Jumat, 14 Maret 2008

Suatu Pagi di Baturaden

BELAJAR DARI ALAM BATURADEN
Oleh. Moh. Roqib


Pagi itu masih begitu gelap, kabut juga masih jauh dari sentuhan matahari, sekitar pukul 05 aku keluar dari kamar di mana aku melepas lelah. Lingkungan Queen Garden Hotel di Baturaden yang kutempati Raker-rakor sangat indah. Kupanjatkan puji dan syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa betapa limpahan rahmat dan karunianya amat banyak kurasakan. Karunia yang tak mungkin habis dan akupun tak bisa menghitungnya satu persatu. Karunia yang aku rasakan pagi itu begitu indah dan amat menawan hatiku. Aku mencoba melihat kembali file-file lama yang telah membuatku seperti sekarang ini.
Orang tua yang telah melahirkan, mendidik, dan mencintaiku sepenuh hati, meski aku pun sering kurang sabar dan menginginkan lebih dari kecintaan orang tuaku yang tani dan kurang berpendidikan. Kuharapkan mereka mampu memberikan kasih dan cintanya sebagaimana orang kota, kaya, dan pintar. Perasaan yang kurang cerdas karena menuntut lebih dari yang bisa dilakukan oleh orang tua. Sampai di sini aku beristighfar, baru pada tuntutan dalam perasaan yang melintas saat itu, terasa aku telah berbuat kurang ”baik” terhadap orang tuaku sendiri yang aku adalah bagian dari darah dan dagingnya. Kuulang berkali-kali istighfar itu. Airmataku jatuh dan membasahi pipi di pagi buta itu.
File lama terus kubuka, alangkah banyak jasa-jasa orang yang ada disekitarku yang mampu mendidikku dan menyangiku dengan cara yang santun, baik, bijak, dan kasih sayang meski ada sebagian kecil ada yang membuat jasa kepadaku dengan menyedihkanku melalui sikap angkuh, perkataan kasar, gurauan konyol, dan sikap acuh. Dari mereka aku belajar pada titik terkecil prilaku mereka apa pun prilaku itu disapakan kepadaku atau aku menyapanya. Kawan-kawanku saat aku masih kecil yang sering bermain-main dengan mereka. Indah sekali tawa dan tangis menghiasi perkawanan ini. Biasa dunia anak adalah tertawa dan menangis yang terkadang bersamaan. Cantik sekali prilaku anak kecil. Jasa mereka dalam hidupku amat berarti untuk membentuk watakku. Ataghfirullah, ampunilah Tuhan diri dan kawan-kawanku itu.
Masih tetap mengalir air mataku, saat kubuka file kawan-kawanku yang kucinta saat aku belajar di MