perlu mendapatkan penekanan di sini adalah tentang kesediaan hidup berdampingan dengan kepemilikan bersama khususnya terhadap referensi dan data. Perpustakaan yang merupakan milik bersama harus dikembangkan dan dijaga bersama-sama. Suatu tradisi yang “bopeng” dalam masyarakat kita selama ini. Sifat egois menjadi musuh program ini.
RESEPSI, BULAN MADU, DAN PELANTIKAN ILMIAH.
Lamunan akan surga pendidikan bergerak menuju pengandaian, alangkah indahnya jika dalam acara resepsi pernikahan ditampilkan pentas seni-budaya lokal dan kemudian diapresiasi oleh tokoh agama, budayawan, dan akademisi sehingga terwujud “Resepsi Ilmiah” berdimensi keilmuan dan kegembiraan surgawi. Andai “penganten baru” sarimbet berbulan madu ke Baturaden melakukan kajian tentang “keanekaragaman hayati” beserta “reproduksinya” kemudian dikaji bersama dengan mesra yang terkadang tertawa renyah sambil berpelukan membandingkan dengan proses reproduksi manusia seperti dirinya, disampingnya ada beberapa literatur terkait dengan reproduksi, wah indah sekali. Ini namanya “Bulan Madu Ilmiah”. Atau mereka pergi ke “Kebon Binatang” sambil membawa literatur tentang model reproduksi hewan-hewan yang dibandingkan dengan proses reproduksi manusia. Luar biasa, indahnya. Jika demikian maka bulan madu ini dapat meningkatkan keilmuan, spiritualitas karena bertambah rasa syukurnya “…. Ternyata manusia lebih punya banyak alternatif dalam berhubungan badan….”. Alhamdulillah.
Pelantikan, misalnya, selama ini cenderung formalitas yang menghambur-hamburkan uang dan menyia-nyiakan waktu, harus didesain ulang. Andai sebelum pelantikan, didikusikan dengan baik dan nyaman tentang tugas, tanggungjawab, dan wewenang seorang pejabat yang akan dilantik. Referensi didatangkan secukupnya, potensi pengemban tugas dilihat dan bagaimana cara mengembangkannya. Jika ini terjadi, kemajuan dan kegembiraan ada di pelupuk mata. Jabatan adalah amanah dan amanah ini harus diemban dengan sepenuh hati, ilmu yang memadai, dan keterbukaan untuk saling menolong dan melengkapi. Ini namanya “pelantikan Ilmiah”.
SIAPA YANG MEMULAI ?
Gagasan Membangun Surga pendidikan ini harus dipahami dan dikawal lebih dahulu oleh Rektor Unsoed, Ketua STAIN, Rektor UMP, dan Unwiku, Bupati, Ketua DPRD, Ketua Pengadilan, Kejaksaan, dan lain-lain . Kepala, ketua, rektor, atau bupati harus berjalan lebih dahulu jika ia ingin sungguh-sungguh peduli pada kepentingan umat dan warga. Kesejatian dalam kepemimpinan harus ditunjukkan secara riil seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw., Pembicaraan kosong dalam pidato kenegaraan, ceramah agama, kampanye, dan forum semacamnya harus diakhiri diganti dengan penyampaian pemikiran ilmiah, produktifitas, dan kerjasama untuk kemajuan. Siapa yang berani menolak coba angkat kaki, eh… angkat jari !. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang membuat rakyatnya menjadi baik bahkan lebih baik dengan mengerahkan semua potensi yang dimilikinya. Ia harus memberi contoh keteladanan dalam berprilaku (seperti santun dalam berbicara, tidak mudah marah, tidak menang sendiri), kreatif atau produktif, selalu berbuat disertai hati yang bening dan berdo’a untuk kebahagiaan dan kesejahteraan umat dan warganya.
Pimpinan yang memulai akan efektif diikuti oleh umat dan warganya. Jika pemimpin tidak juga bergeming untuk berbuat, rakyat atau umat bisa mengambil inisiatif meski hal ini diakui lebih sulit dilakukan sekaligus menunjukkan rakyat belum memiliki pemimpin.
[i] . Dr. H. Muhammad Roqib, M.Ag adalah Dosen Jurusan Tarbiyah, Direktur Program Pascasarjana STAIN Purwokerto, dan Pengasuh Pesantren Mahasiswa (Pesma) An Najah Purwokerto.
Oleh. Dr. H. Moh. Roqib, M.Ag [i]
SURGA PENDIDIKAN
Surga pendidikan di Banyumas ? Ah itu mimpi…! Mungkin demikian kata banyak orang saat membaca judul tulisan ini. Sebuah sanggahan yang mengisyaratkan ada keterputus asaan terkait dengan janji atau impian bahwa akan terwujud sebuah kehidupan harmonis, dinamis, dan bahagia. Sebentar, jangan disanggah dulu. Mimpi itu penting, melamun atau bercita-cita yang mungkin terlihat absurd sekalipun itu penting bagi kehidupan manusia, minimal untuk memberikan ruang alternative saat keterputus asaan mendera jiwanya. Meski demikian, lamunan, hayalan, dan harapan tersebut tidak boleh berkepanjangan (thulul amal) karena hanya akan menghabiskan energy dan waktu. Berhayal dan melamun akan dunia penuh keindahan kemudian segera menyingsingkan lengan baju untuk cancut taliwanda bekerja keras untuk menggapai cita dan harapan.
Surga pendidikan di Banyumas dimaknai sebagai gagasan untuk mengkreasi potensi Banyumas khususnya Purwokerto menjadi pilot project pendidikan daerah yang maju, dinamis, dan menyenangkan bagaikan lingkungan surga yang membahagiakan tetapi penuh dengan kemajuan ilmu, teknologi, juga peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebuah surga dunia yang didiami oleh berbagai komponen bangsa yang plural dari sisi etnis, suku, dan agama yang semuanya bergerak dan membangun “bayangan surga” di bumi dengan fokus pengembangan pendidikan.
Mungkinkah orang membangun surga tanpa pendidikan. Tidak mungkin. Surga tidak mungkin berdiri di atas kebodohan, karenanya ketinggian derajat selalu diikat oleh ketinggian ilmu. Pendidikan yang baik akan membawa bayangan kehidupan surga semakin Nampak dan membumi. Sebaliknya pendidikan yang jelek dan buruk akan meracuni kehidupan dan membawanya ke kehidupan sengsara bagaiakan hidup di neraka.
Surga bisa diciptakan di dalam diri, di keluarga, di sekolah, di masyarakat, dan lingkungan alam yang lebih luas. Arsitek bangunan surga harus disiapkan dan didukung, sedang arsitek bangunan neraka harus diminimalkan agar dunia tetap layak dihuni dan berperadaban mulia. Dengan mengadopsi informasi dalam al-Qur’an dan Kitab Suci lain, diskripsi surga yang di antaranya airnya mengalir, ada perempuan bidadari yang meneduhkan, hubungan kekeluargaan yang harmonis dan komunikatif karena di dalam surga tidak ada perkataan kotor dan menyakitkan, buah-buahan melimpah ruah, lingkungan yang bersih dan lain sebagainya. Diskripsi ini memberikan petunjuk teknis yang cukup jelas untuk direalisasikan di bumi.
KETELADANAN PERGURUAN TINGGI
Jika surga dunia diwujudkan dan tidak mungkin terlepas dari pendidikan maka peran perguruan tinggi menjadi amat strategis. Di Purwokerto sudah ada perguruan tinggi negeri seperti STAIN dan Usoed yang merupakan satu-satunya perguruan tinggi agama dan umum negeri di eks karsidenan Banyumas, dan perguruan tinggi swasta seperti UMP, Unwiku, STIE, dan lain sebagainya. Perguruan Tinggi (PT) diharapkan mampu membuat desain pendidikan yang joyfull atau menyenangkan dan melekat dalam kehidupan warganya. Desain yang komprehensip yang menyentuh semua sisi kehidupan manusia dengan dasar pijak keilmuan yang jelas. Desain ini kemudian didiskusikan untuk dilengkapi dan disempurnakan sehingga lebih applicable, lamunan yang dekat dengan realitas. Jika sudah selesai, desain ini diaplikasikan di perguruan tinggi sebagai model. Keberhasilan model percontohan ini dikembangkan ke beberapa lembaga pendidikan menengah, dasar dan seterusnya.
Desain yang ada terus dilakukan evaluasi dan pengembangan sekaligus terus diaplikasikan untuk kalangan yang lebih luas. Jika program ini berhasil di perguruan tinggi, dengan “pendekar-pendekar” pendidikan yang kokoh dalam karakter sehingga muncul figur kharismatik dan membanggakan maka proses sosialisasi akan lebih mudah. Tradisi dan budaya akademik yang telah terbangun bisa di semaikan dalam kehidupan riil umat sehingga lambat laun kehidupan umat atau warga Banyumas identik dengan pengembangan ilmu.
Yang perlu diingatkan bahwa surga pendidikan itu mensyaratkan adanya kehidupan yang damai, dinamis, sejahtera dengan lingkungan sosial dan fisik yang ideal seperti hubungan persaudaraan yang baik dan lingkungan alam yang hijau dengan buah-buahan yang cukup. Desain pendidikan ini juga memberikan ilmu, pengalaman, dan prilaku edukatif bagi semua anggota masyarakat sehingga kehidupan yang diyakini sebagai miniatur surga dapat tercapai.
Perguruan Tinggi (PT) yang diakui telah memiliki kesadaran lebih dahulu dan tingkat ekonomi yang lebih cukup daripada anggota masyarakat lain pada umumnya harus memberikan contoh dan teladan kongkrit. Pertanyaannya, siapakah yang akan memulai proyek besar ini. Jawabannya adalah proyek ini akan berjalan efektif jika Ketua atau Rektor berada di garda paling depan. Jika sivitas akademika adalah kumpulan orang-orang unggul, maka semestinya rektor atau ketua adalah orang yang paling unggul dari mereka. Apa memang demikian, kata Ebiet, tanyakan pada rumput yang bergoyang. Jika ia perduli dengan dan responsip terhadap program-program akademik serta ia berada di garda terdepan berarti ia rektor dan ketua perguruan tinggi yang sebenarnya.
RESPON PEMERINTAH DAERAH
Kesulitan bagi PT di antaranya adalah dukungan dana untuk membiayai program-programnya, untuk itu komitmen pemerintah daerah amat penting di samping kebijakan dan dukungan pemerintah pusat. Pemerintah kabupaten Banyumas harus segera “mendeklarasikan Purwokerto Surga Pendidikan” yang akan menjadi contoh dan rujukan bagi pemerintah kabupaten lain. Potensi PTA-PTU negeri swasta yang cukup memadai dikembangkan dengan melibatkan instansi terkait seperti pariwisata agar pendidikan ini lebih menyatu dengan keindahan alam dan seni-budaya lokal. Obyek wisata yang selama ini dimiliki oleh Pemda Banyumas harus didesain ulang dengan memberikan “manik-manik kependidikan” yang menumbuhkan kenyamanan dan kreasi-kreasi baru.
Perpaduan ini diharapkan membuat “siswa-mahasiswa” betah berada di Banyumas dan terus belajar sepanjang hayat. Kebijakan integrative ini membutuhkan dukungan seorang bupati sebagai kepala pemerintahan kabupaten yang visoner, berkarakter tegas dan mandiri. Pilkada tahun 2008 menjadi taruhan sekaligus jawaban apakah cita-cita menjadikan Purwokerto sebagai kota pendidikan yang beraroma surga dapat diapresiasi dan ditindalanjuti ataukah sekedar angin lalu yang akan segera terlupakan. Di sisi lain DPRD yang mengethok final peraturan daerah atau kebijakan lain dituntut untuk memahami tugasnya dan berkenan berpihak untuk memajukan rakyatnya lewat pendidikan. DPRD yang berorientasi uang dan prestise segera ditinggalkan karena hanya akan membebani kehidupan umat.
PERPUSATAKAAN BERSAMA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Desain kota pendidikan apalagi dibubuhi kata surga mengharuskan ada beberapa perpustakaan yang lengkap dan berada di sekitar warga atau penduduk setempat. Untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan yang merupakan jantung pendidikan bisa didirikan perpustakaan bersama khususnya untuk pendidikan luar sekolah, seperti pesantren, madrasah diniyah, majlis ta’lim, dan lainnya. Sebagai contoh :
1. Beberapa desa yang berdekatan membuat perpustakaan dengan koleksi buku, CD, Film, dan semacamnya terutama yang terkait dengan kebutuhan warga desa.
2. Beberapa pesantren atau majlis ta’lim yang berdekatan di kecamatan atau di beberapa desa mendirikan perpustakaan bersama juga dengan menyediakan referensi terkait terutama kitab-kitab langka agar bisa diakses bersama-sama.
3. PAUD, SD, SMP, SMA, SMK juga demikian dapat menyelenggarakan perpustakaan bersama.
Perpustakaan bersama dapat mengatasi keterbatasan pendanaan dan mampu menciptakan kehidupan lebih akademis. Setiap musyawarah atau rapat disertai dengan referensi atau data dan perpustakaan yang menyediakan referensi atau data itu. Penyelesaian masalah (problem solving) dilakukan dengan pendekatan akademis yaitu didampingi oleh refernsi dan data.
Yang perlu mendapatkan penekanan di sini adalah tentang kesediaan hidup berdampingan dengan kepemilikan bersama khususnya terhadap referensi dan data. Perpustakaan yang merupakan milik bersama harus dikembangkan dan dijaga bersama-sama. Suatu tradisi yang “bopeng” dalam masyarakat kita selama ini. Sifat egois menjadi musuh program ini.
RESEPSI, BULAN MADU, DAN PELANTIKAN ILMIAH.
Lamunan akan surga pendidikan bergerak menuju pengandaian, alangkah indahnya jika dalam acara resepsi pernikahan ditampilkan pentas seni-budaya lokal dan kemudian diapresiasi oleh tokoh agama, budayawan, dan akademisi sehingga terwujud “Resepsi Ilmiah” berdimensi keilmuan dan kegembiraan surgawi. Andai “penganten baru” sarimbet berbulan madu ke Baturaden melakukan kajian tentang “keanekaragaman hayati” beserta “reproduksinya” kemudian dikaji bersama dengan mesra yang terkadang tertawa renyah sambil berpelukan membandingkan dengan proses reproduksi manusia seperti dirinya, disampingnya ada beberapa literatur terkait dengan reproduksi, wah indah sekali. Ini namanya “Bulan Madu Ilmiah”. Atau mereka pergi ke “Kebon Binatang” sambil membawa literatur tentang model reproduksi hewan-hewan yang dibandingkan dengan proses reproduksi manusia. Luar biasa, indahnya. Jika demikian maka bulan madu ini dapat meningkatkan keilmuan, spiritualitas karena bertambah rasa syukurnya “…. Ternyata manusia lebih punya banyak alternatif dalam berhubungan badan….”. Alhamdulillah.
Pelantikan, misalnya, selama ini cenderung formalitas yang menghambur-hamburkan uang dan menyia-nyiakan waktu, harus didesain ulang. Andai sebelum pelantikan, didikusikan dengan baik dan nyaman tentang tugas, tanggungjawab, dan wewenang seorang pejabat yang akan dilantik. Referensi didatangkan secukupnya, potensi pengemban tugas dilihat dan bagaimana cara mengembangkannya. Jika ini terjadi, kemajuan dan kegembiraan ada di pelupuk mata. Jabatan adalah amanah dan amanah ini harus diemban dengan sepenuh hati, ilmu yang memadai, dan keterbukaan untuk saling menolong dan melengkapi. Ini namanya “pelantikan Ilmiah”.
SIAPA YANG MEMULAI ?
Gagasan Membangun Surga pendidikan ini harus dipahami dan dikawal lebih dahulu oleh Rektor Unsoed, Ketua STAIN, Rektor UMP, dan Unwiku, Bupati, Ketua DPRD, Ketua Pengadilan, Kejaksaan, dan lain-lain . Kepala, ketua, rektor, atau bupati harus berjalan lebih dahulu jika ia ingin sungguh-sungguh peduli pada kepentingan umat dan warga. Kesejatian dalam kepemimpinan harus ditunjukkan secara riil seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw., Pembicaraan kosong dalam pidato kenegaraan, ceramah agama, kampanye, dan forum semacamnya harus diakhiri diganti dengan penyampaian pemikiran ilmiah, produktifitas, dan kerjasama untuk kemajuan. Siapa yang berani menolak coba angkat kaki, eh… angkat jari !. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang membuat rakyatnya menjadi baik bahkan lebih baik dengan mengerahkan semua potensi yang dimilikinya. Ia harus memberi contoh keteladanan dalam berprilaku (seperti santun dalam berbicara, tidak mudah marah, tidak menang sendiri), kreatif atau produktif, selalu berbuat disertai hati yang bening dan berdo’a untuk kebahagiaan dan kesejahteraan umat dan warganya.
Pimpinan yang memulai akan efektif diikuti oleh umat dan warganya. Jika pemimpin tidak juga bergeming untuk berbuat, rakyat atau umat bisa mengambil inisiatif meski hal ini diakui lebih sulit dilakukan sekaligus menunjukkan rakyat belum memiliki pemimpin.
[i] . Dr. H. Muhammad Roqib, M.Ag adalah Dosen Jurusan Tarbiyah, Direktur Program Pascasarjana STAIN Purwokerto, dan Pengasuh Pesantren Mahasiswa (Pesma) An Najah Purwokerto.
Jumat, 14 Maret 2008
Suatu Pagi di Baturaden
BELAJAR DARI ALAM BATURADEN
Oleh. Moh. Roqib
Pagi itu masih begitu gelap, kabut juga masih jauh dari sentuhan matahari, sekitar pukul 05 aku keluar dari kamar di mana aku melepas lelah. Lingkungan Queen Garden Hotel di Baturaden yang kutempati Raker-rakor sangat indah. Kupanjatkan puji dan syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa betapa limpahan rahmat dan karunianya amat banyak kurasakan. Karunia yang tak mungkin habis dan akupun tak bisa menghitungnya satu persatu. Karunia yang aku rasakan pagi itu begitu indah dan amat menawan hatiku. Aku mencoba melihat kembali file-file lama yang telah membuatku seperti sekarang ini.
Orang tua yang telah melahirkan, mendidik, dan mencintaiku sepenuh hati, meski aku pun sering kurang sabar dan menginginkan lebih dari kecintaan orang tuaku yang tani dan kurang berpendidikan. Kuharapkan mereka mampu memberikan kasih dan cintanya sebagaimana orang kota, kaya, dan pintar. Perasaan yang kurang cerdas karena menuntut lebih dari yang bisa dilakukan oleh orang tua. Sampai di sini aku beristighfar, baru pada tuntutan dalam perasaan yang melintas saat itu, terasa aku telah berbuat kurang ”baik” terhadap orang tuaku sendiri yang aku adalah bagian dari darah dan dagingnya. Kuulang berkali-kali istighfar itu. Airmataku jatuh dan membasahi pipi di pagi buta itu.
File lama terus kubuka, alangkah banyak jasa-jasa orang yang ada disekitarku yang mampu mendidikku dan menyangiku dengan cara yang santun, baik, bijak, dan kasih sayang meski ada sebagian kecil ada yang membuat jasa kepadaku dengan menyedihkanku melalui sikap angkuh, perkataan kasar, gurauan konyol, dan sikap acuh. Dari mereka aku belajar pada titik terkecil prilaku mereka apa pun prilaku itu disapakan kepadaku atau aku menyapanya. Kawan-kawanku saat aku masih kecil yang sering bermain-main dengan mereka. Indah sekali tawa dan tangis menghiasi perkawanan ini. Biasa dunia anak adalah tertawa dan menangis yang terkadang bersamaan. Cantik sekali prilaku anak kecil. Jasa mereka dalam hidupku amat berarti untuk membentuk watakku. Ataghfirullah, ampunilah Tuhan diri dan kawan-kawanku itu.
Masih tetap mengalir air mataku, saat kubuka file kawan-kawanku yang kucinta saat aku belajar di MTs, MAN, dan pesantren. Di antara mereka ada yang amat memberikan perhatian yang amat berguna. Perhatian dan keakraban sahabat yang mengerti akan orang-orang di sampingnya. Ada orang-orang spesial yang telah membangun suasana yang lebih indah dari yang lain. Suasana yang lebih religius, edukatif-kreatif, dan penuh pelibatan rasa dan perasaan. Ya Tuhan berikan kasih dan cintamu kepadaku dan kepada semua mereka yang telah membangun jiwa dan masa depanku. Sahabat-sahabatku di Perguruan Tinggi yang telah memberikan ”makna” lain dalam hidupku terutama dari aspek pemikiran dan pemahaman yang lebih luas. Mereka memiliki tradisi yang lebih intelektual dalam prilakunya saat bercanda, berbicara, dan bersikap. Meski terdidik masih ada yang bagiku kurang dan menginginkan agar mereka bisa seideal apa yang aku pikirkan. Astaghfirullah, ampunilah aku Tuhan. Ampunilah sahabatku dan berikanlah kepada kamu semua kehidupan yang penuh keselamatan dan kedamaian.
Do’a dan kalimah thoyyibah tetap terucap dari bibirku yang gemetar karena tak mampu menahan haru, betapa banyak limpahan karunia Tuhan itu yang selalu masuk dan menjadi bagian dari hidupku baik yang secara sadar kutemukan dan terkadang baru kutemukan saat perenungan di balik kejadian yang bisa jadi kuanggap kurang ”positif” bagiku. Badanku gemetar seakan berusaha menyesuaikan diri agar kenikmatan dan karunia itu bisa masuk dengan baik padaku tanpa kesulitan. Gemetar. Betapa banyak kawan dekat yang telah memberikan kontribusi baiknya kepadaku dengan caranya yang paling konyol sekalipun. Ya Tuhan, berikanlah ampunian dan karunia kepada mereka.
File berlanjut pada orang-orang yang telah memberikan cinta dan perhatian khusus kepadaku tetapi saat ini mereka jauh dari sampingku. Kusampaikan salam manis dan do’a semoga mereka bahagia dalam hidupnya. Kepada istri dan anak-anakku juga anak-anakku yang lahir dari rahim orang lain yang belajar bersamaku dan merasakan pahit getir kehidupan bersamaku, meski tidak lama hanya beberapa waktu saat ia belajar di lingkunganku. Kepada mereka kuucapkan do’a agar mereka sehat, selamat, dan damai dalam hidupnya. Mereka terkadang mendewasakanku dengan prilakunya yang aneh tetapi bermakna dalam hidup ini. Alhamdulillah, ampunilah Tuhan diriku dan mereka dan jadikan kami dalam rengkuhan nikmat dan karuniamu.
Aku semakin tersedu dalam tangisku saat memaca jasa sahabat-sahabat karipku. Karena mereka aku bisa hidup lebih bermakna dalam kehidupan ini. Tanpa mereka hidupku pasti sepi dan kurang berarti. Bersama mereka hidup ini terasa nyaman. Kunikmati hidup ini bersama yang lain karena tanpa kebersamaan hidup ini menjadi tidak menyentuk arti hidup.
Setelah kututup do’a dan file-file kehidupanku, kuusap air mata dan kotoran yang menyesakkan hidungku. Kupandang alam yang membentang di depanku. Ada rerumputan hijau yang sering diijak atau terijak kaki manusia atau hiwan yang melintasinya. Sudah menjadi resiko, posisi rendah potensial untuk diperlakukan kurang baik dan menyenangkan, meski bisa dimaknai lain bahwa untuk menjadi berguna terkadang perlu diinjak dan disakiti oleh yang lain. Ada rumput yang panjang, tetapi ia tidak mampu menopang badannya sendiri sehingga merayap di tanah dan diperlakukan sama dengan rumput yang lain bahkan akan dipotong untuk makan binatang ternak. Ini berarti ada makhluk Tuhan yang memiliki jasa panjang tetapi tetap saja ia akan mendapatkan perlakuan kurang terpuji karena posisinya di bawah, dan ia persembahan sebagian dari raganya untuk makhluk Tuhan yang lain. Ini juga karunia, bisa memberikan makna kepada yang lain dengan berkorban.
Sapaanku bergeser pada pohon-pohon sedang dan besar yang jauh dan indah dipandang. Mereka tersenyum dan melambai-lambai menjawab sapaan dan salamku. Sambil tersenyum kukatakan pada mereka ”cantik sekali”. Mereka berjajar indah karena menunjukkan identitas asli mereka tampa ditutupi dari berbagai sisinya. Ia tampil polos tanpa basa-basi. Luar biasa. Kebergaman kecil besar, tinggi rendah, dan warna-warni mampu menampilkan keagungan Tuhan dalam menyimpan rahasia alam semesta. Segera kusapa bunga-bunga di sampingku berdiri dan berdo’a sejak tadi. Kukatakan pada mereka engkau yang sejak tadi mendampingiku dan dekat dengan tempatku. Engkau amat menawan hatiku, tapi maaf tadi aku telah mengotorimu dan mengganggumu dengan suaraku. Aku berdoa pada mereka, berikanlah kasih dan sayangmu Tuhan, padaku dan pada hambamu yang telah mendidikku dengan rupa dan warnanya. Dari mereka aku bisa hidup lebih nyaman dan damai.
Kurasakan pelajaran indah pagi ini, jalinan hidup yang harus selalu dibina dan terus disempurnakan sebagai petunjuk bahwa kita ini tidak sempurna. Silaturrahim dengan makhluk Tuhan harus kontinyu dilakukan karena kasih-sayang harus terus berlangsung. Perbincangan harus terus dilakukan meski terkadang terjadi misunderstanding, kesalahpahaman. Jika perbincangan dan komunikasi terhenti berati kasih-sayang terputus dan kelasalahpahaman tetap berlanjut. Alhamdulillah. Engkau telah mendidikku setiap waktu.
Baturaden, 16 Pebruari 2008
Oleh. Moh. Roqib
Pagi itu masih begitu gelap, kabut juga masih jauh dari sentuhan matahari, sekitar pukul 05 aku keluar dari kamar di mana aku melepas lelah. Lingkungan Queen Garden Hotel di Baturaden yang kutempati Raker-rakor sangat indah. Kupanjatkan puji dan syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa betapa limpahan rahmat dan karunianya amat banyak kurasakan. Karunia yang tak mungkin habis dan akupun tak bisa menghitungnya satu persatu. Karunia yang aku rasakan pagi itu begitu indah dan amat menawan hatiku. Aku mencoba melihat kembali file-file lama yang telah membuatku seperti sekarang ini.
Orang tua yang telah melahirkan, mendidik, dan mencintaiku sepenuh hati, meski aku pun sering kurang sabar dan menginginkan lebih dari kecintaan orang tuaku yang tani dan kurang berpendidikan. Kuharapkan mereka mampu memberikan kasih dan cintanya sebagaimana orang kota, kaya, dan pintar. Perasaan yang kurang cerdas karena menuntut lebih dari yang bisa dilakukan oleh orang tua. Sampai di sini aku beristighfar, baru pada tuntutan dalam perasaan yang melintas saat itu, terasa aku telah berbuat kurang ”baik” terhadap orang tuaku sendiri yang aku adalah bagian dari darah dan dagingnya. Kuulang berkali-kali istighfar itu. Airmataku jatuh dan membasahi pipi di pagi buta itu.
File lama terus kubuka, alangkah banyak jasa-jasa orang yang ada disekitarku yang mampu mendidikku dan menyangiku dengan cara yang santun, baik, bijak, dan kasih sayang meski ada sebagian kecil ada yang membuat jasa kepadaku dengan menyedihkanku melalui sikap angkuh, perkataan kasar, gurauan konyol, dan sikap acuh. Dari mereka aku belajar pada titik terkecil prilaku mereka apa pun prilaku itu disapakan kepadaku atau aku menyapanya. Kawan-kawanku saat aku masih kecil yang sering bermain-main dengan mereka. Indah sekali tawa dan tangis menghiasi perkawanan ini. Biasa dunia anak adalah tertawa dan menangis yang terkadang bersamaan. Cantik sekali prilaku anak kecil. Jasa mereka dalam hidupku amat berarti untuk membentuk watakku. Ataghfirullah, ampunilah Tuhan diri dan kawan-kawanku itu.
Masih tetap mengalir air mataku, saat kubuka file kawan-kawanku yang kucinta saat aku belajar di MTs, MAN, dan pesantren. Di antara mereka ada yang amat memberikan perhatian yang amat berguna. Perhatian dan keakraban sahabat yang mengerti akan orang-orang di sampingnya. Ada orang-orang spesial yang telah membangun suasana yang lebih indah dari yang lain. Suasana yang lebih religius, edukatif-kreatif, dan penuh pelibatan rasa dan perasaan. Ya Tuhan berikan kasih dan cintamu kepadaku dan kepada semua mereka yang telah membangun jiwa dan masa depanku. Sahabat-sahabatku di Perguruan Tinggi yang telah memberikan ”makna” lain dalam hidupku terutama dari aspek pemikiran dan pemahaman yang lebih luas. Mereka memiliki tradisi yang lebih intelektual dalam prilakunya saat bercanda, berbicara, dan bersikap. Meski terdidik masih ada yang bagiku kurang dan menginginkan agar mereka bisa seideal apa yang aku pikirkan. Astaghfirullah, ampunilah aku Tuhan. Ampunilah sahabatku dan berikanlah kepada kamu semua kehidupan yang penuh keselamatan dan kedamaian.
Do’a dan kalimah thoyyibah tetap terucap dari bibirku yang gemetar karena tak mampu menahan haru, betapa banyak limpahan karunia Tuhan itu yang selalu masuk dan menjadi bagian dari hidupku baik yang secara sadar kutemukan dan terkadang baru kutemukan saat perenungan di balik kejadian yang bisa jadi kuanggap kurang ”positif” bagiku. Badanku gemetar seakan berusaha menyesuaikan diri agar kenikmatan dan karunia itu bisa masuk dengan baik padaku tanpa kesulitan. Gemetar. Betapa banyak kawan dekat yang telah memberikan kontribusi baiknya kepadaku dengan caranya yang paling konyol sekalipun. Ya Tuhan, berikanlah ampunian dan karunia kepada mereka.
File berlanjut pada orang-orang yang telah memberikan cinta dan perhatian khusus kepadaku tetapi saat ini mereka jauh dari sampingku. Kusampaikan salam manis dan do’a semoga mereka bahagia dalam hidupnya. Kepada istri dan anak-anakku juga anak-anakku yang lahir dari rahim orang lain yang belajar bersamaku dan merasakan pahit getir kehidupan bersamaku, meski tidak lama hanya beberapa waktu saat ia belajar di lingkunganku. Kepada mereka kuucapkan do’a agar mereka sehat, selamat, dan damai dalam hidupnya. Mereka terkadang mendewasakanku dengan prilakunya yang aneh tetapi bermakna dalam hidup ini. Alhamdulillah, ampunilah Tuhan diriku dan mereka dan jadikan kami dalam rengkuhan nikmat dan karuniamu.
Aku semakin tersedu dalam tangisku saat memaca jasa sahabat-sahabat karipku. Karena mereka aku bisa hidup lebih bermakna dalam kehidupan ini. Tanpa mereka hidupku pasti sepi dan kurang berarti. Bersama mereka hidup ini terasa nyaman. Kunikmati hidup ini bersama yang lain karena tanpa kebersamaan hidup ini menjadi tidak menyentuk arti hidup.
Setelah kututup do’a dan file-file kehidupanku, kuusap air mata dan kotoran yang menyesakkan hidungku. Kupandang alam yang membentang di depanku. Ada rerumputan hijau yang sering diijak atau terijak kaki manusia atau hiwan yang melintasinya. Sudah menjadi resiko, posisi rendah potensial untuk diperlakukan kurang baik dan menyenangkan, meski bisa dimaknai lain bahwa untuk menjadi berguna terkadang perlu diinjak dan disakiti oleh yang lain. Ada rumput yang panjang, tetapi ia tidak mampu menopang badannya sendiri sehingga merayap di tanah dan diperlakukan sama dengan rumput yang lain bahkan akan dipotong untuk makan binatang ternak. Ini berarti ada makhluk Tuhan yang memiliki jasa panjang tetapi tetap saja ia akan mendapatkan perlakuan kurang terpuji karena posisinya di bawah, dan ia persembahan sebagian dari raganya untuk makhluk Tuhan yang lain. Ini juga karunia, bisa memberikan makna kepada yang lain dengan berkorban.
Sapaanku bergeser pada pohon-pohon sedang dan besar yang jauh dan indah dipandang. Mereka tersenyum dan melambai-lambai menjawab sapaan dan salamku. Sambil tersenyum kukatakan pada mereka ”cantik sekali”. Mereka berjajar indah karena menunjukkan identitas asli mereka tampa ditutupi dari berbagai sisinya. Ia tampil polos tanpa basa-basi. Luar biasa. Kebergaman kecil besar, tinggi rendah, dan warna-warni mampu menampilkan keagungan Tuhan dalam menyimpan rahasia alam semesta. Segera kusapa bunga-bunga di sampingku berdiri dan berdo’a sejak tadi. Kukatakan pada mereka engkau yang sejak tadi mendampingiku dan dekat dengan tempatku. Engkau amat menawan hatiku, tapi maaf tadi aku telah mengotorimu dan mengganggumu dengan suaraku. Aku berdoa pada mereka, berikanlah kasih dan sayangmu Tuhan, padaku dan pada hambamu yang telah mendidikku dengan rupa dan warnanya. Dari mereka aku bisa hidup lebih nyaman dan damai.
Kurasakan pelajaran indah pagi ini, jalinan hidup yang harus selalu dibina dan terus disempurnakan sebagai petunjuk bahwa kita ini tidak sempurna. Silaturrahim dengan makhluk Tuhan harus kontinyu dilakukan karena kasih-sayang harus terus berlangsung. Perbincangan harus terus dilakukan meski terkadang terjadi misunderstanding, kesalahpahaman. Jika perbincangan dan komunikasi terhenti berati kasih-sayang terputus dan kelasalahpahaman tetap berlanjut. Alhamdulillah. Engkau telah mendidikku setiap waktu.
Baturaden, 16 Pebruari 2008
Minggu, 09 Maret 2008
Puisi: ANITA (Kumpulan Puisi Lama)
A.N.I.T.A.
El Roqy el Lamonch
Rambut terurai panjang indah
Mata semu-semu sipit teduh
Dagu gontai merebut jari jemari
Pipi lesung mengundang mata-mata
Postur tubuh yang bernyanyi
Pinggang gemulai memejamkan mata
Leher bulat bagai bantal mutiara
Terselip kata purna intan permata
Anita…ya.. ia Anita….
Benar-benar ciptaan Tuhan
Bukan sekedar saingan
Kan kututup segala arah
Kan kutebas penjuru mata angin
Bila kan mengganggu jalan hidupnya.
Yogyakarta, 11-8-1993
MENYONGSONG KEMATIAN
Oleh : El RoQy El Lamonch
Jeritan itu sangat pelan
Yang tak pernah terdengarkan
Menapak dalam pahatan
Menggores dinding kebahagiaan
Kebahagiaan yang tertunda
Kesuksesan yang teragukan
Kemakmuran dibalik perjara
Keadilan terpaksa tergadaikan
Mimpi ini bagai kenyataan
Kenyataan ini bagai mimpi
Sebuah kenyataan jadi impian
Sebuah impian jadi kenyataan
Sampai detik tak terkirakan
Bumi terkelupas berantakan
Kehidupan menjemput ajal
Mayat berdiri menyongsong kematian
Taa mati yang sebenarnya.
Yogyakarta, 11 Agustus 1993
OTAK BERKARAT
El Roqy El Lamonch
+ Kecut…..
_ Pantas, llihat sakunya
+ Saku siapa
_ Orang tersenyum itu ..!
+ Kenapa.. ia kan wajar sebagai ……..
_ Sebagai apapun…..ia kecut…kecut karena dalam saku
+ Wajar tooh…sakunya tebal, karena…..
_ Tidak ada karena lain, hanya satu karena…..
+ Karena ia nggak sempat mandi, karena ia sibuk, karena ia berjuang karena ia bekerja, karena ia ……….
_ Tidur…sambil membawa bungkusan tape dan asam…..
+ Eeeeeh jangan menghina yaaa……….
_ Tidak menghina, cuman…….
+ Cuman apa…
_ Mengkritik, karena tanpa dihina ia sudah terhina
+ Maksudmu…?
_ Nah kau mulai kaya’ kerbau dungu
+ Apa….??!!
_ Jangan marah bung, kemarahanmu tidak mendatangkan uang
+ Apa ada marah mendatangkan uang, jangan main-main…!!
_ Ada, kemarahan yang pura-pura, alias ia pura-pura marah. Kemarahan seorang pimpinan untuk mencari keuntungan dan kewibawaan.
+ Keuntungan…? Kewibawaan…? Gombal…..
_ Orang macam kau inilah yang menjadi santapan kemarahan.
+ Lalu ia untung…?
_ Yaa ia dapat tambahan, tambahan semu dan memang disemukan, orang ini senang putar lidah, ia tidak pandai tidak juga cerdas. Ia anggap dirinya seorang jawara. Yaa jawara bila di kandang kerbau.
+ Bauk…..begitu maksudnya.
_ Yaa bahkan lebih panjang dari itu.
+ Maksudnya panjang anunya..?
_ Anu bathukmu…, panjang jangkauannya. Busuk kerbau sebatas kandang, busuk mulut sepanjang abab eh abjad.
+ Aku tak mengerti…!
_ Dasar dunia ini sudah penuh otak berkarat.
Yogyakarta, 11 Agustus 1993
NURANIKU
Kuberjalan dengan kedua kakiku
Seperti terkoyak-koyak
Tak berdaya
Tak punya ambisi
Rasa hati ini tak kuasa lagi
berjalan…..
tertatih tatih
seperti inikah ?
Gersangnya nuraniku
Tak kuasa memeluk Mu
Yaa Rabbi…..
Begitu kecil ….. hamba Mu ini
Seakan tak ada lagi kesombongan diri
Bergaya
Bersolek
Berkaca
Atau lagi mabuk tak peduli
Sempatkah nuraniku bersih kembali
Dengan kesucian hati
Dan bertengger dijalan Mu
Yaa Rabbi………………..
KERINDUAN
Aku terjepit
Diantara puing-puing
Aku terjepit
Diantara reruntuhan kasih sayang
Yang pernah datang
Dalam lembaran hidupku
Kini hanya tinggal kenangan
Yang menggores tajam
Di lubuk hatiku dan
Serpihan kasih sayang
Yang kian sirna ditelan waktu
KEMERDEKAAN
Jalan hidup berjalan apa adanya
Jauh dari berbagai rekayasa
Rekayasa meniadakan hakekatnya
Tersenyum dalam keterpasungkannya
Kemerdekaan negara harus berawal dari
Kemerdekaan individunya
Kemerdekaan individu
Membawa kemerdekaan negara
Apa arti kemerdekaan negara
Bila individu terjajah selamanya
Hakekat kemedekaan
Adalah adanya kebebasan
Yang semestinya bebas
Penjajahan adalah pengekang kebebasan
Bebas untuk berfikir
Berkreasi , beraktifitas
Dan juga berbicara
Kesalahan bukan berarti penjara
Akan tetapi pelajaran masa datang
Bila salah identik dengan hukuman
Kemerdekaan hanya fatamorgana
Kemerdekaan digincu omong kosong
Yogyakarta, 9 Agustus 1995
Muhammad Roqib
DOA UNTUK IBU
Ketika malam mencekam diri
Aku termenung sendiri
Aku ingat masa lalu
Aku ingat betapa besar
Pengorbananmu , ibu
Dengan susah payah kau melahirkan ku
Tak kau pikirkan hidup entah mati
Hanya diriku yang engkau nanti
Ibu … tiada emas dan permata
Yang bisa membeli kasihmu
Aku hanya bisa berbakti
Dan berdoa untukmu … , ibu
AL QURAN KITABKU
Di dalammu …..
Memuat arti yang dalam
Adalah petunjuk seluruh manusia
Di bumi
Di dalammu ……
Terjaga kesucian
Dari dulu hingga akhir zaman
Dialah al – Quran ! … tersirat
Kemenangan
Kita sebagai muslim
Harus mengamalkan
Supaya termasuk golongan orang
Beriman
Aamiin
CERMIN
Di depan cermin itu
Aku berdiri tegak
Kulihat bayangan wajahku
Tak ada kedengkian disana
Di depan cermin itu
Kupejamkan mataku
Kulihat isi hatiku
Tak ada di sana sampah Imanku
Di depan cermin itu
Kupasrahkan segalanya
Kepada Tuhanku
Dekatkan diri kepada Nya
Kita kan jauh dari syaitan
MENGGAPAI CITA-CITA
Segudang cita-cita
Kuangankan
Sedalam samudera terhampar
Setinggi gunung Himalaya
Seluas padang Sahara
Tuk menggapai masa depan
Nan cerah ceria
Tuk mengabdi
Kepada tanah tunpah darahku
Yaa Tuhan ….. !
Ridloilah aku
DIKALA BUKIT MENJERIT
Kabut menyapa lirih
Berkata dalam angan
Berlalu tiada perduli
Menghias panorama
Kaki menginjak – injak
Tanganpun menjamah
Bukit kehilangan wibawa
Dikala bukit menjerit
Duniapun merana
Media Sept. ‘93
MAHA RESI
Setumpuk buku kusam
Menyembul kecoak hitam
Sederet jenggot panjang
Bergerak perlahan – lahan
Baju kumal tak teratur
Itulah baju leluhur
Penjauh riak takabbur
Tak sempat karena tafakkur
Maha resi pinjamkan mata
Membuka mata yang sana
Membelah jarum dunia
Memotong yang tak akan luka
Maha resi yang langka
Kalau ada dianggap hina
Tak berfikir logis dan nyata
Padahal, Dialah pemiliknya
Media Sept. ‘93
El Roqy El Lamonj
Ia adalah penyair terkenal
Dan dikenal oleh dirinya sendiri. Sudah beberapa kali tidak dimuat dan tidak dikirim karena masih takut dibayar.
K.A.N.C.I.L. P.I.L.E.K
Syahdan, suatu saat sang raja hutan, Gusti Harimau, membuat ulah seenak perutnya. Kandang sang Raja tak pernah dibersihkan di sana sini kotorannya berserakan – dasar belum pernah ngaji akhlaq di PA – MDA ? - manghasilkan bau busuk menusuk hidung. Bau itu sudah tak terampuni lagi, anyir, pesing, sengir, aprk apalagi sang raja nggak pernah mandi atau keramas pakai shampho.
Datanglah suatu hari seekor sapi melintasi istana sang Harimau dipanggillah sapi, dan disuruh ia berteduh sebentar di istana sang raja. Sesampai di istananya, Harimau bertanya “ Hai Sapi bagaimana pendapatmu tentang istanaku ini ? “ . Dengan ketakutan akan murka sang raja Sapi pun akhirnya menjawab “…am…aammmpun tuan raja…maaf saya berkata jujur, sesungguhnya istana tuan ini kotor, juuga eee.” “eee…apa” sahut Harimau, eee baunya…Tuan…, baunya… busuk sekali..” Heeeee appaaaaa….. berani yaa kamu menghina raja…serta merta raja menerkamnya. Matilah sang sapi dengan mengenaskan. Mati berlepotan darah.
Kemudian datang seekor anak musang remaja, yang lucu nan cakep, walau belum memakai make-up alis pupur dan bedak. Ditanyalah ia, Hai kau anak musang, bagaimana menurut pendapatmu..apakah istanaku bagus atau tidak heee.. merindinglah anak musang seperti pengendaara motor yang dihadang polisi saat ia tidak punya SIM. Dan agar dia selamat ia menjawab “ Ampuun Tuan, aduh…saya tidak pernah melihat istana seindah ini dan seharum ini. Istana tuan memang rapi dan menyenangkan “ tipunya, “ BOOOHONG…” bentak Harimau, “beraniya kau berbohong kepada raja, masak istana kotor begini dibilang bagus, dan menyenangkan “. Tampa basa-basi dan BA*BI*BU Harimau langsung mencengkeranya, merobek – robek tubuhnya. Matilah sang pendusta.
Lalu datang seekor KANCIL dengan santai ia berjalan, sambil menikmati LAGU DANGDUT, Harimau pun memanggilnya, “ Hai Kancil…kemarilah!” Kancilpun mendekat, bagaimana pendapat kamu tentang istanaku ini Cil ? Kancilpun putar otak, berfikir dan mencari logika diplomatis akhirnya ia menjawab “ Tidak tahu Tuan “,” Lhoo tidak tahu bagaimana, kamu berani sama raja ya…” bentak Harimau, “tidak tahuTuan” katanya lagi sambil memegangi hidungnya, “ kenapa…?” desak Harimau, “ karena saya sejak kemaren PILEK Tuan, jadi tak bisa merasakan bau istana Tuan” alasan Kancil. “ Yaa sudah kamu pergi sana, orang pilrk kok keluyuran”.
Selamatlah Kancil yang cerdik dan bijaksana, ia pilek bukan karena tidak ada ultra flu, tapi itulah taktik agar selamat. Inilah hasil si CERDIK DAN PANDAI. Kancil SELAMAT.
13 September 1993
El Roqy El Lamonj…
DASAR BIBIR TIPIS
Dasar lambe tipis… ! begitulah istilah dalam bahasa jawa dalam mengomentari bibir – bibir seseorang yang tiada jemu bergerak. Dan sekarang fungsi bibir pun bertambah dari fungsi awalnya yang tradisional. Bibir bukan hanya berfungsi hiasan anggota dan alat ucap, tapi sudah masuk komoditi ekspor non migas, yang diberi tarif seimbang dengan keindahan dan daya tarik bibir itu sendiri.
Tidak hanya sampai di situ, bibir srkarang sudah sampai dan masuk dunia festival BIBIR INDAH- di Jakarta ? – dan juga jadi modal seperti kata penyanyi dangdut, kamu datang modal bibir sama betis, sehingga dalam perjalanan hidupnya bibir selalu dipoles dengan berbagai macam lipstik agar selalu menarik dan sensual.
Demikian bila kita tinjau secara organik-anatomis, tapi bila dilihat dari segi fungsional, bisa-nisa terjadi penyalah gunaan bibir yang tidak pada tempatnya alias meng-DLOLIMI BIBIR. Bibir diletakkan di sembarang tempat demi untuk sekedar pemuas diri yang Cuma sebentar, digerakkannya kekiri dan kekanan tanpa kendali, dengan sesekali mencibir dan memonyong-monyong agar menarik lawannya. Dulu wanita malu bertatapan dengan lawannya, tapi sekarang menggodanya agar cepat menyerangnya.
Sebagai alat ucap, sering bibir di – umbar, sapu sana sapu sini tak perduli sahabat bahkan guru sendiri. Mungkin kaarena rambu – rambu etika agama yang belum kongkrit dalam hati, jadi semuanya abstrak fatamorgana alias amun – amun. Tiada puas rasanya bila belum menyapu semua, dan bibir pun masih terasa kaku dan pilu.
Benar kata pepatah “ Diam adalah kebijaksanaan tapi sedikit yang melakukannya “ , tapi masalahnya sekarang, mana orang yang senang dengan orang pendiam… ? yang bila berbicara harus beerfikir berjuta kali ? Sekarang orang criwis semakin laris dan laku keras – yang sebenarnya baik bila didasari dengan etika dan agama – apalagi sekaang musim seponsor – seponsoran dan tawar – tawaran.
Namun bila kita tarik pada ujung religi dan hikmahnya, maka kita pun akan bersyukur, bibir kita baik, bagus, indah, mungil bak jambe sinegar, ranum kemerah – merahan, coba lihat di sana banyak orang berbibir kurang, dan bersyukur lagi ternyata bibir kita tidak setebal BIBIR KUDA ! haa
Yogyakarta, Media Sept. ‘93
El Roqy El Lamonj
Pim. Red.
PERKAWINAN
Hasrat ini begitu jelas
Menyusup dalam relung –relung hati
Semakin panas semakin keras
Meluap tak tertutupi
Bila ia berada di sisi
Dunia seakan – akan sunyi
Tiada lagi suara
Yang ada adalah gairah sejati
Oh bulan dalam keremangan
Selipkan dirimu di balik kerudung awan
Sambil berdoa demi kebahagiaan
Yang bernaung dalam kasih Tuhan
Oh Tuhan….
Kuatkan diri ini menggendong tugas
Memegang kuat hikmat – syariat
Membawanya dalam bahagia
Oh Tuhan….
Ikutkanlah di balik kebahagian ini
Generasi arif berhias jujur
Anak idaman manusia luhur
Kuhadapkan diri mutlak untukMu
Kupersembahkan, kutumpahkan hanya kepadaMu
Dengan perkawinan sebagai bukti
Bahwa kebahagiaan telah kumiliki
Krapyak, 6 November ‘94
BERLESAN IHLASH
Kata ihlash meluncur deras
Jadi makanan empuk terkuras
Tiada basa – basi
Ihlash bernilai ekonomis
Terjual mahal dibalik ngaji
Pada diri yang ingin dihormati
Walau bopeng telah terbuka
Matanya pun belum melihat juga
Krapyak, 6 November 1994
LELUCON SEBUAH GERAKAN
Uap air terbang ke angkasa
Meniti jalan hidupnya
Melewati jalan panjang
Panas dan gerah
Rangkaian siklus kehidupan
Seringkai terpangkas
Ditiadakan dimusnahkan
Perjalanan memang panjang
Terkadang berputar dan bergetar
Tanpa arah dan tujuan
Tujuan bisa dibuatkan
Gerakan bisa dimanipulasikan
Hati punya harapan
Fikiran punya angan – angan
Gerakan duniawi
Disambut berkembangnya gedung – gedang
Nafas panjang terdengar
Senyuman menekan hati
Ingin rasanya kaki melompat
Perut keroncongan ototpun tegang
Siapa dapat membentuk hati
Dia adalah pahlawan di sini
Di tempat di mana hati terbentur
Atau dibenturkan diri sendiri
Hari sakit menyebar dinding
Dinding sakit keluar mulut
Yang ada dan selalu ada
Adalah KELUHAN
Yogyakarta, 2 November ‘94
El Roqy El Lamonj
LELAH
Cerobong asap pabrik mengepul
Meneteskan titik kehancuran
Membawa goresan yang sangat panjang
Menerkam luka lama
Seminar lingkungan dilaksanakan
Menelorkan celah – celah kemungkinan
Kemungkinan berbuntut keraguan
Kemudian dilibas kekuasaan
Kemungkinan kembali diorbitkan
Ditempelkan pada dinding – dinding tua
Yang baru kelihatan kusam
Yang lama dipeti emaskan
Bukan Cuma lingkungan
Bukan Cuma pendidikan
Bukan pula hak asasi manusia
Keadilan sebatas lesan
Kebijaksanaan di ujung tirani
Kasih sayang di bibir buaya
Lelah
Lelah aku berbicara
Pendapat di ujung senjata
Dipaksa didalam reruntuhan
Lelah
Lelah aku berfikir
Pada persoalan yang tak pernah berakhir
Kejahatan berkedok agama
Penindasan bertopeng keadilan
Perampasan bernama ketertiban dan kerapian
Kejujuran menjadi barang langka
Langka dalam hati – hati
Hati santri, pastur dan kyai
Kita panen penipuan
Ah..lelah
Aku perlu istirahat
Mengumpulkan tenaga baru
Menyongsong dengan hati bergetar
….lelah…..
krapyak, 6 November ‘94
El Roqy El LamonJ
GENERASI DALAM FANTASI
Perjalanan yang jauh
Pecaharian jati diri
Kemudian singgah dan berlabuh
Dalam kelompok penyucian diri
Persinggahan megah berdiri
Kemegahan dapat dicapai
Kokoh dalam reruntuhan
Nilai – nilai utama yang diidamkan
Kokoh badan harus kokoh jiwa
Dua sejoli jangan dipisah
Agar resah sirnalah sudah
Kegundahan tiada terbawa
Bila keduanya tiada seimbang
Kemalasan merebak kemana – mana
Kebodohan berbantal alasan
Sibuk tiada waktu dan lelah
Badan jadi lelah
Fikiran lelah
Hati lelah
Jiwa lelah
Yang tak pernah lelah
Hanya mulut yang terbuka
Kejelekan terkuak
Kebaikan terjelekkan
Sudahlah silahkan saja
Aku sekarang juga sudah lelah…
Obat kuat obat fantasi
Obat kebodohan cari rekreasi
Fantasi menyenangkan menyejukkan
Ya itulah
Generrasi dalam fantasi
Yogyakarta, 16 November ‘94
El Roqy El Lamonj
JERITAN YANG TAK TERDENGAR
Kulangkahkan kaki penuh semangat
Pengertian kuperoleh dan pengalaman kudapat
Jurang terjal bak mulus lancar dan cepat
Hujan dan panas terik bagai hiburan
Semua kudapat dengan setengah gembira
Semakin lama ketakutan menebal
Sayup sayup terdengar jeritan panjang
Bersautan dengan tangisan-tangisan
Karena seringnya jeritan dan tangisan
Keduanya terdengar sangat merdu
Bila terhenti semua kaget haru
Ini baru luar biasa
Adakah malaikat turun ke bumi ?
Menyela jeritan dan tangisan
Karena sudah terbiasa
Semua seakan tak terdengar
Oleh telinga manusia, telinga penguasa
Yogyakarta, Oktober 1995
KECIL
Yang kecil atau dikecilkan
Sering tak terlihat
Atau tak diperlihatkan
Kebaikannya dianggap sewajarnya
Kejelekannya alasan untuk menyiksanya
Yang kecil atau dikecilkan
Mudah pindah atau dipindahkan
Mudah sakit atau disakiti
Mudah hancur atau dihancurkan
Yang kecil atau dikecilkan
Yang terpencil atau dikucilkan
Yang mengadu atau diadukan
Minta pengadilan atau diadili
Kasihan…..
Yogyakarta, Oktober 1995
JALAN BUNTU
Mega berarak menggumpal-gumpal berlarian tanpa henti menjanjikan hujan yang memang selama ini telah dinanti masyarakat dusunku. Aku menatap tajam menerawang, menebak-nebak adakah hujan benar-benar kan turun. Angin dari arah tenggara menggoyang-goyang tangkai bunga di hadapanku yang semakin menguning. Lambaian dedaunan itu seakan memberi salam perpisahan pada gumpalan mega yang lari menuju lereng gunung. Harapanku, juga masyarakat dusunku, semakin buyar ditelan semilir kesejukan fatamorgana. Sebentar kemudian aku berfikir pada diri-sendiri. Memang, gumpalan mendung itu kupikir adalah sindiran padaku dan orang yang senasib denganku. Betapa tidak, dulu dikala aku masih di sekolah SD Bapak Ibu guru mengajariku agar menggantungkan cita-cita setinggi langit, ‘Kau hatus jadi sarjana’ katanya saat itu. Harapan dengan kesarjanaan itu, aku dapat hidup sejahtera tak kurang suatu apa. Setelah lulus SMA aku masuk perguruan tinggi swasta di kota yang lumayan jauh. Dengan bekal pas-pasan kutelusuri jalan pendidikan sambil menahan perut. Betapa tidak, orang tuaku yang petani dengan sepetak tanah tak akan mungkin cukup membiayai kuliahku yang biayanya semakin melangit. Sambil kuliah aku berjualan koran atau majalah, agar dapat menyambung hidup dan kuliahku. Semester kuikuti kuliah, demi semester dengan semangat tinggi dan rasa letih dan lemah karena seharian kerja dan kurang gizi. Hasilnya IP-ku pas-pasan 2,5., wisuda pun harus kurelakan orang tua menjual sebagian dari tanahnya. Mereka berharap setelah lulus ini aku dapat membantunya secara ekonomis, Wong punya sawah biaya untuk menggarap mahal tetapi hasilnya kalu dijual juga tak seberapa. Selalu rugi.
Kubawa ijazahku dengan kebanggaan yang meluap-luap. Betapa tidak, orang desa sepertiku dapat menjadi sarjana. Aku mulai melirik lapangan kerja. Sekali dua kali akhirnya berkali-kali lamaran kuajukan tak satupun dapat menerimaku. Bahkan dengan nada mengejek mereka bilang ‘Mbok sarjana yang produktif menciptakan lapangan kerja sendiri’…kupandangi ijazahku yang sudah makin lusuh, seperti lelahnya diriku saat ini. ‘Menciptakan lapangan kerja sendiri’… gerutuku dalam hati. Lapangan kerja apa, wong selama ini aku tak pernah diajari bagaimana menciptakan lapangan kerja. Aku hanya punya pengalaman jualan koran, yang tidak masuk nominasi dalam pengalaman kerja. Aku semakin pusing. Ditengah-tengah kuberfikir mencari alternatif pemecahan, aku terperanjat kaget mendengar berita di radioku yang sejak tadi sabar menghiburku. ’70 ribu sarjana Indonesia masih menganggur’. Kutatap radioku yang kusam sekusam masa depanku saat ini. Harapan semakin buyar seperti buyarnya mendung di langit. Tetapi aku terhibur, ternyata aku tidak sendiri.
Yogyakarta, 12 Desember 1995
El Roqy el Lamonch
Rambut terurai panjang indah
Mata semu-semu sipit teduh
Dagu gontai merebut jari jemari
Pipi lesung mengundang mata-mata
Postur tubuh yang bernyanyi
Pinggang gemulai memejamkan mata
Leher bulat bagai bantal mutiara
Terselip kata purna intan permata
Anita…ya.. ia Anita….
Benar-benar ciptaan Tuhan
Bukan sekedar saingan
Kan kututup segala arah
Kan kutebas penjuru mata angin
Bila kan mengganggu jalan hidupnya.
Yogyakarta, 11-8-1993
MENYONGSONG KEMATIAN
Oleh : El RoQy El Lamonch
Jeritan itu sangat pelan
Yang tak pernah terdengarkan
Menapak dalam pahatan
Menggores dinding kebahagiaan
Kebahagiaan yang tertunda
Kesuksesan yang teragukan
Kemakmuran dibalik perjara
Keadilan terpaksa tergadaikan
Mimpi ini bagai kenyataan
Kenyataan ini bagai mimpi
Sebuah kenyataan jadi impian
Sebuah impian jadi kenyataan
Sampai detik tak terkirakan
Bumi terkelupas berantakan
Kehidupan menjemput ajal
Mayat berdiri menyongsong kematian
Taa mati yang sebenarnya.
Yogyakarta, 11 Agustus 1993
OTAK BERKARAT
El Roqy El Lamonch
+ Kecut…..
_ Pantas, llihat sakunya
+ Saku siapa
_ Orang tersenyum itu ..!
+ Kenapa.. ia kan wajar sebagai ……..
_ Sebagai apapun…..ia kecut…kecut karena dalam saku
+ Wajar tooh…sakunya tebal, karena…..
_ Tidak ada karena lain, hanya satu karena…..
+ Karena ia nggak sempat mandi, karena ia sibuk, karena ia berjuang karena ia bekerja, karena ia ……….
_ Tidur…sambil membawa bungkusan tape dan asam…..
+ Eeeeeh jangan menghina yaaa……….
_ Tidak menghina, cuman…….
+ Cuman apa…
_ Mengkritik, karena tanpa dihina ia sudah terhina
+ Maksudmu…?
_ Nah kau mulai kaya’ kerbau dungu
+ Apa….??!!
_ Jangan marah bung, kemarahanmu tidak mendatangkan uang
+ Apa ada marah mendatangkan uang, jangan main-main…!!
_ Ada, kemarahan yang pura-pura, alias ia pura-pura marah. Kemarahan seorang pimpinan untuk mencari keuntungan dan kewibawaan.
+ Keuntungan…? Kewibawaan…? Gombal…..
_ Orang macam kau inilah yang menjadi santapan kemarahan.
+ Lalu ia untung…?
_ Yaa ia dapat tambahan, tambahan semu dan memang disemukan, orang ini senang putar lidah, ia tidak pandai tidak juga cerdas. Ia anggap dirinya seorang jawara. Yaa jawara bila di kandang kerbau.
+ Bauk…..begitu maksudnya.
_ Yaa bahkan lebih panjang dari itu.
+ Maksudnya panjang anunya..?
_ Anu bathukmu…, panjang jangkauannya. Busuk kerbau sebatas kandang, busuk mulut sepanjang abab eh abjad.
+ Aku tak mengerti…!
_ Dasar dunia ini sudah penuh otak berkarat.
Yogyakarta, 11 Agustus 1993
NURANIKU
Kuberjalan dengan kedua kakiku
Seperti terkoyak-koyak
Tak berdaya
Tak punya ambisi
Rasa hati ini tak kuasa lagi
berjalan…..
tertatih tatih
seperti inikah ?
Gersangnya nuraniku
Tak kuasa memeluk Mu
Yaa Rabbi…..
Begitu kecil ….. hamba Mu ini
Seakan tak ada lagi kesombongan diri
Bergaya
Bersolek
Berkaca
Atau lagi mabuk tak peduli
Sempatkah nuraniku bersih kembali
Dengan kesucian hati
Dan bertengger dijalan Mu
Yaa Rabbi………………..
KERINDUAN
Aku terjepit
Diantara puing-puing
Aku terjepit
Diantara reruntuhan kasih sayang
Yang pernah datang
Dalam lembaran hidupku
Kini hanya tinggal kenangan
Yang menggores tajam
Di lubuk hatiku dan
Serpihan kasih sayang
Yang kian sirna ditelan waktu
KEMERDEKAAN
Jalan hidup berjalan apa adanya
Jauh dari berbagai rekayasa
Rekayasa meniadakan hakekatnya
Tersenyum dalam keterpasungkannya
Kemerdekaan negara harus berawal dari
Kemerdekaan individunya
Kemerdekaan individu
Membawa kemerdekaan negara
Apa arti kemerdekaan negara
Bila individu terjajah selamanya
Hakekat kemedekaan
Adalah adanya kebebasan
Yang semestinya bebas
Penjajahan adalah pengekang kebebasan
Bebas untuk berfikir
Berkreasi , beraktifitas
Dan juga berbicara
Kesalahan bukan berarti penjara
Akan tetapi pelajaran masa datang
Bila salah identik dengan hukuman
Kemerdekaan hanya fatamorgana
Kemerdekaan digincu omong kosong
Yogyakarta, 9 Agustus 1995
Muhammad Roqib
DOA UNTUK IBU
Ketika malam mencekam diri
Aku termenung sendiri
Aku ingat masa lalu
Aku ingat betapa besar
Pengorbananmu , ibu
Dengan susah payah kau melahirkan ku
Tak kau pikirkan hidup entah mati
Hanya diriku yang engkau nanti
Ibu … tiada emas dan permata
Yang bisa membeli kasihmu
Aku hanya bisa berbakti
Dan berdoa untukmu … , ibu
AL QURAN KITABKU
Di dalammu …..
Memuat arti yang dalam
Adalah petunjuk seluruh manusia
Di bumi
Di dalammu ……
Terjaga kesucian
Dari dulu hingga akhir zaman
Dialah al – Quran ! … tersirat
Kemenangan
Kita sebagai muslim
Harus mengamalkan
Supaya termasuk golongan orang
Beriman
Aamiin
CERMIN
Di depan cermin itu
Aku berdiri tegak
Kulihat bayangan wajahku
Tak ada kedengkian disana
Di depan cermin itu
Kupejamkan mataku
Kulihat isi hatiku
Tak ada di sana sampah Imanku
Di depan cermin itu
Kupasrahkan segalanya
Kepada Tuhanku
Dekatkan diri kepada Nya
Kita kan jauh dari syaitan
MENGGAPAI CITA-CITA
Segudang cita-cita
Kuangankan
Sedalam samudera terhampar
Setinggi gunung Himalaya
Seluas padang Sahara
Tuk menggapai masa depan
Nan cerah ceria
Tuk mengabdi
Kepada tanah tunpah darahku
Yaa Tuhan ….. !
Ridloilah aku
DIKALA BUKIT MENJERIT
Kabut menyapa lirih
Berkata dalam angan
Berlalu tiada perduli
Menghias panorama
Kaki menginjak – injak
Tanganpun menjamah
Bukit kehilangan wibawa
Dikala bukit menjerit
Duniapun merana
Media Sept. ‘93
MAHA RESI
Setumpuk buku kusam
Menyembul kecoak hitam
Sederet jenggot panjang
Bergerak perlahan – lahan
Baju kumal tak teratur
Itulah baju leluhur
Penjauh riak takabbur
Tak sempat karena tafakkur
Maha resi pinjamkan mata
Membuka mata yang sana
Membelah jarum dunia
Memotong yang tak akan luka
Maha resi yang langka
Kalau ada dianggap hina
Tak berfikir logis dan nyata
Padahal, Dialah pemiliknya
Media Sept. ‘93
El Roqy El Lamonj
Ia adalah penyair terkenal
Dan dikenal oleh dirinya sendiri. Sudah beberapa kali tidak dimuat dan tidak dikirim karena masih takut dibayar.
K.A.N.C.I.L. P.I.L.E.K
Syahdan, suatu saat sang raja hutan, Gusti Harimau, membuat ulah seenak perutnya. Kandang sang Raja tak pernah dibersihkan di sana sini kotorannya berserakan – dasar belum pernah ngaji akhlaq di PA – MDA ? - manghasilkan bau busuk menusuk hidung. Bau itu sudah tak terampuni lagi, anyir, pesing, sengir, aprk apalagi sang raja nggak pernah mandi atau keramas pakai shampho.
Datanglah suatu hari seekor sapi melintasi istana sang Harimau dipanggillah sapi, dan disuruh ia berteduh sebentar di istana sang raja. Sesampai di istananya, Harimau bertanya “ Hai Sapi bagaimana pendapatmu tentang istanaku ini ? “ . Dengan ketakutan akan murka sang raja Sapi pun akhirnya menjawab “…am…aammmpun tuan raja…maaf saya berkata jujur, sesungguhnya istana tuan ini kotor, juuga eee.” “eee…apa” sahut Harimau, eee baunya…Tuan…, baunya… busuk sekali..” Heeeee appaaaaa….. berani yaa kamu menghina raja…serta merta raja menerkamnya. Matilah sang sapi dengan mengenaskan. Mati berlepotan darah.
Kemudian datang seekor anak musang remaja, yang lucu nan cakep, walau belum memakai make-up alis pupur dan bedak. Ditanyalah ia, Hai kau anak musang, bagaimana menurut pendapatmu..apakah istanaku bagus atau tidak heee.. merindinglah anak musang seperti pengendaara motor yang dihadang polisi saat ia tidak punya SIM. Dan agar dia selamat ia menjawab “ Ampuun Tuan, aduh…saya tidak pernah melihat istana seindah ini dan seharum ini. Istana tuan memang rapi dan menyenangkan “ tipunya, “ BOOOHONG…” bentak Harimau, “beraniya kau berbohong kepada raja, masak istana kotor begini dibilang bagus, dan menyenangkan “. Tampa basa-basi dan BA*BI*BU Harimau langsung mencengkeranya, merobek – robek tubuhnya. Matilah sang pendusta.
Lalu datang seekor KANCIL dengan santai ia berjalan, sambil menikmati LAGU DANGDUT, Harimau pun memanggilnya, “ Hai Kancil…kemarilah!” Kancilpun mendekat, bagaimana pendapat kamu tentang istanaku ini Cil ? Kancilpun putar otak, berfikir dan mencari logika diplomatis akhirnya ia menjawab “ Tidak tahu Tuan “,” Lhoo tidak tahu bagaimana, kamu berani sama raja ya…” bentak Harimau, “tidak tahuTuan” katanya lagi sambil memegangi hidungnya, “ kenapa…?” desak Harimau, “ karena saya sejak kemaren PILEK Tuan, jadi tak bisa merasakan bau istana Tuan” alasan Kancil. “ Yaa sudah kamu pergi sana, orang pilrk kok keluyuran”.
Selamatlah Kancil yang cerdik dan bijaksana, ia pilek bukan karena tidak ada ultra flu, tapi itulah taktik agar selamat. Inilah hasil si CERDIK DAN PANDAI. Kancil SELAMAT.
13 September 1993
El Roqy El Lamonj…
DASAR BIBIR TIPIS
Dasar lambe tipis… ! begitulah istilah dalam bahasa jawa dalam mengomentari bibir – bibir seseorang yang tiada jemu bergerak. Dan sekarang fungsi bibir pun bertambah dari fungsi awalnya yang tradisional. Bibir bukan hanya berfungsi hiasan anggota dan alat ucap, tapi sudah masuk komoditi ekspor non migas, yang diberi tarif seimbang dengan keindahan dan daya tarik bibir itu sendiri.
Tidak hanya sampai di situ, bibir srkarang sudah sampai dan masuk dunia festival BIBIR INDAH- di Jakarta ? – dan juga jadi modal seperti kata penyanyi dangdut, kamu datang modal bibir sama betis, sehingga dalam perjalanan hidupnya bibir selalu dipoles dengan berbagai macam lipstik agar selalu menarik dan sensual.
Demikian bila kita tinjau secara organik-anatomis, tapi bila dilihat dari segi fungsional, bisa-nisa terjadi penyalah gunaan bibir yang tidak pada tempatnya alias meng-DLOLIMI BIBIR. Bibir diletakkan di sembarang tempat demi untuk sekedar pemuas diri yang Cuma sebentar, digerakkannya kekiri dan kekanan tanpa kendali, dengan sesekali mencibir dan memonyong-monyong agar menarik lawannya. Dulu wanita malu bertatapan dengan lawannya, tapi sekarang menggodanya agar cepat menyerangnya.
Sebagai alat ucap, sering bibir di – umbar, sapu sana sapu sini tak perduli sahabat bahkan guru sendiri. Mungkin kaarena rambu – rambu etika agama yang belum kongkrit dalam hati, jadi semuanya abstrak fatamorgana alias amun – amun. Tiada puas rasanya bila belum menyapu semua, dan bibir pun masih terasa kaku dan pilu.
Benar kata pepatah “ Diam adalah kebijaksanaan tapi sedikit yang melakukannya “ , tapi masalahnya sekarang, mana orang yang senang dengan orang pendiam… ? yang bila berbicara harus beerfikir berjuta kali ? Sekarang orang criwis semakin laris dan laku keras – yang sebenarnya baik bila didasari dengan etika dan agama – apalagi sekaang musim seponsor – seponsoran dan tawar – tawaran.
Namun bila kita tarik pada ujung religi dan hikmahnya, maka kita pun akan bersyukur, bibir kita baik, bagus, indah, mungil bak jambe sinegar, ranum kemerah – merahan, coba lihat di sana banyak orang berbibir kurang, dan bersyukur lagi ternyata bibir kita tidak setebal BIBIR KUDA ! haa
Yogyakarta, Media Sept. ‘93
El Roqy El Lamonj
Pim. Red.
PERKAWINAN
Hasrat ini begitu jelas
Menyusup dalam relung –relung hati
Semakin panas semakin keras
Meluap tak tertutupi
Bila ia berada di sisi
Dunia seakan – akan sunyi
Tiada lagi suara
Yang ada adalah gairah sejati
Oh bulan dalam keremangan
Selipkan dirimu di balik kerudung awan
Sambil berdoa demi kebahagiaan
Yang bernaung dalam kasih Tuhan
Oh Tuhan….
Kuatkan diri ini menggendong tugas
Memegang kuat hikmat – syariat
Membawanya dalam bahagia
Oh Tuhan….
Ikutkanlah di balik kebahagian ini
Generasi arif berhias jujur
Anak idaman manusia luhur
Kuhadapkan diri mutlak untukMu
Kupersembahkan, kutumpahkan hanya kepadaMu
Dengan perkawinan sebagai bukti
Bahwa kebahagiaan telah kumiliki
Krapyak, 6 November ‘94
BERLESAN IHLASH
Kata ihlash meluncur deras
Jadi makanan empuk terkuras
Tiada basa – basi
Ihlash bernilai ekonomis
Terjual mahal dibalik ngaji
Pada diri yang ingin dihormati
Walau bopeng telah terbuka
Matanya pun belum melihat juga
Krapyak, 6 November 1994
LELUCON SEBUAH GERAKAN
Uap air terbang ke angkasa
Meniti jalan hidupnya
Melewati jalan panjang
Panas dan gerah
Rangkaian siklus kehidupan
Seringkai terpangkas
Ditiadakan dimusnahkan
Perjalanan memang panjang
Terkadang berputar dan bergetar
Tanpa arah dan tujuan
Tujuan bisa dibuatkan
Gerakan bisa dimanipulasikan
Hati punya harapan
Fikiran punya angan – angan
Gerakan duniawi
Disambut berkembangnya gedung – gedang
Nafas panjang terdengar
Senyuman menekan hati
Ingin rasanya kaki melompat
Perut keroncongan ototpun tegang
Siapa dapat membentuk hati
Dia adalah pahlawan di sini
Di tempat di mana hati terbentur
Atau dibenturkan diri sendiri
Hari sakit menyebar dinding
Dinding sakit keluar mulut
Yang ada dan selalu ada
Adalah KELUHAN
Yogyakarta, 2 November ‘94
El Roqy El Lamonj
LELAH
Cerobong asap pabrik mengepul
Meneteskan titik kehancuran
Membawa goresan yang sangat panjang
Menerkam luka lama
Seminar lingkungan dilaksanakan
Menelorkan celah – celah kemungkinan
Kemungkinan berbuntut keraguan
Kemudian dilibas kekuasaan
Kemungkinan kembali diorbitkan
Ditempelkan pada dinding – dinding tua
Yang baru kelihatan kusam
Yang lama dipeti emaskan
Bukan Cuma lingkungan
Bukan Cuma pendidikan
Bukan pula hak asasi manusia
Keadilan sebatas lesan
Kebijaksanaan di ujung tirani
Kasih sayang di bibir buaya
Lelah
Lelah aku berbicara
Pendapat di ujung senjata
Dipaksa didalam reruntuhan
Lelah
Lelah aku berfikir
Pada persoalan yang tak pernah berakhir
Kejahatan berkedok agama
Penindasan bertopeng keadilan
Perampasan bernama ketertiban dan kerapian
Kejujuran menjadi barang langka
Langka dalam hati – hati
Hati santri, pastur dan kyai
Kita panen penipuan
Ah..lelah
Aku perlu istirahat
Mengumpulkan tenaga baru
Menyongsong dengan hati bergetar
….lelah…..
krapyak, 6 November ‘94
El Roqy El LamonJ
GENERASI DALAM FANTASI
Perjalanan yang jauh
Pecaharian jati diri
Kemudian singgah dan berlabuh
Dalam kelompok penyucian diri
Persinggahan megah berdiri
Kemegahan dapat dicapai
Kokoh dalam reruntuhan
Nilai – nilai utama yang diidamkan
Kokoh badan harus kokoh jiwa
Dua sejoli jangan dipisah
Agar resah sirnalah sudah
Kegundahan tiada terbawa
Bila keduanya tiada seimbang
Kemalasan merebak kemana – mana
Kebodohan berbantal alasan
Sibuk tiada waktu dan lelah
Badan jadi lelah
Fikiran lelah
Hati lelah
Jiwa lelah
Yang tak pernah lelah
Hanya mulut yang terbuka
Kejelekan terkuak
Kebaikan terjelekkan
Sudahlah silahkan saja
Aku sekarang juga sudah lelah…
Obat kuat obat fantasi
Obat kebodohan cari rekreasi
Fantasi menyenangkan menyejukkan
Ya itulah
Generrasi dalam fantasi
Yogyakarta, 16 November ‘94
El Roqy El Lamonj
JERITAN YANG TAK TERDENGAR
Kulangkahkan kaki penuh semangat
Pengertian kuperoleh dan pengalaman kudapat
Jurang terjal bak mulus lancar dan cepat
Hujan dan panas terik bagai hiburan
Semua kudapat dengan setengah gembira
Semakin lama ketakutan menebal
Sayup sayup terdengar jeritan panjang
Bersautan dengan tangisan-tangisan
Karena seringnya jeritan dan tangisan
Keduanya terdengar sangat merdu
Bila terhenti semua kaget haru
Ini baru luar biasa
Adakah malaikat turun ke bumi ?
Menyela jeritan dan tangisan
Karena sudah terbiasa
Semua seakan tak terdengar
Oleh telinga manusia, telinga penguasa
Yogyakarta, Oktober 1995
KECIL
Yang kecil atau dikecilkan
Sering tak terlihat
Atau tak diperlihatkan
Kebaikannya dianggap sewajarnya
Kejelekannya alasan untuk menyiksanya
Yang kecil atau dikecilkan
Mudah pindah atau dipindahkan
Mudah sakit atau disakiti
Mudah hancur atau dihancurkan
Yang kecil atau dikecilkan
Yang terpencil atau dikucilkan
Yang mengadu atau diadukan
Minta pengadilan atau diadili
Kasihan…..
Yogyakarta, Oktober 1995
JALAN BUNTU
Mega berarak menggumpal-gumpal berlarian tanpa henti menjanjikan hujan yang memang selama ini telah dinanti masyarakat dusunku. Aku menatap tajam menerawang, menebak-nebak adakah hujan benar-benar kan turun. Angin dari arah tenggara menggoyang-goyang tangkai bunga di hadapanku yang semakin menguning. Lambaian dedaunan itu seakan memberi salam perpisahan pada gumpalan mega yang lari menuju lereng gunung. Harapanku, juga masyarakat dusunku, semakin buyar ditelan semilir kesejukan fatamorgana. Sebentar kemudian aku berfikir pada diri-sendiri. Memang, gumpalan mendung itu kupikir adalah sindiran padaku dan orang yang senasib denganku. Betapa tidak, dulu dikala aku masih di sekolah SD Bapak Ibu guru mengajariku agar menggantungkan cita-cita setinggi langit, ‘Kau hatus jadi sarjana’ katanya saat itu. Harapan dengan kesarjanaan itu, aku dapat hidup sejahtera tak kurang suatu apa. Setelah lulus SMA aku masuk perguruan tinggi swasta di kota yang lumayan jauh. Dengan bekal pas-pasan kutelusuri jalan pendidikan sambil menahan perut. Betapa tidak, orang tuaku yang petani dengan sepetak tanah tak akan mungkin cukup membiayai kuliahku yang biayanya semakin melangit. Sambil kuliah aku berjualan koran atau majalah, agar dapat menyambung hidup dan kuliahku. Semester kuikuti kuliah, demi semester dengan semangat tinggi dan rasa letih dan lemah karena seharian kerja dan kurang gizi. Hasilnya IP-ku pas-pasan 2,5., wisuda pun harus kurelakan orang tua menjual sebagian dari tanahnya. Mereka berharap setelah lulus ini aku dapat membantunya secara ekonomis, Wong punya sawah biaya untuk menggarap mahal tetapi hasilnya kalu dijual juga tak seberapa. Selalu rugi.
Kubawa ijazahku dengan kebanggaan yang meluap-luap. Betapa tidak, orang desa sepertiku dapat menjadi sarjana. Aku mulai melirik lapangan kerja. Sekali dua kali akhirnya berkali-kali lamaran kuajukan tak satupun dapat menerimaku. Bahkan dengan nada mengejek mereka bilang ‘Mbok sarjana yang produktif menciptakan lapangan kerja sendiri’…kupandangi ijazahku yang sudah makin lusuh, seperti lelahnya diriku saat ini. ‘Menciptakan lapangan kerja sendiri’… gerutuku dalam hati. Lapangan kerja apa, wong selama ini aku tak pernah diajari bagaimana menciptakan lapangan kerja. Aku hanya punya pengalaman jualan koran, yang tidak masuk nominasi dalam pengalaman kerja. Aku semakin pusing. Ditengah-tengah kuberfikir mencari alternatif pemecahan, aku terperanjat kaget mendengar berita di radioku yang sejak tadi sabar menghiburku. ’70 ribu sarjana Indonesia masih menganggur’. Kutatap radioku yang kusam sekusam masa depanku saat ini. Harapan semakin buyar seperti buyarnya mendung di langit. Tetapi aku terhibur, ternyata aku tidak sendiri.
Yogyakarta, 12 Desember 1995
Puisi: Tiada Penyesalan
JIKA AKU HANYA DIAM
Aku akan tetap diam. Sebab aku masih tetap seperti dulu. Berusaha menjaga “yang suci” sebagai mutiara dan jimat hidup. Aku tetap diam. Sebab aku yakin engkau juga berusaha untuk menjaga mutiara kehidupan. Aku hanya diam menunggu hati ini kuat untuk menerima apapun yang terjadi sebagai bagian dari “yang suci”. Aku hanya diam tatkala melihat tanda perubahan yang menusuk hati dan jiwa, karena aku tetap tak bergeming dengan keyakinanku bahwa kau tetap bersahaja dan kokoh dalam menjaganya. Aku tidak bisa diam saat kau lumuri noda mutiara dan “generasi bangsa” kita. Aku akan berubah jika engkau mampu meyakinkan bahwa itu cita dan bahagia untuk kalian. Aku akan bicara lantang jika generasiku terusik masa depannya. Tetesan air mataku secara kontinyu berdo’a semoga kalian sejahtera dan bahagia. Gerak nafasku mengalunkan fatihah untuk kalian. Harapan mulia tetap mengalir seirama dengan darah dan jiwa yang menggelora. Ke pada-Mu, ya Allah aku memohon menyembah dan mohon pertolongan. Alhamdulillah, ya Allah, semua berjalan damai dan kalian telah mendapatkan yang terbaik. Aku yakin semua akan mendapat ridla-Mu ya Allah. Amiin.
MENGAPA TIADA PENYESALAN
Mengapa tiada penyesalan
Tatkala pekerjaan tertunda
Hanya karena pikiran selalu pada Dia
Selalu menyapa kebahagiaan
Mengapa tiada penyesalan
Tatkala cita-cita tertunda
Hanya karena waktu untuk Dia
Selalu menyimpan kehangatan
Mengapa tiada penyesalan
Tatkala kebersamaan tertunda
Hanya karena jiwa tertuju pada Dia
Selalu memberi sejuta harapan
Mengapa ada penyesalan
Hanya karena cinta butuh bukti
Yang tergerak dari lubuk hati
Berujut berbagai kreatifitas diri
Kreatifitas seakan terhenti
Hanya secuil sebagai bukti
Maafkan atas kelemahan ini
Aku benar-benar menyesal.
Purwokerto, 17 Pebruari 2006
Muhammad Roqib
Aku akan tetap diam. Sebab aku masih tetap seperti dulu. Berusaha menjaga “yang suci” sebagai mutiara dan jimat hidup. Aku tetap diam. Sebab aku yakin engkau juga berusaha untuk menjaga mutiara kehidupan. Aku hanya diam menunggu hati ini kuat untuk menerima apapun yang terjadi sebagai bagian dari “yang suci”. Aku hanya diam tatkala melihat tanda perubahan yang menusuk hati dan jiwa, karena aku tetap tak bergeming dengan keyakinanku bahwa kau tetap bersahaja dan kokoh dalam menjaganya. Aku tidak bisa diam saat kau lumuri noda mutiara dan “generasi bangsa” kita. Aku akan berubah jika engkau mampu meyakinkan bahwa itu cita dan bahagia untuk kalian. Aku akan bicara lantang jika generasiku terusik masa depannya. Tetesan air mataku secara kontinyu berdo’a semoga kalian sejahtera dan bahagia. Gerak nafasku mengalunkan fatihah untuk kalian. Harapan mulia tetap mengalir seirama dengan darah dan jiwa yang menggelora. Ke pada-Mu, ya Allah aku memohon menyembah dan mohon pertolongan. Alhamdulillah, ya Allah, semua berjalan damai dan kalian telah mendapatkan yang terbaik. Aku yakin semua akan mendapat ridla-Mu ya Allah. Amiin.
MENGAPA TIADA PENYESALAN
Mengapa tiada penyesalan
Tatkala pekerjaan tertunda
Hanya karena pikiran selalu pada Dia
Selalu menyapa kebahagiaan
Mengapa tiada penyesalan
Tatkala cita-cita tertunda
Hanya karena waktu untuk Dia
Selalu menyimpan kehangatan
Mengapa tiada penyesalan
Tatkala kebersamaan tertunda
Hanya karena jiwa tertuju pada Dia
Selalu memberi sejuta harapan
Mengapa ada penyesalan
Hanya karena cinta butuh bukti
Yang tergerak dari lubuk hati
Berujut berbagai kreatifitas diri
Kreatifitas seakan terhenti
Hanya secuil sebagai bukti
Maafkan atas kelemahan ini
Aku benar-benar menyesal.
Purwokerto, 17 Pebruari 2006
Muhammad Roqib
Puisi: Konsekwensi Tugas
Moh. Roqib
KONSEKWENSI TUGAS
Sederet waktu kuhabiskan untuk mengupas habis nasib
Tugas kulaksanakan dengan penuh gembira menyenangkan
Kunikmati tugas-tugas yang berjejalan di hadapan
Kuyakini ini bagian dari ilmu manfaat dan ibadah pada Tuhan
Waktu untuk anak-anak dan istri kuminta
Kegembiraannya kurang kurasakan
Berbekal kepercayaan bahwa mereka beriman
Akan menghadapi keseharian tak jauh dari Tuhan
Di sisiku ada yang suka menunjukkan bahwa diriya sibuk tak terperikan
Sambil membangun kehormatan bagaikan orang gedean berkendaraan
Melupakan proses panjang melelahkan kawan untuk melambungkannya
Seakan berkuasa mengatur pada sekitarnya sambil berjalan sendirian
Di sisiku yang lain ada orang yang pandai menata alasan
Tugas kelembagaan dikesampingkan, tak karuan
Ia menunjukkan kelemahan sambil menikmatinya
Kritiknya membahana tak tertahankan
Ada juga yang tukang ribut tapi tampa agenda
Melakukan sesuatu kebetulan dihadapannya
Menguasai asset melupakan rasa dan kepentingan lainnya
Bila dingatkan berjubel alas an dan apologinya
Untunglah pekerja keras berbaris mengikuti irama
Memperkuat kemajuan yang hampir sirna
Mendampingiku gembira dengan tugas mulia
Baginya pristasi adalah bagian hidupnya
Manusia beraneka ragam, orang bijak mampu memahaminya
Dengan tanpa mengurangi kebahagiaan hidup dan masa depannya
Purwokerto, 3 April 2003
KONSEKWENSI TUGAS
Sederet waktu kuhabiskan untuk mengupas habis nasib
Tugas kulaksanakan dengan penuh gembira menyenangkan
Kunikmati tugas-tugas yang berjejalan di hadapan
Kuyakini ini bagian dari ilmu manfaat dan ibadah pada Tuhan
Waktu untuk anak-anak dan istri kuminta
Kegembiraannya kurang kurasakan
Berbekal kepercayaan bahwa mereka beriman
Akan menghadapi keseharian tak jauh dari Tuhan
Di sisiku ada yang suka menunjukkan bahwa diriya sibuk tak terperikan
Sambil membangun kehormatan bagaikan orang gedean berkendaraan
Melupakan proses panjang melelahkan kawan untuk melambungkannya
Seakan berkuasa mengatur pada sekitarnya sambil berjalan sendirian
Di sisiku yang lain ada orang yang pandai menata alasan
Tugas kelembagaan dikesampingkan, tak karuan
Ia menunjukkan kelemahan sambil menikmatinya
Kritiknya membahana tak tertahankan
Ada juga yang tukang ribut tapi tampa agenda
Melakukan sesuatu kebetulan dihadapannya
Menguasai asset melupakan rasa dan kepentingan lainnya
Bila dingatkan berjubel alas an dan apologinya
Untunglah pekerja keras berbaris mengikuti irama
Memperkuat kemajuan yang hampir sirna
Mendampingiku gembira dengan tugas mulia
Baginya pristasi adalah bagian hidupnya
Manusia beraneka ragam, orang bijak mampu memahaminya
Dengan tanpa mengurangi kebahagiaan hidup dan masa depannya
Purwokerto, 3 April 2003
Puisi: Keakuan
KEAKUAN
Menarik perhatian setiap orang
Berderet prestasi berkubang cela
Untuk apa membungkam setiap mulut
Jika bau tak sedap selalu menyengat
Perhatian tertuju pada yang lain
Berselimut dusta berbalik intelek
Kritik padanya bukan pada diri
Apalah artinya karena sia-sia
Keakuan dijual dan ditawar
Dihargai tinggi melangit
Seakan berharga dan berwibawa
Padahal hanya bualan belaka
Mengapa penipuan ini terjadi
Mengapa keangkuhan tak diakui
Bisakah aku membakar angkara
Membersihkan diri menjadi sejati
Purwokerto, 3 April 2003
Muhammad Roqib
Menarik perhatian setiap orang
Berderet prestasi berkubang cela
Untuk apa membungkam setiap mulut
Jika bau tak sedap selalu menyengat
Perhatian tertuju pada yang lain
Berselimut dusta berbalik intelek
Kritik padanya bukan pada diri
Apalah artinya karena sia-sia
Keakuan dijual dan ditawar
Dihargai tinggi melangit
Seakan berharga dan berwibawa
Padahal hanya bualan belaka
Mengapa penipuan ini terjadi
Mengapa keangkuhan tak diakui
Bisakah aku membakar angkara
Membersihkan diri menjadi sejati
Purwokerto, 3 April 2003
Muhammad Roqib
Puisi: Cinta Menghias
Purwokerto, 27 Juli 2004
CINTA MENGHIAS
Pada tanggal 23 Juli yang lalu
Masih kurasakan kehangatan tangan dan bibir
Cubitan dan ucapan mesra darimu
Bahasa tubuhmu kutangkap dekat
Pada tanggal 24 Juli berikutnya
Lambaian tanganmu terbayang
Kau angkat dengan amat berat
Kata selamat lirih dan menghilang
Beberapa malam berikutnya menjadi sepi
Irama dan lagu AFI tak kuhiraukan lagi
Berita hangat juga tak lagi berarti
Negeri goncang kuanggap menari
Apakah ini yang namanya cinta
Semula sakit menjadi indah
Semula keindahan menjadi sakit
Keduanya beralih berganti mengikuti hati
Keinginan tuk berjumpa selalu ada
Tapi apa yang hendak kukata dan kuraba
Semuanya sudah jelas
Tidak lagi butuh gerak dan kata
Tidak butuh apa-apa
Hati hanya butuh hatinya
Tuhan
Apakah ini karunia atau bencana
Kenikmatan atau ketersiksaan
Semua orang boleh mengecam
Hati tidak lagi butuh suara dan kata
Hati hanya butuh cinta
Cinta yang menghias hidup
Hidup yang berhias cinta
Purwokerto, 27 Juli 2004
CINTA MENGHIAS
Pada tanggal 23 Juli yang lalu
Masih kurasakan kehangatan tangan dan bibir
Cubitan dan ucapan mesra darimu
Bahasa tubuhmu kutangkap dekat
Pada tanggal 24 Juli berikutnya
Lambaian tanganmu terbayang
Kau angkat dengan amat berat
Kata selamat lirih dan menghilang
Beberapa malam berikutnya menjadi sepi
Irama dan lagu AFI tak kuhiraukan lagi
Berita hangat juga tak lagi berarti
Negeri goncang kuanggap menari
Apakah ini yang namanya cinta
Semula sakit menjadi indah
Semula keindahan menjadi sakit
Keduanya beralih berganti mengikuti hati
Keinginan tuk berjumpa selalu ada
Tapi apa yang hendak kukata dan kuraba
Semuanya sudah jelas
Tidak lagi butuh gerak dan kata
Tidak butuh apa-apa
Hati hanya butuh hatinya
Tuhan
Apakah ini karunia atau bencana
Kenikmatan atau ketersiksaan
Semua orang boleh mengecam
Hati tidak lagi butuh suara dan kata
Hati hanya butuh cinta
Cinta yang menghias hidup
Hidup yang berhias cinta
CINTA MENGHIAS
Pada tanggal 23 Juli yang lalu
Masih kurasakan kehangatan tangan dan bibir
Cubitan dan ucapan mesra darimu
Bahasa tubuhmu kutangkap dekat
Pada tanggal 24 Juli berikutnya
Lambaian tanganmu terbayang
Kau angkat dengan amat berat
Kata selamat lirih dan menghilang
Beberapa malam berikutnya menjadi sepi
Irama dan lagu AFI tak kuhiraukan lagi
Berita hangat juga tak lagi berarti
Negeri goncang kuanggap menari
Apakah ini yang namanya cinta
Semula sakit menjadi indah
Semula keindahan menjadi sakit
Keduanya beralih berganti mengikuti hati
Keinginan tuk berjumpa selalu ada
Tapi apa yang hendak kukata dan kuraba
Semuanya sudah jelas
Tidak lagi butuh gerak dan kata
Tidak butuh apa-apa
Hati hanya butuh hatinya
Tuhan
Apakah ini karunia atau bencana
Kenikmatan atau ketersiksaan
Semua orang boleh mengecam
Hati tidak lagi butuh suara dan kata
Hati hanya butuh cinta
Cinta yang menghias hidup
Hidup yang berhias cinta
Purwokerto, 27 Juli 2004
CINTA MENGHIAS
Pada tanggal 23 Juli yang lalu
Masih kurasakan kehangatan tangan dan bibir
Cubitan dan ucapan mesra darimu
Bahasa tubuhmu kutangkap dekat
Pada tanggal 24 Juli berikutnya
Lambaian tanganmu terbayang
Kau angkat dengan amat berat
Kata selamat lirih dan menghilang
Beberapa malam berikutnya menjadi sepi
Irama dan lagu AFI tak kuhiraukan lagi
Berita hangat juga tak lagi berarti
Negeri goncang kuanggap menari
Apakah ini yang namanya cinta
Semula sakit menjadi indah
Semula keindahan menjadi sakit
Keduanya beralih berganti mengikuti hati
Keinginan tuk berjumpa selalu ada
Tapi apa yang hendak kukata dan kuraba
Semuanya sudah jelas
Tidak lagi butuh gerak dan kata
Tidak butuh apa-apa
Hati hanya butuh hatinya
Tuhan
Apakah ini karunia atau bencana
Kenikmatan atau ketersiksaan
Semua orang boleh mengecam
Hati tidak lagi butuh suara dan kata
Hati hanya butuh cinta
Cinta yang menghias hidup
Hidup yang berhias cinta
Renungan: Berbagi Kebahagiaan
BERBAGI KEBAHAGIAAN
ADALAH BAGIAN DARI KEBAHAGIAAN ITU JUGA
Kebahagiaan memiliki kriteria yang menunjuk pada hakekat kebahagiaan itu sendiri. Kriteria kebahagiaan adalah tatkala sebuah kondisi batin yang gembira dan puas karena bertumpu pada kebaikan dan kebenaran. Kebahagiaan yang berdiri di atas keburukan dan kesalahan akan menimbulkan kesengsaraan yang tersimpan tinggal menunggu waktu kapan hal tersebut akan muncul ke permukaan.
Kebaikan dan kebenaran yang dilaksanakan dengan tulus akan menimbulkan kebahagiaan. Kebaikan dan kebenaran yang dilakukan tetapi tidak membawa pelakuknya pada kebahagiaan batin berarti kebaikan dan kebenaran tersebut terkurangi nilai dari hakekatnya.
Kebaikan dan kebenaran yang diakukan individu harus dengan cara yang baik dan benar ssebab kebaikan dan kebenaran yang dilakukan dengan salah akan menghilangkan nilai kebaikan dan kebenaran itu sendiri. Kebaikan dan kebenaran yang dilakukan dengan kualitas rendah akan mengurangi nilai kebaikan dan kebenaran. Kebaikan dan kebenaran niscaya menuntut hal serupa dengan konsekwensi kualitas harus dijaga.
Orang yang baik dan benar akan melakukan sesuatu dengan prosedur, pendekatan, strategi, dan teknik yang baik sekaligus menjaga mutu kerja sebaik mungkin. Mutu yang baik dapat dilihat dari dua hal sekaligus pertama bagaimana dasar spiritual yang mendasari. Di sini niat atau motivasi mengapa perbuatan itu dilakukan oleh seseorang. Kedua hasil yang berkualittas walaupun dari kuantitasnya dinyatakan kurang. Sesuatu yang berkualitas tinggi, walaupun sedikit, akan berkembang menjadi banyak dengan membawa kualitas yang tinggi pula. Sesuatu yang berkualitas rendah, walaupun sulit, jika berkembang akan membawa kualitas rendah pula.
Kebaikan dan kebenaran yang dapat mengantar individu pada kebahagiaan tersebut menuntut pula kebersamaan. Manusia sebagai makhluk social tidak akan merasakan kebahagiaan jika ia terpisahkan oleh yang lain. Kebaikan dan kebenaran harus disebarkan agar kebahagiaan menjadi riil dalam lingkungan. Lingkungan yang rusak dan tidak kondusif akan mengurangi bahkan menghilangkan kebahagiaan.
Di antara kebaikan dan kebenaran adalah berbagi nikmat dan karunia Allah swt. kepada yang berhak dan sesama. Kepada yang berhak dalam rangka menolong kepada yang membutuhkan dan berempati kepada saudara yang sedang dirundung kepedihan, sedang kepada sesama sebagai bentuk kesetia kawanan, kasih sayang, dan mempererat hubungan antar manusia yang secara psikologis saling membutuhkan untuk memperhatikan dan diperhatikan, menyayangi dan disayangi, menghormati dan dihormati. Dalam kerangka itu berbagi nikmat niscaya dilakukan dan disemaikan dalam diri setiap insane.
Akhirnya, apabila seseorang ingin bahagia maka ia harus meluruskan niat atau motivasi kerja, tertib-teratur -sesuai prosedur, menjaga kualitas, mensosialisasikan dan mentradisikan kebaikan dan kebenaran, membagi kenikmatan pada yang membutuhkan dan sesama,
Purwokerto, 5 Pebruari 2003
Muhammad Roqib
ADALAH BAGIAN DARI KEBAHAGIAAN ITU JUGA
Kebahagiaan memiliki kriteria yang menunjuk pada hakekat kebahagiaan itu sendiri. Kriteria kebahagiaan adalah tatkala sebuah kondisi batin yang gembira dan puas karena bertumpu pada kebaikan dan kebenaran. Kebahagiaan yang berdiri di atas keburukan dan kesalahan akan menimbulkan kesengsaraan yang tersimpan tinggal menunggu waktu kapan hal tersebut akan muncul ke permukaan.
Kebaikan dan kebenaran yang dilaksanakan dengan tulus akan menimbulkan kebahagiaan. Kebaikan dan kebenaran yang dilakukan tetapi tidak membawa pelakuknya pada kebahagiaan batin berarti kebaikan dan kebenaran tersebut terkurangi nilai dari hakekatnya.
Kebaikan dan kebenaran yang diakukan individu harus dengan cara yang baik dan benar ssebab kebaikan dan kebenaran yang dilakukan dengan salah akan menghilangkan nilai kebaikan dan kebenaran itu sendiri. Kebaikan dan kebenaran yang dilakukan dengan kualitas rendah akan mengurangi nilai kebaikan dan kebenaran. Kebaikan dan kebenaran niscaya menuntut hal serupa dengan konsekwensi kualitas harus dijaga.
Orang yang baik dan benar akan melakukan sesuatu dengan prosedur, pendekatan, strategi, dan teknik yang baik sekaligus menjaga mutu kerja sebaik mungkin. Mutu yang baik dapat dilihat dari dua hal sekaligus pertama bagaimana dasar spiritual yang mendasari. Di sini niat atau motivasi mengapa perbuatan itu dilakukan oleh seseorang. Kedua hasil yang berkualittas walaupun dari kuantitasnya dinyatakan kurang. Sesuatu yang berkualitas tinggi, walaupun sedikit, akan berkembang menjadi banyak dengan membawa kualitas yang tinggi pula. Sesuatu yang berkualitas rendah, walaupun sulit, jika berkembang akan membawa kualitas rendah pula.
Kebaikan dan kebenaran yang dapat mengantar individu pada kebahagiaan tersebut menuntut pula kebersamaan. Manusia sebagai makhluk social tidak akan merasakan kebahagiaan jika ia terpisahkan oleh yang lain. Kebaikan dan kebenaran harus disebarkan agar kebahagiaan menjadi riil dalam lingkungan. Lingkungan yang rusak dan tidak kondusif akan mengurangi bahkan menghilangkan kebahagiaan.
Di antara kebaikan dan kebenaran adalah berbagi nikmat dan karunia Allah swt. kepada yang berhak dan sesama. Kepada yang berhak dalam rangka menolong kepada yang membutuhkan dan berempati kepada saudara yang sedang dirundung kepedihan, sedang kepada sesama sebagai bentuk kesetia kawanan, kasih sayang, dan mempererat hubungan antar manusia yang secara psikologis saling membutuhkan untuk memperhatikan dan diperhatikan, menyayangi dan disayangi, menghormati dan dihormati. Dalam kerangka itu berbagi nikmat niscaya dilakukan dan disemaikan dalam diri setiap insane.
Akhirnya, apabila seseorang ingin bahagia maka ia harus meluruskan niat atau motivasi kerja, tertib-teratur -sesuai prosedur, menjaga kualitas, mensosialisasikan dan mentradisikan kebaikan dan kebenaran, membagi kenikmatan pada yang membutuhkan dan sesama,
Purwokerto, 5 Pebruari 2003
Muhammad Roqib
Sertifikasi Guru: Manajemen Penyelanggaraan
MANAJEMEN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI GURU
DIRJEN
DIREKTUR DIKTIS
DIREKTUR MADRASAH
DIREKTUR PAIS
DIREKTUR PEKA PONTREN
LPTK
ASSESOR
GURU-GURU
KANWIL
KANDEPAG
DIRJEN PENDIS
DESKRIPSI TUGAS:
1. Dirjen Pendis:
Mengeluarkan kebijakan tentang LPTK dan program sertifikasi.
Mengeluarkan nomor register sertifikat pendidik.
2. Direktur Diktis
Menentukan / menunjuk LPTK yang akan melakukan sertifikasi.
3. Direktur PAIS, Madrasah, PD Pontren
Menentkan quota peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi
Melakukan pendataan guru-guru peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi.
4. Kanwil Depag
Pendataan peserta sertifikasi bagi guru Madrasah Aliyah dan guru PAI pada SMA.
Melakukan seleksi administrasi .
5. Kandepag Kota/Kabupaten
Pendaftaran dan seleksi administrasi peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi (guru-guru Madrasah Ibtidaiyah dan MTS)
6. LPTK
Melaksanakan seleksi calon peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi
Menyelenggarakan dan mengevaluasi proses pembelajaran
Mengeluarkan dan menandatangai sertifikat pendidik.
Peserta peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi yang dinyatakan tidak lulus akan dibina oleh/diserahkan kepada PSBB di bawah pembinaan LPTK sesuai peraturan yang berlaku.
7. Assesor
Melaksanakan assessment bagi peserta peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi.
DIRJEN
DIREKTUR DIKTIS
DIREKTUR MADRASAH
DIREKTUR PAIS
DIREKTUR PEKA PONTREN
LPTK
ASSESOR
GURU-GURU
KANWIL
KANDEPAG
DIRJEN PENDIS
DESKRIPSI TUGAS:
1. Dirjen Pendis:
Mengeluarkan kebijakan tentang LPTK dan program sertifikasi.
Mengeluarkan nomor register sertifikat pendidik.
2. Direktur Diktis
Menentukan / menunjuk LPTK yang akan melakukan sertifikasi.
3. Direktur PAIS, Madrasah, PD Pontren
Menentkan quota peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi
Melakukan pendataan guru-guru peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi.
4. Kanwil Depag
Pendataan peserta sertifikasi bagi guru Madrasah Aliyah dan guru PAI pada SMA.
Melakukan seleksi administrasi .
5. Kandepag Kota/Kabupaten
Pendaftaran dan seleksi administrasi peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi (guru-guru Madrasah Ibtidaiyah dan MTS)
6. LPTK
Melaksanakan seleksi calon peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi
Menyelenggarakan dan mengevaluasi proses pembelajaran
Mengeluarkan dan menandatangai sertifikat pendidik.
Peserta peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi yang dinyatakan tidak lulus akan dibina oleh/diserahkan kepada PSBB di bawah pembinaan LPTK sesuai peraturan yang berlaku.
7. Assesor
Melaksanakan assessment bagi peserta peserta uji kompetensi dan pendidikan profesi.
Pernikahan Dini dan Pernikahan Lambat
PERNIKAHAN DINI
DAN PERNIKAHAN LAMBAT
Oleh. Muhammad Roqib
Berbicara tentang pernikahan dini berarti berbicara tentang waktu. Waktu memiliki arti yang penting bagi umat manusia karenanya waktu dijadikan alat sumpat oleh Allah Swt. Dalam surat al-Ashr (wal ashr, demi masa/ demi waktu).
Apakah waktu yang tepat itu kemaren, sekarang atau yang akan datang ? maka jawabannya harus didasari oleh situasi dan kondisi yang bagaimana yang melingkupi seseorang untuk memilih dan mengambil keputusan. Pertanyaan di atas terkait oleh keterangan waktu karenanya harus melihat kondisi.
Nikah ada syarat dan rukunnya apabila syarat dan rukun telah terpenuhi maka seseorang harus melihat beberapa kesiapan orang-orang yang terlibat dalam pernikahan tersebut walaupun mereka tidak menjadi syarat atau rukun syah pernikahan. Mereka tersebut adalah :
1. Kesiapan mempelai secara fisik, psikis, ekonomis, dan sosial-politis. Yang terakhir dipertimbangkan karena pernikahan pada dasarnya juga menikahkan atau mempertautkan antara dua tradisi pribadi, keluarga, dan masyarakat sekitarnya.
2. Kesiapan orang tua secara fisik, psikis, dan terkadang ekonomis dan untuk yang terakhir ini menjadi kurang relefan jika dilihat bahwa biaya pernikahan secara formal sangat ringan walaupun dalam sering dikaitkan dengan tradisi resepsi yang membutuhkan biaya tinggi.
3. Kondisi sosial-politis yang melingkupi kedua mempelai dan keluarganya.
Apabila kesiapan dan kondisi yang ada telah menunjukkan kepositivannya maka pertanyaan di atas menjadi terjawab dan tidak relevan lagi orang membicarakan tentang pernikahan itu dini atau lambat. Pemahaman seperti ini penting dilakukan agar setiap Muslim tidak lagi terjebak pada formalitas usia tetapi pada kesiapan yang total walaupun tidak harus sempurna, realitas ekonomi yang dititik beratkan pada kemampuan bekerja dan kualitas etos kerja calon mempelai.
Dua hal ini yang seringkali dikambing hitamkan. Secara rinci keterpakuan ini terpahat pada batas usia minimal-maksimal karenanya kita mengenal ada pernikahan terlalu dini atau pernikahan “perawan” kasep. Di sisi lain ada yang menggunakan patokan “calon harus memiliki ‘kepribadian’ dalam arti rumah pribadi, mobil pribadi”.
Pemahaman di atas berbahaya sama juga berbahaya tatkala orang mempermudah pernikahan menafikan pertimbangan kemampuan dan kesiapan, karena bila hal ini dilakukan maka pernikahan bisa menjadi bahan permainan, karena terjadi masalah kemudian cerai,
Jika terjadi perceraian, maka pihak perempuan yang paling banyak menanggung resiko dan dirugikan secara fisik, psikis, sosial, dan ekonomis walaupun kerugian ini pada masyarakat tertentu (dan itu sangat sedikit sekali) tidak terbukti.
Terakhir, pernikahan adalah bagian dari ajaran yang sacral dan harus dilaksanakan dengan totalitas pertimbangan termasuk pertimbangan “beribadah” kepada Allah Swt. Karenanya “OJO DIANGEL-ANGEL LAN OJO DIGEGAMPANG”. Bagi yang telah mampu dan siap saya sampaikan SELAMAT MENIKAH, SEMOGA SEJAHTERA, BAHAGIA DAN BERKAH.
Purwokerto, 1 Agustus 2002
DAN PERNIKAHAN LAMBAT
Oleh. Muhammad Roqib
Berbicara tentang pernikahan dini berarti berbicara tentang waktu. Waktu memiliki arti yang penting bagi umat manusia karenanya waktu dijadikan alat sumpat oleh Allah Swt. Dalam surat al-Ashr (wal ashr, demi masa/ demi waktu).
Apakah waktu yang tepat itu kemaren, sekarang atau yang akan datang ? maka jawabannya harus didasari oleh situasi dan kondisi yang bagaimana yang melingkupi seseorang untuk memilih dan mengambil keputusan. Pertanyaan di atas terkait oleh keterangan waktu karenanya harus melihat kondisi.
Nikah ada syarat dan rukunnya apabila syarat dan rukun telah terpenuhi maka seseorang harus melihat beberapa kesiapan orang-orang yang terlibat dalam pernikahan tersebut walaupun mereka tidak menjadi syarat atau rukun syah pernikahan. Mereka tersebut adalah :
1. Kesiapan mempelai secara fisik, psikis, ekonomis, dan sosial-politis. Yang terakhir dipertimbangkan karena pernikahan pada dasarnya juga menikahkan atau mempertautkan antara dua tradisi pribadi, keluarga, dan masyarakat sekitarnya.
2. Kesiapan orang tua secara fisik, psikis, dan terkadang ekonomis dan untuk yang terakhir ini menjadi kurang relefan jika dilihat bahwa biaya pernikahan secara formal sangat ringan walaupun dalam sering dikaitkan dengan tradisi resepsi yang membutuhkan biaya tinggi.
3. Kondisi sosial-politis yang melingkupi kedua mempelai dan keluarganya.
Apabila kesiapan dan kondisi yang ada telah menunjukkan kepositivannya maka pertanyaan di atas menjadi terjawab dan tidak relevan lagi orang membicarakan tentang pernikahan itu dini atau lambat. Pemahaman seperti ini penting dilakukan agar setiap Muslim tidak lagi terjebak pada formalitas usia tetapi pada kesiapan yang total walaupun tidak harus sempurna, realitas ekonomi yang dititik beratkan pada kemampuan bekerja dan kualitas etos kerja calon mempelai.
Dua hal ini yang seringkali dikambing hitamkan. Secara rinci keterpakuan ini terpahat pada batas usia minimal-maksimal karenanya kita mengenal ada pernikahan terlalu dini atau pernikahan “perawan” kasep. Di sisi lain ada yang menggunakan patokan “calon harus memiliki ‘kepribadian’ dalam arti rumah pribadi, mobil pribadi”.
Pemahaman di atas berbahaya sama juga berbahaya tatkala orang mempermudah pernikahan menafikan pertimbangan kemampuan dan kesiapan, karena bila hal ini dilakukan maka pernikahan bisa menjadi bahan permainan, karena terjadi masalah kemudian cerai,
Jika terjadi perceraian, maka pihak perempuan yang paling banyak menanggung resiko dan dirugikan secara fisik, psikis, sosial, dan ekonomis walaupun kerugian ini pada masyarakat tertentu (dan itu sangat sedikit sekali) tidak terbukti.
Terakhir, pernikahan adalah bagian dari ajaran yang sacral dan harus dilaksanakan dengan totalitas pertimbangan termasuk pertimbangan “beribadah” kepada Allah Swt. Karenanya “OJO DIANGEL-ANGEL LAN OJO DIGEGAMPANG”. Bagi yang telah mampu dan siap saya sampaikan SELAMAT MENIKAH, SEMOGA SEJAHTERA, BAHAGIA DAN BERKAH.
Purwokerto, 1 Agustus 2002
Manajemen Masjid dan Lembaga Keagamaan
MANAJEMEN LEMBAGA KEAGAMAAN
( TPQ, MADIN, MAJLIS TA’LIM, DAN MASJID) [*]
Oleh. Muhammad Roqib
Harga hidup manusia ditentukan oleh kualitas manfaat hidupnya untuk lainnya. Kualitas tersebut terkait dengan intensitas, komitmen, dan keberpihakan kepada keadilan, kemanusiaan, dan kesejahteraan umat. Hidup “rekat” dengan denyut nadi umat merupakan “napak tilas” jejak Rasul. Kebanggaan dan kebahagiaan sejati terukir menyejukkan tatkala “nilai luhur” itu menginternal dalam diri tanpa tendensi duniawi tetapi mengharap ridlo Ilahi.
Kalimat di atas ditulis untuk memotivasi kita agar sukses bersama. Sukses bersama dengan memanfaatkan fasilitas serba guna, murah, egaliter, mudah dijangkau, dan demokratis. Fasilitas yang telah menjadi bagian dari hidup umat. Taman Pendidikan al-Qur’an, Madrasah Diniyah, Majlis Ta’lim, dan Masjid. Masjid merupakan tempat peribadatan yang hampir semua desa dan lingkungan Muslim memilikinya. Karena telah menjadi kebutuhan bersama masjid “disengkuyung” bersama. Hanya karena kualitas dan kemampuan yang berbeda kelengkapan lembaga di dalamnya menjadi beragam. Masjid ideal di antaranya dilengkapi kegiatan keagamaan yang diorganisasikan dalam bentuk TPQ untuk “meretas” anak sholih dambaan orang tua. Madrasah Diniyah merupakan lembaga lanjutan bagi alumni TPQ agar kemampuan keagamaanya lebih memadai. Sedang majlis ta’lim merupakan lembaga pendidikan yang biasanya diikuti oleh orang tua atau umum.
Ketiga program keagamaan ini biasanya berpusat di Masjid meskipun terkadang bertempat di rumah ulama, kyai, atau masyarakat pada umumnya secara bergiliran. Bagaimana dengan manajemen ketiga program ini agar lebih berkembang dan maju. Tulisan berikut mengulas serba singkat sebagai bahan renungan dan diskusi.
Menyatukan Program dalam Manajemen Masjid
Fasilitas religius-sosial ini ada di hampir setiap komunitas Muslim meskipun selama ini masih belum dioptimalkan bahkan terkesan terabaikan. Padahal, mengabaikan sesuatu itu dilarang agama, tetapi karena pengabaian ini telah menjadi kebiasaan maka tidak terasakan lagi. Fasilitas sosial-religius itu adalah masjid.
Pengoptimalan fungsi masjid dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Butuh jam’iyyah dan jama’ah. Jam’iyyah berarti membutuhkan kepemimpinan, job discription, tata kerja, dan tanggungjawab. Jama’ah berarti membutuhkan kebersamaan untuk memakmurkan masjid. Gotong royong untuk membangun secara ideal fisik sesuai dengan fungsi dan memfungsikannya untuk kemaslahatan jamaah dan umat.
Secara praktis, ada beberapa langkah dalam melakukan pengembangan manajemen masjid;
I. Pengembangan suatu organisasi, lembaga, atau masjid menuntut “aktor” memiliki karakter progresif-kreatif-inovatif. Karakter tersebut diaplikasikan secara demokratis dengan melibatkan orang-orang yang memiliki karakter serupa serta jama’ah lain agar memiliki peran dan keterlibatan untuk lembaga. Sikap seperti ini harus diimbangi dengan kecintaan terhadap ilmu dan orang lain agar progresifitas berkembang sehat dan kebersamaan selalu tumbuh.
II. Mengaplikasikan manajemen dalam melaksanakan tugas. Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Aktor harus mampu memberikan pengarahan dan fasilitas kerja kepada “partner” agar mereka kooperatif dengan kita menuju cita-cita dan tujuan lembaga atau masjid kita.
III. Manajemen ini diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi (masjid) dan pribadi aktor (dalam arti positif), menjaga keseimbangan di antara tujuan yang saling bertentangan di kalangan aktifis jam’iyyah dan jama’ah, dan agar terjaga efisiensi dan efektifitas kerja organisasi (ketakmiran) sehingga setiap individu terpuaskan secara material dan immaterial (dhohir-batin).
IV. Secara operasional, pengelolaan masjid harus memegangi prinsip manajemen yaitu 1) pengembangan metode tertentu, 2) pemilihan dan pengembangan pelaksana program 3) upaya menghubungkan dan mempersatukan metode kerja yang terbaik, dan 4) kerja sama yang erat para pimpinan (top leader takmir) sebagai manajer dan pengurus lain dan anggota (non manajer) untuk merencanakan. Keempat prinsip tersebut apabila dijabarkan menjadi prinsip manajemen yang meliputi job discription, wewenang, disiplin, kesatuan arah, mengutamakan kepentingan umum (jama’ah) di atas kepentingan pribadi, pemberian reward, pemusatan, semangat korps, inisiatif, kestabilan anggota pengurus (staf), kesamaan, dan penjenjangan dalam pengkaderan untuk mengemban (amanah) jabatan kepemimpinan ketakmiran ke depan. Atau dalam bahasa lain kita harus melakukan perubahan berkelanjutan, kecepatan dan kemampuan untuk merespon, leadership juga harus ada pada setiap person, pengendalian melalui visi dan value, sharing informasi, pro aktif dengan berani menanggung resiko, dan mau bersaing dalam proses meraih masa depan masjid yang gemilang. Apabila kita kerucutkan beberapa hal tersebut maka dalam pengelolaan masjid pengurus (takmir) masjid harus membuat job discription, melaksanakan dengan penuh tanggungjawab, dan bekerjasama dengan semua komponen baik pengurus maupun jama’ah masjid.
V. Pengelola masjid melakukan planing, leading, organizing, dan controling. Perencanaan (planing) harus dilakukan, sebagaimana niat harus dilakukan pada awal setiap ibadah, kepemimpinan (leading) harus berjalan dalam pelaksanaan (actuating) program pengelola masjid di antaranya dengan decision making, komunikasi, motivasi, seleksi SDM (jama’ah), dan melakukan development of people. Pengorganisasian (organizing) perlu dilakukan agar dalam pelaksanaan program, pelaksana mampu bekerjasama dengan penuh kekompakan. Dalam pelaksanaan pengurus juga melakukan kontrol (controling) dan evaluasi yang ditindaklanjuti dengan aksi kembali agar aktifitas kita tidak keluar dari visi-misi organisasi (ketakmiran), kualitas kerja terjamin, dan hasilnya dapat diketahui, serta untuk evaluasi dalam rangka perencanaan program ke depan.
VI. Bagaimana agar masjid yang kita kelola menjadi masjid yang terbaik, karena yang terbaik niscaya akan memiliki nilai guna terbaik dan dicari masyarakat. Manusia terbaik (khairunnas) adalah yang mampu memberikan manfaat terbaik bagi yang lain kita akan menjadi (anfa’uhum linnas). Motivasi untuk maju dan menjadi yang terbaik ini merupakan modal awal bagi siapa pun yang menginginkan untuk menjadi yang terbaik. Motivasi tersebut dalam praktiknya akan terwujud dalam bentuk bekerja keras sambil terus belajar, dan kerjasama yang mentradisi dalam diri. Untuk itu diperlukan proses internalisasi nilai asma’ dan sifat-sifat Ilahiyah agar predikat insan kamil yang diridloi Allah Swt menjadi riil dalam kehidupan kita.
Purwokerto, 8 Juli 2005
Al-Faqiir,
Muhammad Roqib
[*] Bahan untuk Pembekalan KKN Mahasiswa STAIN Purwokerto, 8 Juli 2005.
( TPQ, MADIN, MAJLIS TA’LIM, DAN MASJID) [*]
Oleh. Muhammad Roqib
Harga hidup manusia ditentukan oleh kualitas manfaat hidupnya untuk lainnya. Kualitas tersebut terkait dengan intensitas, komitmen, dan keberpihakan kepada keadilan, kemanusiaan, dan kesejahteraan umat. Hidup “rekat” dengan denyut nadi umat merupakan “napak tilas” jejak Rasul. Kebanggaan dan kebahagiaan sejati terukir menyejukkan tatkala “nilai luhur” itu menginternal dalam diri tanpa tendensi duniawi tetapi mengharap ridlo Ilahi.
Kalimat di atas ditulis untuk memotivasi kita agar sukses bersama. Sukses bersama dengan memanfaatkan fasilitas serba guna, murah, egaliter, mudah dijangkau, dan demokratis. Fasilitas yang telah menjadi bagian dari hidup umat. Taman Pendidikan al-Qur’an, Madrasah Diniyah, Majlis Ta’lim, dan Masjid. Masjid merupakan tempat peribadatan yang hampir semua desa dan lingkungan Muslim memilikinya. Karena telah menjadi kebutuhan bersama masjid “disengkuyung” bersama. Hanya karena kualitas dan kemampuan yang berbeda kelengkapan lembaga di dalamnya menjadi beragam. Masjid ideal di antaranya dilengkapi kegiatan keagamaan yang diorganisasikan dalam bentuk TPQ untuk “meretas” anak sholih dambaan orang tua. Madrasah Diniyah merupakan lembaga lanjutan bagi alumni TPQ agar kemampuan keagamaanya lebih memadai. Sedang majlis ta’lim merupakan lembaga pendidikan yang biasanya diikuti oleh orang tua atau umum.
Ketiga program keagamaan ini biasanya berpusat di Masjid meskipun terkadang bertempat di rumah ulama, kyai, atau masyarakat pada umumnya secara bergiliran. Bagaimana dengan manajemen ketiga program ini agar lebih berkembang dan maju. Tulisan berikut mengulas serba singkat sebagai bahan renungan dan diskusi.
Menyatukan Program dalam Manajemen Masjid
Fasilitas religius-sosial ini ada di hampir setiap komunitas Muslim meskipun selama ini masih belum dioptimalkan bahkan terkesan terabaikan. Padahal, mengabaikan sesuatu itu dilarang agama, tetapi karena pengabaian ini telah menjadi kebiasaan maka tidak terasakan lagi. Fasilitas sosial-religius itu adalah masjid.
Pengoptimalan fungsi masjid dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Butuh jam’iyyah dan jama’ah. Jam’iyyah berarti membutuhkan kepemimpinan, job discription, tata kerja, dan tanggungjawab. Jama’ah berarti membutuhkan kebersamaan untuk memakmurkan masjid. Gotong royong untuk membangun secara ideal fisik sesuai dengan fungsi dan memfungsikannya untuk kemaslahatan jamaah dan umat.
Secara praktis, ada beberapa langkah dalam melakukan pengembangan manajemen masjid;
I. Pengembangan suatu organisasi, lembaga, atau masjid menuntut “aktor” memiliki karakter progresif-kreatif-inovatif. Karakter tersebut diaplikasikan secara demokratis dengan melibatkan orang-orang yang memiliki karakter serupa serta jama’ah lain agar memiliki peran dan keterlibatan untuk lembaga. Sikap seperti ini harus diimbangi dengan kecintaan terhadap ilmu dan orang lain agar progresifitas berkembang sehat dan kebersamaan selalu tumbuh.
II. Mengaplikasikan manajemen dalam melaksanakan tugas. Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Aktor harus mampu memberikan pengarahan dan fasilitas kerja kepada “partner” agar mereka kooperatif dengan kita menuju cita-cita dan tujuan lembaga atau masjid kita.
III. Manajemen ini diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi (masjid) dan pribadi aktor (dalam arti positif), menjaga keseimbangan di antara tujuan yang saling bertentangan di kalangan aktifis jam’iyyah dan jama’ah, dan agar terjaga efisiensi dan efektifitas kerja organisasi (ketakmiran) sehingga setiap individu terpuaskan secara material dan immaterial (dhohir-batin).
IV. Secara operasional, pengelolaan masjid harus memegangi prinsip manajemen yaitu 1) pengembangan metode tertentu, 2) pemilihan dan pengembangan pelaksana program 3) upaya menghubungkan dan mempersatukan metode kerja yang terbaik, dan 4) kerja sama yang erat para pimpinan (top leader takmir) sebagai manajer dan pengurus lain dan anggota (non manajer) untuk merencanakan. Keempat prinsip tersebut apabila dijabarkan menjadi prinsip manajemen yang meliputi job discription, wewenang, disiplin, kesatuan arah, mengutamakan kepentingan umum (jama’ah) di atas kepentingan pribadi, pemberian reward, pemusatan, semangat korps, inisiatif, kestabilan anggota pengurus (staf), kesamaan, dan penjenjangan dalam pengkaderan untuk mengemban (amanah) jabatan kepemimpinan ketakmiran ke depan. Atau dalam bahasa lain kita harus melakukan perubahan berkelanjutan, kecepatan dan kemampuan untuk merespon, leadership juga harus ada pada setiap person, pengendalian melalui visi dan value, sharing informasi, pro aktif dengan berani menanggung resiko, dan mau bersaing dalam proses meraih masa depan masjid yang gemilang. Apabila kita kerucutkan beberapa hal tersebut maka dalam pengelolaan masjid pengurus (takmir) masjid harus membuat job discription, melaksanakan dengan penuh tanggungjawab, dan bekerjasama dengan semua komponen baik pengurus maupun jama’ah masjid.
V. Pengelola masjid melakukan planing, leading, organizing, dan controling. Perencanaan (planing) harus dilakukan, sebagaimana niat harus dilakukan pada awal setiap ibadah, kepemimpinan (leading) harus berjalan dalam pelaksanaan (actuating) program pengelola masjid di antaranya dengan decision making, komunikasi, motivasi, seleksi SDM (jama’ah), dan melakukan development of people. Pengorganisasian (organizing) perlu dilakukan agar dalam pelaksanaan program, pelaksana mampu bekerjasama dengan penuh kekompakan. Dalam pelaksanaan pengurus juga melakukan kontrol (controling) dan evaluasi yang ditindaklanjuti dengan aksi kembali agar aktifitas kita tidak keluar dari visi-misi organisasi (ketakmiran), kualitas kerja terjamin, dan hasilnya dapat diketahui, serta untuk evaluasi dalam rangka perencanaan program ke depan.
VI. Bagaimana agar masjid yang kita kelola menjadi masjid yang terbaik, karena yang terbaik niscaya akan memiliki nilai guna terbaik dan dicari masyarakat. Manusia terbaik (khairunnas) adalah yang mampu memberikan manfaat terbaik bagi yang lain kita akan menjadi (anfa’uhum linnas). Motivasi untuk maju dan menjadi yang terbaik ini merupakan modal awal bagi siapa pun yang menginginkan untuk menjadi yang terbaik. Motivasi tersebut dalam praktiknya akan terwujud dalam bentuk bekerja keras sambil terus belajar, dan kerjasama yang mentradisi dalam diri. Untuk itu diperlukan proses internalisasi nilai asma’ dan sifat-sifat Ilahiyah agar predikat insan kamil yang diridloi Allah Swt menjadi riil dalam kehidupan kita.
Purwokerto, 8 Juli 2005
Al-Faqiir,
Muhammad Roqib
[*] Bahan untuk Pembekalan KKN Mahasiswa STAIN Purwokerto, 8 Juli 2005.
Mahar dan Bahasa Cinta
MAHAR DAN BAHASA CINTA
DALAM CERPEN EVI IDAWATI [i]
Oleh. Moh. Roqib
Cinta adalah tema yang selalu aktual, sesuai kebutuhan riil manusia, dan menyisakan misteri yang tiada habisnya untuk dibahas. Cinta memiliki sifat universal sekaligus individual dan lokal. Setiap insan pernah merasakannya dengan karakteristik yang berbeda antara satu individu dengan individu lain bak rasa menu makanan yang berbeda antara zona yang satu dengan yang lain. Ekspresi cinta menjadi hal prerogratif setiap orang bagaimana ia menyimpan, menyatakan, dan membingkainya dalam figura kehidupannya masing-masing. Otoritas ini tidak mungkin bisa digugat walaupun dengan mengerahkan ahli demo bayaran pun tidak mungkin bisa. Cinta memiliki logikanya sendiri.
Evi Idawati dalam karyanya, Mahar hendak mengungkap dunia cinta remaja dan cinta dalam keluarga yang memiliki variasi yang beragam yang bisa didukung sekaligus digugat karena daya kontroversi cinta yang diterjunkan oleh “Aku cerita” terkadang membuat orang gemas. Apalah salah cinta jika ia bicara dengan bahasanya sendiri terserah orang mau bilang apa. Memang kualitas cinta terukur oleh rasa yang dapat tumbuh dengan siraman kondisi yang beragam.
Tulisan berikut tetap dalam kerangka di atas untuk memberikan sedikit sentilan Cerpen yang yang sudah dibaca banyak kalangan luas. Cinta memang indah dan tetap harus mesterius untuk menjaga keindahannya. Untuk mengungkap mesteriusnya itu tulisan ini dibuat agar cinta tetap menjadi mesterius atau bahkan lebih mesterius agar cinta semakin terasa nikmat.
Mahar: Sebagai Nilai Spiritual dan atau Kapitalis
Buku Evi berjudul Mahar. Judul ini diambil dari bagian dari salah satu judul cerpen yang ada dalam buku ini. Kata mahar itu sendiri dari sisi fiqh dan sosial dikenal beragam. Dalam fiqh dikenal dalam pernikahan yaitu sesuatu yang dikeluarkan oleh suami untuk calon istri guna memenuhi sebagian syarat sah akad pernikahan. Setelah akad pernikahan dinyatakan sah maka seorang suami memiliki hak atas istrinya berikut kewajibannya. Di antara hak yang sering diperbincangkan adalah hak pemenuhan kebutuhan hubungan seks, karenanya sebagian orang memandang pernikahan sebagai pintu untuk melakukan “monopoli seksual” terhadap istri atau suaminya.
Secara sosiologis mahar mengalami perluasan makna yaitu digunakan untuk menyebut “uang kehormatan” sebagai ganti pemberian barang-barang, mantra, suwu’ atau aji-aji yang memiliki kekuatan (daya linuih) bagi seseorang yang membutuhkan. Uang atau hadiah tersebut diberikan kepada pemberi benda atau azimat (yang biasanya dilakukan oleh orang pintar atau lainnya). Dalam konteks kemoderenan saat ini mahar dalam arti yang kedua ini tetap berlaku khususnya bagi masyarakat yang mempercayainya atau membutuhkannya.
Mahar dalam artian pertama sering dimaknai bersifat sakral dan berdimensi spiritual sebab dengan mahar yang menjadi sebagaian syarat sah aqad nikah tersebut seorang suami boleh melakukan hubungan seks dengan istri bahkan bernilai ibadah. Segala aktifitas baik komunikasi biologis maupun psikis bermakna ibadah karena hal tersebut dianjurkan oleh agama dalam lingkup pernikahan asal dilakukan secara sehat dan halal.
Dalam konteks kedua, mahar bisa dimaknai sebagai kapitalisasi nilai-nilai spiritual atau spritualisasi nilai-nilai kapitalis yang ada dalam masyarakat. Kontrak jual beli yang mestinya lazim dan dalam Islam dibahas dalam fiqh muamalah, disakralkan agar terkesan sebagai bagian dari pengamalan keagamaan jauh dari transaksi ekonomi. Padahal pada kenyataannya pemberian mahar tersebut merupakan transaksi ekonomi yang nyata karena telah disebutkan tarif sebelumnya.
Judul cerpen Evi ini bisa merujuk pada dua arti sekaligus yaitu menggambarkan cerita-cerita romantis dengan dinamika cinta yang sakral atau material, yang religius dan atau tendensius.
Cinta tanpa Syarat
Cerpen-cerpen Evi Idawati memang menarik untuk dibaca, direnungkan, dan diperdebatkan. Enak dibaca, karena ketepatan memilih kata-kata yang mengalir. Walaupun kadang terjadi loncatan cerita tetapi tetap bisa ditarik garis cerita yang runtut. Perlu direnungkan, karena cerpen ini memberikan wacana baru tentang makna cinta yang terkadang dipuja bagaikan dewa dan si pecinta yang mabuk kepayang harus berani memilih dengan resiko yang tidak ringan. Mungkin sudah menjadi logika cinta yang sedemikian kuat menghujam kalbu diri seseorang.
Apakah cinta tidak mungkin dimanaj agar memiliki kesantunan dan harmoni yang tinggi ? sehingga percik-perciknya menambah nilai harmonitas yang diinginkan oleh semua insan ?. Itulah jalan cerita yang dipilih oleh Evi, sah dan tetap enak dibaca. Patut diperdebatkan karena dalam perspektif eksoteris Islam hal tersebut seringkali berbenturan dengan aturan legal-formal hukum. Bagaimana mungkin seorang Istri dengan sadar enggan melayani suami (untuk berhubungan seks) hanya karena ia sedang “gandrung kapirangun” alias tergila-gila dengan Tuhan. Bukankah dengan berhubungan seks yang sah semakin mendekatkan diri dengan tuhan dan tidak mungkin membuat Tuhan “cemburu” apalagi “cemburu buta” kemudian setiap percumbuan suami-istri menjadi penjauh insan dengan Kholiknya.
Dalam perspektif essoteris, percintaan “Aku cerita” dengan Tuhan mengesankan ada sesuatu yang dibuat-buat, tidak alami dan kurang mengesankan prilaku sufi, paling tidak menurut gambaran umum dalam kitab-kitab Islam klasik. Model kesufian yang ditunjukkan oleh penulis adalah model kesufian hati dan nalar tasawwuf amali berbarengan dengan prilaku wajar seorang pelajar atau mahasiswa perkotaan yang terbuka sebagaimana biasa.
Karakter yang Mudah Jatuh Cinta
Bila didiskripsikan karakterisktik “Aku cerita” adalah seorang muslimah yang dilahirkan dalam keluarga muslim-tradisional dari daerah Demak, meskipun dibeberapa cerita ia terlahir dari keluarga abangan yang pergi merantau untuk studi di perguruan Tinggi Yogyakarta. Walaupun kemampuan keilmuan keislamannya pas-pasan ia seorang yang punya ghirah yang tinggi untuk mengaktualisasikan agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang yang berpendidikan tinggi ia memiliki nalar yang tinggi, teguh dalam memegang prinsip hidup yang ia yakini, berani berbeda atau bahkan berlawanan dengan sikap kebanyakan orang, dan dalam pemahaman pemikiran keislamannya lebih skripturalis-literalis, serta -- yang tidak kalah pentingnya adalah -- sebuah sosok yang mudah jatuh cinta baik kepada Allah maupun kepada lelaki. Sebuah sikap yang memang memicu disharmoni dengan lingkungan sosialnya.
Memang cerpen berkepentingan untuk membuat cerita memiliki sisi kontroversi yang menjadi anti klimaks dari sebuah cerita, tetapi pemilihan karakter tokoh seperti di atas bukan tanpa alasan atau sebab. Alasan tertentu menunjukkan ada pesan dari penulis untuk pembaca. Sedangkan sebab tertentu mungkin di antaranya adalah karena penulis kurang memahami dunia tasawuf klasik yang dengan pemahamannya ia memiliki keterbatasan memahami bagaimana rasa cinta seseorang (dalam perspektif sufi) dibangun kemudian diungkapkan dalam ramuan kehidupan nyata. Apapun alasan dan sebab yang melatarbelakangi sebuah karya sastra tetap ia bisa diterima dan sah-sah saja.
Tawaran Poligami demi Cinta
Maya (dalam judul Mahar hlm. 69-77) digambarkan sebagai seorang yang sedang terpana dengan api cinta membara kepada Tuhan, cinta yang tak tertahankan dan harus dilampiaskan dengan sendagurai dan bercengkrama dengan-Nya. Keharusan seperti ini menuntut Maya untuk meluangkan waktu yang cukup banyak untuk-Nya dalam kehidupan sehari-harinya sedang yang lain menjadi berkurang porsi karenanya. Maya melakukan refleksi untuk membuka tabir misteri cintanya dengan Tuhan dengan rasa cintanya pada suami dan anak-anaknya (untuk ketiga anaknya dan kondisi psikologis Baskoro sang suami tidak diceritakan dengan untuh).
Karena pertimbangan cinta pada Tuhan ia merelakan untuk membagi cinta terhadap sang suami (yang amat dicintainya) untuk “dinikmati” bersama dengan Bella temannya. Sebuah tawaran pembagian hak cinta dengan poligami yang sulit diterima oleh kebanyakan perempuan. Secara psikologis membagi cinta seperti ini sulit ditawarkan oleh istri yang memiliki background kehidupan seperti Maya, yang bila boleh dikaitkan dengan sosok “Aku cerita” di atas, sulit rasanya hal itu terjadi.
Ia memiliki kawan bernama Bella yang tidak berjilbab dengan rambut tergerai sebatas pinggang, yang menjadi pilihan orang yang akan diajak “kerjasama” untuk menikmati cinta suami. Bella dengan diskripsi seperti sulit diterima bahwa ia akan menerima sebagai istri kedua apalagi jika secara geografis ia hidup di Jogjakarta atau Jawa tengah (Demak misalnya) dengan tradisi lokal dan pola hidup yang mungkin jauh dari sikap menerima ajaran poligami.
Bella menerima atau tidak, belum diceritakan oleh Evi. Mungkin karena pertimbangan bahwa cerpen yang harus habis terbaca dengan sekali duduk. Tetapi tanpa kelanjutan reaksi Bella bisa menyisakan pesan yang kurang tuntas dan kontroversial bagi pembaca. Atau memang hal itu disengaja oleh penulis agar pembaca membuat fantasi tersendiri dari kondisi psikologis Bella dan kontrak percintaan ini. Cinta bisa berjalan wajar, menentramkan, dan membahagiakan jika ia mampu menerimanya sebagai irama konstruktif cinta yang ada pada dirinya.
Hubungan Seks Suami-Istri: Media Manunggaling Kawulo-Gusti
Dalam dunia tasawwuf , Muhyiddin Ibn ‘Arabi (w. 638 H.) -- seperti dikemukakan oleh Said Aqiel Siradj (1999: 12) dalam Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri— menyebutkan, bahwa kecintaan laki-laki terhadap perempuan (atau perempuan terhadap laki-laki dalam cerita Evi) merupakan simbul dari kecintaan terhadap Tuhan. Esensi cintanya hanya untuk Tuhan (al-Haqq), yang dalam tajalli-Nya dia eksis. Ibnu Arabi berpendapat bahwa tatkala laki-laki mencintai perempuan dia mencari kesatuan. Kesatuan itu terkonfigurasi dalam bentuk perkawinan (jima’ atau persetubuhan). Dengan persetubuhan terjadi penyatuan rasa antara suami dan istri, sebagaimana wushulnya manusia dengan Tuhan untuk itu setelah bersetubuh diwajibkan mandi (besar, janabah) sebagai sarana mengembalikan kesatuan manusia dengan Tuhan, sebab saat menyatu dengan istri (atau suaminya) manusia telah mengalihkan penyatuan universalnya dengan Tuhan. Bagi Ibnu Arabi tanpa pengalaman persetubuhan mustahil manusia mampu wushul dengan Tuhan. Dengan demikian jenis kelamin lain bagi seseorang merupakan media untuk penyatuan diri kepada Tuhan (wahdatul wujud atau manunggaling kawulo-gusti) karena ia dibutuhkan untuk mengaktualisasikan cintanya dengan Tuhan. Seseorang memang bisa meluapkan cintanya kepada Tuhan tanpa harus merasakan cinta dengan sesama tetapi hal demikian cukup berat apalagi bagi Maya.
Dalam cerita, Maya lebih mengedepankan rasa cintanya kepada Tuhan dengan berusaha melepaskan diri dari hubungan seks suami-istri. Padahal pendapat Ibnu Arabi di atas bagi masyarakat Jawa sudah dipahami dan mentradisi bahwa dalam keyakinan (agamanya) istri diwajibkan untuk “melayani” suami. Jika Maya adalah seorang santri, dalam kitab Uqudul Lujjain yang populer di kalangan Muslim desa, juga telah dijelaskan bahwa betapa mulianya istri yang mampu membuat suami bahagia dan salah satu medianya adalah lewat pelayan seks yang memuaskan. Kenikmatan hubungan seks seperti ini memiliki nilai ritual dan bahkan preambul (forepaly)-nya saja bernilai ibadah dengan pahala besar.
Pemahaman fiqh seperti ini telah tersebar luas di masyarakat. Pertanyaannya apakah penulis hendak menawarkan wacana baru bahwa kecintaan kepada Tuhan melebihi dari kenikmatan seks yang sah padahal seks yang sah dan sehat mampu menghantarkannya untuk menuju Tuhan ?.
Sebuah cerita yang misterius tetapi bisa riil juga. Bagi suami yang memiliki istri seperti Maya alangkah bingungnya ia memahami pola fikir seperti ini atau mungkin sebaliknya alangkah senangnya sang suami karena cintanya terhadap makhluk Tuhan (perempuan) bisa tersalur dengan beberapa fasilitas perempuan-perempuan yang sah dengan poligami dan mendapat restu istri tercinta, padahal restu istri seperti yang dilakukan Maya ini masih langka di dunia ini.
Cinta kepada Tuhan yang demikian ini, bisa memperkering hubungan cinta suami-istri dan menimbulkan masalah baru bagi keluarga. Hal demikian paling tidak disebabkan oleh kurangnya pemahan mayoritas kita tentang dasar filosofi cinta yang sakral dan menjadi hak siapa saja atau apapun juga. Cinta merupakan menifestasi nilai asma’ Tuhan yang mulia dan akan selalu mulia jika tidak dikotori oleh niat-niat dan aktifitas jahat seseorang. Cinta adalah hak prerogratif Allah yang akan dikaruniakan kepada siapa atau apa. Cinta di atas kemampuan manusia (fauqa mustatha’ al-insan). Hanya Allah sajalah yang dapat menghapus rasa cinta atau mengalihkannya pada yang lain. Pemahaman cinta seperti ini kurang dipahami oleh banyak kalangan dan kemungkinan oleh Bella dalam cerita Evi.
Tawaran Cinta Alternatif
Cerpen Evi memang menggelitik orang untuk membaca dan menerawang dalam lamunan cinta membara yang mengalir deras menembus batas dan membuat pembaca penasaran karena daya kontroversinya atau karena cerita ini ini sengaja dipotong agar membuat pembaca penasaran atau meneruskan ceritanya sendiri-sendiri sesuai imajinasinya masing-masing.
Cerpen-cerpen Evi Idawati dalam Mahar paling tidak mampu membuat tawaran baru tentang arus lalu lintas cinta yang secara vertikal yang beragam juga secara horisontal juga memiliki jalur lalu-lintas percintaan juga berbeda-beda. Cinta bercabang adalah realitas kehidupan yang mestinya juga tetap diharapkan membuahkan nilai positif bagi pelaku cinta. Tetapi banyak ditemukan fenomena negatif akibat cinta ini di samping yang positif. Evi menawarkan sebuah kisah cinta yang beragam itu sebagai i’tibar bagi pembaca.
Cinta bukan sekedar formalitas dengan kemasan indah di luarnya tetapi yang terpenting adalah nilai hakekat yang terjaga dalam hati sanubari pemiliknya sehingga tidak memunculkan efek-efek samping yang meresahkan dan menyakitkan. Tetapi bisakah kita memahamkan semua orang agar ia memahami bahasa cinta kita ?. Jika kita sibuk dengan orang lain apakah ia paham terhadap sosok cinta kita atau tidak betapa lama kita harus menerjemahkan dan menyewa “ahli tafsir cinta” untuk menceramahi tentang cinta ke setiap orang yang kita jumpai ?. Untuk apa berfikir panjang tentang itu, toh cinta itu perlu dirasakan dengan bahasanya sendiri, jika kita memiliki niat yang tulus karena-Nya pasti yang lain akan menerimanya. Itulah keadilan cinta yang mungkin sulit dipahami oleh selain pelaku cinta itu sendiri.
Purwokerto, 29 September 2003
[i] Pernah dimuat di Majalah Fadlilah Yogyakarta
DALAM CERPEN EVI IDAWATI [i]
Oleh. Moh. Roqib
Cinta adalah tema yang selalu aktual, sesuai kebutuhan riil manusia, dan menyisakan misteri yang tiada habisnya untuk dibahas. Cinta memiliki sifat universal sekaligus individual dan lokal. Setiap insan pernah merasakannya dengan karakteristik yang berbeda antara satu individu dengan individu lain bak rasa menu makanan yang berbeda antara zona yang satu dengan yang lain. Ekspresi cinta menjadi hal prerogratif setiap orang bagaimana ia menyimpan, menyatakan, dan membingkainya dalam figura kehidupannya masing-masing. Otoritas ini tidak mungkin bisa digugat walaupun dengan mengerahkan ahli demo bayaran pun tidak mungkin bisa. Cinta memiliki logikanya sendiri.
Evi Idawati dalam karyanya, Mahar hendak mengungkap dunia cinta remaja dan cinta dalam keluarga yang memiliki variasi yang beragam yang bisa didukung sekaligus digugat karena daya kontroversi cinta yang diterjunkan oleh “Aku cerita” terkadang membuat orang gemas. Apalah salah cinta jika ia bicara dengan bahasanya sendiri terserah orang mau bilang apa. Memang kualitas cinta terukur oleh rasa yang dapat tumbuh dengan siraman kondisi yang beragam.
Tulisan berikut tetap dalam kerangka di atas untuk memberikan sedikit sentilan Cerpen yang yang sudah dibaca banyak kalangan luas. Cinta memang indah dan tetap harus mesterius untuk menjaga keindahannya. Untuk mengungkap mesteriusnya itu tulisan ini dibuat agar cinta tetap menjadi mesterius atau bahkan lebih mesterius agar cinta semakin terasa nikmat.
Mahar: Sebagai Nilai Spiritual dan atau Kapitalis
Buku Evi berjudul Mahar. Judul ini diambil dari bagian dari salah satu judul cerpen yang ada dalam buku ini. Kata mahar itu sendiri dari sisi fiqh dan sosial dikenal beragam. Dalam fiqh dikenal dalam pernikahan yaitu sesuatu yang dikeluarkan oleh suami untuk calon istri guna memenuhi sebagian syarat sah akad pernikahan. Setelah akad pernikahan dinyatakan sah maka seorang suami memiliki hak atas istrinya berikut kewajibannya. Di antara hak yang sering diperbincangkan adalah hak pemenuhan kebutuhan hubungan seks, karenanya sebagian orang memandang pernikahan sebagai pintu untuk melakukan “monopoli seksual” terhadap istri atau suaminya.
Secara sosiologis mahar mengalami perluasan makna yaitu digunakan untuk menyebut “uang kehormatan” sebagai ganti pemberian barang-barang, mantra, suwu’ atau aji-aji yang memiliki kekuatan (daya linuih) bagi seseorang yang membutuhkan. Uang atau hadiah tersebut diberikan kepada pemberi benda atau azimat (yang biasanya dilakukan oleh orang pintar atau lainnya). Dalam konteks kemoderenan saat ini mahar dalam arti yang kedua ini tetap berlaku khususnya bagi masyarakat yang mempercayainya atau membutuhkannya.
Mahar dalam artian pertama sering dimaknai bersifat sakral dan berdimensi spiritual sebab dengan mahar yang menjadi sebagaian syarat sah aqad nikah tersebut seorang suami boleh melakukan hubungan seks dengan istri bahkan bernilai ibadah. Segala aktifitas baik komunikasi biologis maupun psikis bermakna ibadah karena hal tersebut dianjurkan oleh agama dalam lingkup pernikahan asal dilakukan secara sehat dan halal.
Dalam konteks kedua, mahar bisa dimaknai sebagai kapitalisasi nilai-nilai spiritual atau spritualisasi nilai-nilai kapitalis yang ada dalam masyarakat. Kontrak jual beli yang mestinya lazim dan dalam Islam dibahas dalam fiqh muamalah, disakralkan agar terkesan sebagai bagian dari pengamalan keagamaan jauh dari transaksi ekonomi. Padahal pada kenyataannya pemberian mahar tersebut merupakan transaksi ekonomi yang nyata karena telah disebutkan tarif sebelumnya.
Judul cerpen Evi ini bisa merujuk pada dua arti sekaligus yaitu menggambarkan cerita-cerita romantis dengan dinamika cinta yang sakral atau material, yang religius dan atau tendensius.
Cinta tanpa Syarat
Cerpen-cerpen Evi Idawati memang menarik untuk dibaca, direnungkan, dan diperdebatkan. Enak dibaca, karena ketepatan memilih kata-kata yang mengalir. Walaupun kadang terjadi loncatan cerita tetapi tetap bisa ditarik garis cerita yang runtut. Perlu direnungkan, karena cerpen ini memberikan wacana baru tentang makna cinta yang terkadang dipuja bagaikan dewa dan si pecinta yang mabuk kepayang harus berani memilih dengan resiko yang tidak ringan. Mungkin sudah menjadi logika cinta yang sedemikian kuat menghujam kalbu diri seseorang.
Apakah cinta tidak mungkin dimanaj agar memiliki kesantunan dan harmoni yang tinggi ? sehingga percik-perciknya menambah nilai harmonitas yang diinginkan oleh semua insan ?. Itulah jalan cerita yang dipilih oleh Evi, sah dan tetap enak dibaca. Patut diperdebatkan karena dalam perspektif eksoteris Islam hal tersebut seringkali berbenturan dengan aturan legal-formal hukum. Bagaimana mungkin seorang Istri dengan sadar enggan melayani suami (untuk berhubungan seks) hanya karena ia sedang “gandrung kapirangun” alias tergila-gila dengan Tuhan. Bukankah dengan berhubungan seks yang sah semakin mendekatkan diri dengan tuhan dan tidak mungkin membuat Tuhan “cemburu” apalagi “cemburu buta” kemudian setiap percumbuan suami-istri menjadi penjauh insan dengan Kholiknya.
Dalam perspektif essoteris, percintaan “Aku cerita” dengan Tuhan mengesankan ada sesuatu yang dibuat-buat, tidak alami dan kurang mengesankan prilaku sufi, paling tidak menurut gambaran umum dalam kitab-kitab Islam klasik. Model kesufian yang ditunjukkan oleh penulis adalah model kesufian hati dan nalar tasawwuf amali berbarengan dengan prilaku wajar seorang pelajar atau mahasiswa perkotaan yang terbuka sebagaimana biasa.
Karakter yang Mudah Jatuh Cinta
Bila didiskripsikan karakterisktik “Aku cerita” adalah seorang muslimah yang dilahirkan dalam keluarga muslim-tradisional dari daerah Demak, meskipun dibeberapa cerita ia terlahir dari keluarga abangan yang pergi merantau untuk studi di perguruan Tinggi Yogyakarta. Walaupun kemampuan keilmuan keislamannya pas-pasan ia seorang yang punya ghirah yang tinggi untuk mengaktualisasikan agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang yang berpendidikan tinggi ia memiliki nalar yang tinggi, teguh dalam memegang prinsip hidup yang ia yakini, berani berbeda atau bahkan berlawanan dengan sikap kebanyakan orang, dan dalam pemahaman pemikiran keislamannya lebih skripturalis-literalis, serta -- yang tidak kalah pentingnya adalah -- sebuah sosok yang mudah jatuh cinta baik kepada Allah maupun kepada lelaki. Sebuah sikap yang memang memicu disharmoni dengan lingkungan sosialnya.
Memang cerpen berkepentingan untuk membuat cerita memiliki sisi kontroversi yang menjadi anti klimaks dari sebuah cerita, tetapi pemilihan karakter tokoh seperti di atas bukan tanpa alasan atau sebab. Alasan tertentu menunjukkan ada pesan dari penulis untuk pembaca. Sedangkan sebab tertentu mungkin di antaranya adalah karena penulis kurang memahami dunia tasawuf klasik yang dengan pemahamannya ia memiliki keterbatasan memahami bagaimana rasa cinta seseorang (dalam perspektif sufi) dibangun kemudian diungkapkan dalam ramuan kehidupan nyata. Apapun alasan dan sebab yang melatarbelakangi sebuah karya sastra tetap ia bisa diterima dan sah-sah saja.
Tawaran Poligami demi Cinta
Maya (dalam judul Mahar hlm. 69-77) digambarkan sebagai seorang yang sedang terpana dengan api cinta membara kepada Tuhan, cinta yang tak tertahankan dan harus dilampiaskan dengan sendagurai dan bercengkrama dengan-Nya. Keharusan seperti ini menuntut Maya untuk meluangkan waktu yang cukup banyak untuk-Nya dalam kehidupan sehari-harinya sedang yang lain menjadi berkurang porsi karenanya. Maya melakukan refleksi untuk membuka tabir misteri cintanya dengan Tuhan dengan rasa cintanya pada suami dan anak-anaknya (untuk ketiga anaknya dan kondisi psikologis Baskoro sang suami tidak diceritakan dengan untuh).
Karena pertimbangan cinta pada Tuhan ia merelakan untuk membagi cinta terhadap sang suami (yang amat dicintainya) untuk “dinikmati” bersama dengan Bella temannya. Sebuah tawaran pembagian hak cinta dengan poligami yang sulit diterima oleh kebanyakan perempuan. Secara psikologis membagi cinta seperti ini sulit ditawarkan oleh istri yang memiliki background kehidupan seperti Maya, yang bila boleh dikaitkan dengan sosok “Aku cerita” di atas, sulit rasanya hal itu terjadi.
Ia memiliki kawan bernama Bella yang tidak berjilbab dengan rambut tergerai sebatas pinggang, yang menjadi pilihan orang yang akan diajak “kerjasama” untuk menikmati cinta suami. Bella dengan diskripsi seperti sulit diterima bahwa ia akan menerima sebagai istri kedua apalagi jika secara geografis ia hidup di Jogjakarta atau Jawa tengah (Demak misalnya) dengan tradisi lokal dan pola hidup yang mungkin jauh dari sikap menerima ajaran poligami.
Bella menerima atau tidak, belum diceritakan oleh Evi. Mungkin karena pertimbangan bahwa cerpen yang harus habis terbaca dengan sekali duduk. Tetapi tanpa kelanjutan reaksi Bella bisa menyisakan pesan yang kurang tuntas dan kontroversial bagi pembaca. Atau memang hal itu disengaja oleh penulis agar pembaca membuat fantasi tersendiri dari kondisi psikologis Bella dan kontrak percintaan ini. Cinta bisa berjalan wajar, menentramkan, dan membahagiakan jika ia mampu menerimanya sebagai irama konstruktif cinta yang ada pada dirinya.
Hubungan Seks Suami-Istri: Media Manunggaling Kawulo-Gusti
Dalam dunia tasawwuf , Muhyiddin Ibn ‘Arabi (w. 638 H.) -- seperti dikemukakan oleh Said Aqiel Siradj (1999: 12) dalam Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri— menyebutkan, bahwa kecintaan laki-laki terhadap perempuan (atau perempuan terhadap laki-laki dalam cerita Evi) merupakan simbul dari kecintaan terhadap Tuhan. Esensi cintanya hanya untuk Tuhan (al-Haqq), yang dalam tajalli-Nya dia eksis. Ibnu Arabi berpendapat bahwa tatkala laki-laki mencintai perempuan dia mencari kesatuan. Kesatuan itu terkonfigurasi dalam bentuk perkawinan (jima’ atau persetubuhan). Dengan persetubuhan terjadi penyatuan rasa antara suami dan istri, sebagaimana wushulnya manusia dengan Tuhan untuk itu setelah bersetubuh diwajibkan mandi (besar, janabah) sebagai sarana mengembalikan kesatuan manusia dengan Tuhan, sebab saat menyatu dengan istri (atau suaminya) manusia telah mengalihkan penyatuan universalnya dengan Tuhan. Bagi Ibnu Arabi tanpa pengalaman persetubuhan mustahil manusia mampu wushul dengan Tuhan. Dengan demikian jenis kelamin lain bagi seseorang merupakan media untuk penyatuan diri kepada Tuhan (wahdatul wujud atau manunggaling kawulo-gusti) karena ia dibutuhkan untuk mengaktualisasikan cintanya dengan Tuhan. Seseorang memang bisa meluapkan cintanya kepada Tuhan tanpa harus merasakan cinta dengan sesama tetapi hal demikian cukup berat apalagi bagi Maya.
Dalam cerita, Maya lebih mengedepankan rasa cintanya kepada Tuhan dengan berusaha melepaskan diri dari hubungan seks suami-istri. Padahal pendapat Ibnu Arabi di atas bagi masyarakat Jawa sudah dipahami dan mentradisi bahwa dalam keyakinan (agamanya) istri diwajibkan untuk “melayani” suami. Jika Maya adalah seorang santri, dalam kitab Uqudul Lujjain yang populer di kalangan Muslim desa, juga telah dijelaskan bahwa betapa mulianya istri yang mampu membuat suami bahagia dan salah satu medianya adalah lewat pelayan seks yang memuaskan. Kenikmatan hubungan seks seperti ini memiliki nilai ritual dan bahkan preambul (forepaly)-nya saja bernilai ibadah dengan pahala besar.
Pemahaman fiqh seperti ini telah tersebar luas di masyarakat. Pertanyaannya apakah penulis hendak menawarkan wacana baru bahwa kecintaan kepada Tuhan melebihi dari kenikmatan seks yang sah padahal seks yang sah dan sehat mampu menghantarkannya untuk menuju Tuhan ?.
Sebuah cerita yang misterius tetapi bisa riil juga. Bagi suami yang memiliki istri seperti Maya alangkah bingungnya ia memahami pola fikir seperti ini atau mungkin sebaliknya alangkah senangnya sang suami karena cintanya terhadap makhluk Tuhan (perempuan) bisa tersalur dengan beberapa fasilitas perempuan-perempuan yang sah dengan poligami dan mendapat restu istri tercinta, padahal restu istri seperti yang dilakukan Maya ini masih langka di dunia ini.
Cinta kepada Tuhan yang demikian ini, bisa memperkering hubungan cinta suami-istri dan menimbulkan masalah baru bagi keluarga. Hal demikian paling tidak disebabkan oleh kurangnya pemahan mayoritas kita tentang dasar filosofi cinta yang sakral dan menjadi hak siapa saja atau apapun juga. Cinta merupakan menifestasi nilai asma’ Tuhan yang mulia dan akan selalu mulia jika tidak dikotori oleh niat-niat dan aktifitas jahat seseorang. Cinta adalah hak prerogratif Allah yang akan dikaruniakan kepada siapa atau apa. Cinta di atas kemampuan manusia (fauqa mustatha’ al-insan). Hanya Allah sajalah yang dapat menghapus rasa cinta atau mengalihkannya pada yang lain. Pemahaman cinta seperti ini kurang dipahami oleh banyak kalangan dan kemungkinan oleh Bella dalam cerita Evi.
Tawaran Cinta Alternatif
Cerpen Evi memang menggelitik orang untuk membaca dan menerawang dalam lamunan cinta membara yang mengalir deras menembus batas dan membuat pembaca penasaran karena daya kontroversinya atau karena cerita ini ini sengaja dipotong agar membuat pembaca penasaran atau meneruskan ceritanya sendiri-sendiri sesuai imajinasinya masing-masing.
Cerpen-cerpen Evi Idawati dalam Mahar paling tidak mampu membuat tawaran baru tentang arus lalu lintas cinta yang secara vertikal yang beragam juga secara horisontal juga memiliki jalur lalu-lintas percintaan juga berbeda-beda. Cinta bercabang adalah realitas kehidupan yang mestinya juga tetap diharapkan membuahkan nilai positif bagi pelaku cinta. Tetapi banyak ditemukan fenomena negatif akibat cinta ini di samping yang positif. Evi menawarkan sebuah kisah cinta yang beragam itu sebagai i’tibar bagi pembaca.
Cinta bukan sekedar formalitas dengan kemasan indah di luarnya tetapi yang terpenting adalah nilai hakekat yang terjaga dalam hati sanubari pemiliknya sehingga tidak memunculkan efek-efek samping yang meresahkan dan menyakitkan. Tetapi bisakah kita memahamkan semua orang agar ia memahami bahasa cinta kita ?. Jika kita sibuk dengan orang lain apakah ia paham terhadap sosok cinta kita atau tidak betapa lama kita harus menerjemahkan dan menyewa “ahli tafsir cinta” untuk menceramahi tentang cinta ke setiap orang yang kita jumpai ?. Untuk apa berfikir panjang tentang itu, toh cinta itu perlu dirasakan dengan bahasanya sendiri, jika kita memiliki niat yang tulus karena-Nya pasti yang lain akan menerimanya. Itulah keadilan cinta yang mungkin sulit dipahami oleh selain pelaku cinta itu sendiri.
Purwokerto, 29 September 2003
[i] Pernah dimuat di Majalah Fadlilah Yogyakarta
RANCANGAN AWAL KURIKULUM STIQ ANNUR BANTUL
RENCANA I KURIKULUM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ANNUR
BANTUL YOGYAKARTA
JURUSAN TARBIYAH
A. PROGRAM STUDI PAI
I. MATA KULIAH UMUM (MKU)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STA-101
STA-102
STA-103
STA-104
STA-105
STA-106
STA-107
STA-108
STA-109
Pancasila
Kewiraan
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
IAD dan IBDN
Metodologi Studi Islam
Studi Quran Kontemporer ?
Bahasa dan Komunikasi ?
N
N
N + L
N + L
N
N
N
L
L
2
2
8
8
2
3
3
2
2
32
II. MATA KULIAH DASAR KEAHLIAN (MKDK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
STA-201
STA-202
STA-203
STA-204
STA-205
STA-206
STA-207
STA-301
STA-302
STA-303 STA-201 TAR-402 TAR-411 TAR-403 TAR-406
Ushul Fiqh
Ulumul Hadits
Ulumul Qur’an
Ilmu Kalam
Ilmu Taswwuf
Filsafat Umum
Metode Penelitian
Fiqh
Hadits
Tafsir
Sejarah dan Peradaban Islam
Psikologi Umum
Psikologi Agama
Filsafat Pendidikan
Administrasi Pendidikan
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
38
III. MATA KULIAH KEAHLIAN (MKK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
TAR-401
PAI-501
PAI-502
PAI-503
PAI-504
PAI-505
PAI-506
PAI-601
TAR-601
PAI-404
PAI-405
PAI-406
PAI-407
PAI-408
PAI-409
PAI-602
PAI-603
PAI-604
PAI-605
PAI-606
PAI-607
PAI-608
PAI-609
TAR-412 TAR-413 TAR-414 PAI-610
PAI-611
TAR-415 TAR-416 TAR-417
STA-110
Ilmu Pendidikan
Ilmu Jiwa Belajar PAI
Perencanaan Sistem PAI
Pengembangan Kurikulum PAI
Materi Pend. Agama Islam
Statistik
Pengemb. Sistem Evaluasi PAI
Praktik Mengajar
Skripsi
Filsafat Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
Perencanaan Pengajaran
Strategi Belajar & Mengajar
Bimbingan & Penyuluhan
PPMDI (ELK)
Tafsir Ayat Tarbawi
Hadits Tarbawi
Masail Fiqh al-Haditsah
Qira’atul kutub
Filsafat Islam
Metode Pengajaran Agama Islam
Kapita Selekta PI (ELK)
Sej. Pendd. Islam di Indonesia
Psikologi Perkembangan (ELK)
Teknologi Pendd. (ELK)
Sosiologi Pend. Islam (ELK)
Qawaidul Fiqhiyah (ELK)
Tarikh Tasyri’ (ELK)
Ilmu Komunikasi (ELK)
Ilmu Managemen (ELK)
Teori dan Praktik Komputer
Kuliah Kerja Nyata
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
3
3
3
3
5
3
3
4
6
2
2
2
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
Jumlah
84
KETERANGAN :
1. Bertanda (ELK) = Mata Kuliah Eleksi berjumlah 10 mata kuliah dengan bobot 20 sks
2. Mahasiswa hanya diberi beban memilih 5 mata kuliah atau 10 sks.
B. PROGRAM STUDI PBA
MATA KULIAH UMUM (MKU)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STA-101
STA-102
STA-103
STA-104
STA-105
STA-106
STA-107
STA-108
STA-109
Pancasila
Kewiraan
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
IAD dan IBDN
Metodologi Studi Islam
Studi Qur’an Kontempore ?
Bahasa dan Komunikasi ?
N
N
N + L
N + L
N
N
N
L
L
2
2
8
8
2
3
3
2
2
32
II. MATA KULIAH DASAR KEAHLIAN (MKDK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
STA-201
STA-202
STA-203
STA-204
STA-205
STA-206
STA-207
STA-301
STA-302
STA-303 STA-201 TAR-402 TAR-411 TAR-403 TAR-406
Ushul Fiqh
Ulumul Hadits
Ulumul Qur’an
Ilmu Kalam
Ilmu Tasawwuf
Filsafat Umum
Metode Penelitian
Fiqh
Hadits
Tafsir
Sejarah dan Peradaban Islam
Psikologi Umum
Psikologi Agama
Filsafat Pendidikan
Administrasi Pendidikan
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
38
III. MATA KULIAH KEAHLIAN (MKK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
TAR-401
PBA-501
PBA-502
PBA-503
PBA-504
PBA-505
PBA-506
PBA-507
PBA-601
TAR-601
PBA-412
PBA-500
PBA-408
PBA-409
PBA-410
PBA-602
PBA-603
PBA-604
PBA-605
PBA-606
PBA-607
PBA-608
PBA-609
PBA-610 TAR-412 TAR-413 TAR-414
TAR-415
TAR-416 TAR-417
STA-113
Ilmu Pendidikan
Ilmu Jiwa Belajar (BHS)
Perencanaan Sistem Pengaj. Bhs.
Pengemb. Kurikulum bhs.Arab
Metode Pengajaran Bahasa
Qawaid/Nahwu
Sharaf
Linguistik
Praktik Mengajar
Skripsi
Evaluasi Pendidikan
Statistik Pendidikan
Strategi Belajar & Mengajar
Bimbingan & Penyuluhan
PPMDI (ELK)
Balaghah
Muhadatsah
Muthala’ah
Insya’
Tarjamah
Telaah Kurikulum B. Arab (ELK)
Media Pengaj. Bhs. Arab (ELK)
Seminar Bahasa Arab (ELK)
Fiqhul Lughah (ELK)
Psikologi Perkembangan (ELK)
Teknologi Pendidikan (ELK)
Sosiologi Pend. Islam (ELK)
Ilmu Komunikasi (ELK)
Ilmu Manajemen (ELK)
Teori dan Praktik Komputer
Kuliah Kerja Nyata
N
N
N
N
N
N + L
N
N
N
N
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
N
L
L
L
L
L
N
3
3
3
3
3
3
3
3
4
6
2
2
2
2
2
2
2
4
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
Jumlah
84
KETERANGAN :
Bertanda (ELK) = Mata Kuliah Eleksi berjumlah 10 mata kuliah dengan bobot 20 sks
Mahasiswa hanya diberi beban memilih 5 mata kuliah atau 10 sks.
JURUSAN SYARIAH
C. PROGRAM STUDI AS
IV. MATA KULIAH UMUM (MKU)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STA-101
STA-102
STA-103
STA-104
STA-105
STA-106
STA-107
STA-108
STA-109
Pancasila
Kewiraan
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
IAD dan IBDN
Metodologi Studi Islam
Studi Qur’an Kontemporer ?
Bahasa dan Komunikasi ?
N
N
N + L
N + L
N
N
N
L
L
2
2
8
8
2
3
3
2
2
32
V. MATA KULIAH DASAR KEAHLIAN (MKDK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
STA-201
STA-202
STA-203
STA-204
STA-205
STA-206
STA-207
STA-301
STA-302
STA-303 STA-201
SYA-701
SYA-702
SYA-703
SYA-704
Ushul Fiqh
Ulumul Hadits
Ulumul Qur’an
Ilmu Kalam
Ilmu Taswwuf
Filsafat Umum
Metode Penelitian
Fiqh
Hadits
Tafsir
Sejarah dan Peradaban Islam
Tarikh Tasyri’
Qawa’idul Fiqhiyah
Filsafat Hukum Islam
Sosiologi Hukum
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
38
VI. MATA KULIAH KEAHLIAN (MKK)
NO
KODE MK.
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
SYA-401
SYA-501
SYA-502
SYA-503
SYA-504
AHS-505
AHS-506
AHS-601
SYA-601
SYA-705
SYA-706
SYA-707
SYA-708
AHS-706
AHS-407
AHS-408
AHS-409
AHS-602
AHS-603
AHS-604
AHS-605
AHS-606
AHS-607
SYA-608
SYA-609
STA-412
Ilmu Tafsir
Tafsir Ahkam
Hadis Ahkam
Ushul Fiqh
Ilmu Hukum
Hukum Perdata Islam di Indonesia
Peradilan di Indonesia
Hukum Acara
Skripsi
Hukum Perdata
Ilmu Falak
PPHIM
Kajian Kitab
Muqaranatul Madzahib fil Ushul
Fiqh Mawaris
Fiqh Munakahat I, II
Masailul Fiqhiyah
Asas Hukum Pidana Islam
Hukum Adat
Hukum Acara Peradilan Agama
Praktik Peradilan
Fiqh Siyasah
Fiqh Muamalah
Kewirausahaan ?
Komputer ?
KKN
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
3
3
3
3
5
3
3
4
6
2
2
3
2
3
3
4
3
2
2
4
3
2
3
3
2
4
Jumlah
KETERANGAN :
1. Bertanda (ELK) = Mata Kuliah Eleksi berjumlah 10 mata kuliah dengan bobot 20 sks
2. Mahasiswa hanya diberi beban memilih 5 mata kuliah atau 10 sks.
D. PROGRAM STUDI MUA
MATA KULIAH UMUM (MKU)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STA-101
STA-102
STA-103
STA-104
STA-105
STA-106
STA-107
STA-108
STA-109
Pancasila
Kewiraan
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
IAD dan IBDN
Metodologi Studi Islam
Studi Qur’an Kontemporer ?
Bahasa dan Komunikasi ?
N
N
N + L
N + L
N
N
N
L
L
2
2
8
8
2
3
3
2
2
II. MATA KULIAH DASAR KEAHLIAN (MKDK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
STA-201
STA-202
STA-203
STA-204
STA-205
STA-206
STA-207
STA-301
STA-302
STA-303 STA-201
Ushul Fiqh
Ulumul Hadits
Ulumul Qur’an
Ilmu Kalam
Ilmu Taswwuf
Filsafat Umum
Metode Penelitian
Fiqh
Hadits
Tafsir
Sejarah dan Peradaban Islam
Filsafat Islam
Tarihk Tasyri’
Qawa’idul Fiqhiyah
Filsafat Hukum Islam
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
III. MATA KULIAH KEAHLIAN (MKK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
SYA-401
SYA-501
SYA-502
SYA-503
SYA-504
MUA-501
MUA-502
MUA-503
MUA-504
SYA-601
Ilmu Tafsir
Tafsir Ahkam
Hadis Ahkam
Ushul Fiqh
Ilmu Hukum
Fiqh Muamalah
Ilmu Ekonomi dan Perbankkan
Lembaga-lembaga Perek. Umat
Metodologi Penelitian Muamalah
Skripsi
Sosiologi Hukum
Hukum Perdata
Ilmu Falak
PPHIM
Kajian Kitab
Fiqh Mu’amalah II
Muqaranatul Madzahib
Hukum Dagang
Hukum Perbur. /Ketenagakerjaan
Hukum Pernahan Nasional
Peradilan Di Indonesia
Hukum Acara
Hukum Acara Peradilan Agama
Praktik Peradilan
Fiqh Siyasah*
Fiqh Jinayah*
Fiqh Munakahat dan Mawaris *
Managemen Perbankkan
Komputer *
KKN
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
N
L
L
L
L
L
3
3
3
3
3
3
3
3
3
6
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
3
3
2
4
JUMLAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ANNUR
BANTUL YOGYAKARTA
JURUSAN TARBIYAH
A. PROGRAM STUDI PAI
I. MATA KULIAH UMUM (MKU)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STA-101
STA-102
STA-103
STA-104
STA-105
STA-106
STA-107
STA-108
STA-109
Pancasila
Kewiraan
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
IAD dan IBDN
Metodologi Studi Islam
Studi Quran Kontemporer ?
Bahasa dan Komunikasi ?
N
N
N + L
N + L
N
N
N
L
L
2
2
8
8
2
3
3
2
2
32
II. MATA KULIAH DASAR KEAHLIAN (MKDK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
STA-201
STA-202
STA-203
STA-204
STA-205
STA-206
STA-207
STA-301
STA-302
STA-303 STA-201 TAR-402 TAR-411 TAR-403 TAR-406
Ushul Fiqh
Ulumul Hadits
Ulumul Qur’an
Ilmu Kalam
Ilmu Taswwuf
Filsafat Umum
Metode Penelitian
Fiqh
Hadits
Tafsir
Sejarah dan Peradaban Islam
Psikologi Umum
Psikologi Agama
Filsafat Pendidikan
Administrasi Pendidikan
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
38
III. MATA KULIAH KEAHLIAN (MKK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
TAR-401
PAI-501
PAI-502
PAI-503
PAI-504
PAI-505
PAI-506
PAI-601
TAR-601
PAI-404
PAI-405
PAI-406
PAI-407
PAI-408
PAI-409
PAI-602
PAI-603
PAI-604
PAI-605
PAI-606
PAI-607
PAI-608
PAI-609
TAR-412 TAR-413 TAR-414 PAI-610
PAI-611
TAR-415 TAR-416 TAR-417
STA-110
Ilmu Pendidikan
Ilmu Jiwa Belajar PAI
Perencanaan Sistem PAI
Pengembangan Kurikulum PAI
Materi Pend. Agama Islam
Statistik
Pengemb. Sistem Evaluasi PAI
Praktik Mengajar
Skripsi
Filsafat Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
Perencanaan Pengajaran
Strategi Belajar & Mengajar
Bimbingan & Penyuluhan
PPMDI (ELK)
Tafsir Ayat Tarbawi
Hadits Tarbawi
Masail Fiqh al-Haditsah
Qira’atul kutub
Filsafat Islam
Metode Pengajaran Agama Islam
Kapita Selekta PI (ELK)
Sej. Pendd. Islam di Indonesia
Psikologi Perkembangan (ELK)
Teknologi Pendd. (ELK)
Sosiologi Pend. Islam (ELK)
Qawaidul Fiqhiyah (ELK)
Tarikh Tasyri’ (ELK)
Ilmu Komunikasi (ELK)
Ilmu Managemen (ELK)
Teori dan Praktik Komputer
Kuliah Kerja Nyata
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
3
3
3
3
5
3
3
4
6
2
2
2
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
Jumlah
84
KETERANGAN :
1. Bertanda (ELK) = Mata Kuliah Eleksi berjumlah 10 mata kuliah dengan bobot 20 sks
2. Mahasiswa hanya diberi beban memilih 5 mata kuliah atau 10 sks.
B. PROGRAM STUDI PBA
MATA KULIAH UMUM (MKU)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STA-101
STA-102
STA-103
STA-104
STA-105
STA-106
STA-107
STA-108
STA-109
Pancasila
Kewiraan
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
IAD dan IBDN
Metodologi Studi Islam
Studi Qur’an Kontempore ?
Bahasa dan Komunikasi ?
N
N
N + L
N + L
N
N
N
L
L
2
2
8
8
2
3
3
2
2
32
II. MATA KULIAH DASAR KEAHLIAN (MKDK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
STA-201
STA-202
STA-203
STA-204
STA-205
STA-206
STA-207
STA-301
STA-302
STA-303 STA-201 TAR-402 TAR-411 TAR-403 TAR-406
Ushul Fiqh
Ulumul Hadits
Ulumul Qur’an
Ilmu Kalam
Ilmu Tasawwuf
Filsafat Umum
Metode Penelitian
Fiqh
Hadits
Tafsir
Sejarah dan Peradaban Islam
Psikologi Umum
Psikologi Agama
Filsafat Pendidikan
Administrasi Pendidikan
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
38
III. MATA KULIAH KEAHLIAN (MKK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
TAR-401
PBA-501
PBA-502
PBA-503
PBA-504
PBA-505
PBA-506
PBA-507
PBA-601
TAR-601
PBA-412
PBA-500
PBA-408
PBA-409
PBA-410
PBA-602
PBA-603
PBA-604
PBA-605
PBA-606
PBA-607
PBA-608
PBA-609
PBA-610 TAR-412 TAR-413 TAR-414
TAR-415
TAR-416 TAR-417
STA-113
Ilmu Pendidikan
Ilmu Jiwa Belajar (BHS)
Perencanaan Sistem Pengaj. Bhs.
Pengemb. Kurikulum bhs.Arab
Metode Pengajaran Bahasa
Qawaid/Nahwu
Sharaf
Linguistik
Praktik Mengajar
Skripsi
Evaluasi Pendidikan
Statistik Pendidikan
Strategi Belajar & Mengajar
Bimbingan & Penyuluhan
PPMDI (ELK)
Balaghah
Muhadatsah
Muthala’ah
Insya’
Tarjamah
Telaah Kurikulum B. Arab (ELK)
Media Pengaj. Bhs. Arab (ELK)
Seminar Bahasa Arab (ELK)
Fiqhul Lughah (ELK)
Psikologi Perkembangan (ELK)
Teknologi Pendidikan (ELK)
Sosiologi Pend. Islam (ELK)
Ilmu Komunikasi (ELK)
Ilmu Manajemen (ELK)
Teori dan Praktik Komputer
Kuliah Kerja Nyata
N
N
N
N
N
N + L
N
N
N
N
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
N
L
L
L
L
L
N
3
3
3
3
3
3
3
3
4
6
2
2
2
2
2
2
2
4
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
Jumlah
84
KETERANGAN :
Bertanda (ELK) = Mata Kuliah Eleksi berjumlah 10 mata kuliah dengan bobot 20 sks
Mahasiswa hanya diberi beban memilih 5 mata kuliah atau 10 sks.
JURUSAN SYARIAH
C. PROGRAM STUDI AS
IV. MATA KULIAH UMUM (MKU)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STA-101
STA-102
STA-103
STA-104
STA-105
STA-106
STA-107
STA-108
STA-109
Pancasila
Kewiraan
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
IAD dan IBDN
Metodologi Studi Islam
Studi Qur’an Kontemporer ?
Bahasa dan Komunikasi ?
N
N
N + L
N + L
N
N
N
L
L
2
2
8
8
2
3
3
2
2
32
V. MATA KULIAH DASAR KEAHLIAN (MKDK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
STA-201
STA-202
STA-203
STA-204
STA-205
STA-206
STA-207
STA-301
STA-302
STA-303 STA-201
SYA-701
SYA-702
SYA-703
SYA-704
Ushul Fiqh
Ulumul Hadits
Ulumul Qur’an
Ilmu Kalam
Ilmu Taswwuf
Filsafat Umum
Metode Penelitian
Fiqh
Hadits
Tafsir
Sejarah dan Peradaban Islam
Tarikh Tasyri’
Qawa’idul Fiqhiyah
Filsafat Hukum Islam
Sosiologi Hukum
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
38
VI. MATA KULIAH KEAHLIAN (MKK)
NO
KODE MK.
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
SYA-401
SYA-501
SYA-502
SYA-503
SYA-504
AHS-505
AHS-506
AHS-601
SYA-601
SYA-705
SYA-706
SYA-707
SYA-708
AHS-706
AHS-407
AHS-408
AHS-409
AHS-602
AHS-603
AHS-604
AHS-605
AHS-606
AHS-607
SYA-608
SYA-609
STA-412
Ilmu Tafsir
Tafsir Ahkam
Hadis Ahkam
Ushul Fiqh
Ilmu Hukum
Hukum Perdata Islam di Indonesia
Peradilan di Indonesia
Hukum Acara
Skripsi
Hukum Perdata
Ilmu Falak
PPHIM
Kajian Kitab
Muqaranatul Madzahib fil Ushul
Fiqh Mawaris
Fiqh Munakahat I, II
Masailul Fiqhiyah
Asas Hukum Pidana Islam
Hukum Adat
Hukum Acara Peradilan Agama
Praktik Peradilan
Fiqh Siyasah
Fiqh Muamalah
Kewirausahaan ?
Komputer ?
KKN
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
3
3
3
3
5
3
3
4
6
2
2
3
2
3
3
4
3
2
2
4
3
2
3
3
2
4
Jumlah
KETERANGAN :
1. Bertanda (ELK) = Mata Kuliah Eleksi berjumlah 10 mata kuliah dengan bobot 20 sks
2. Mahasiswa hanya diberi beban memilih 5 mata kuliah atau 10 sks.
D. PROGRAM STUDI MUA
MATA KULIAH UMUM (MKU)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STA-101
STA-102
STA-103
STA-104
STA-105
STA-106
STA-107
STA-108
STA-109
Pancasila
Kewiraan
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
IAD dan IBDN
Metodologi Studi Islam
Studi Qur’an Kontemporer ?
Bahasa dan Komunikasi ?
N
N
N + L
N + L
N
N
N
L
L
2
2
8
8
2
3
3
2
2
II. MATA KULIAH DASAR KEAHLIAN (MKDK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
10.
11.
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
STA-201
STA-202
STA-203
STA-204
STA-205
STA-206
STA-207
STA-301
STA-302
STA-303 STA-201
Ushul Fiqh
Ulumul Hadits
Ulumul Qur’an
Ilmu Kalam
Ilmu Taswwuf
Filsafat Umum
Metode Penelitian
Fiqh
Hadits
Tafsir
Sejarah dan Peradaban Islam
Filsafat Islam
Tarihk Tasyri’
Qawa’idul Fiqhiyah
Filsafat Hukum Islam
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
III. MATA KULIAH KEAHLIAN (MKK)
NO
KODE
MATA KULIAH
MUATAN
BOBOT SKS
25
26
27.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
SYA-401
SYA-501
SYA-502
SYA-503
SYA-504
MUA-501
MUA-502
MUA-503
MUA-504
SYA-601
Ilmu Tafsir
Tafsir Ahkam
Hadis Ahkam
Ushul Fiqh
Ilmu Hukum
Fiqh Muamalah
Ilmu Ekonomi dan Perbankkan
Lembaga-lembaga Perek. Umat
Metodologi Penelitian Muamalah
Skripsi
Sosiologi Hukum
Hukum Perdata
Ilmu Falak
PPHIM
Kajian Kitab
Fiqh Mu’amalah II
Muqaranatul Madzahib
Hukum Dagang
Hukum Perbur. /Ketenagakerjaan
Hukum Pernahan Nasional
Peradilan Di Indonesia
Hukum Acara
Hukum Acara Peradilan Agama
Praktik Peradilan
Fiqh Siyasah*
Fiqh Jinayah*
Fiqh Munakahat dan Mawaris *
Managemen Perbankkan
Komputer *
KKN
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
N
L
L
L
L
L
3
3
3
3
3
3
3
3
3
6
2
2
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
3
3
2
4
JUMLAH
Langganan:
Postingan (Atom)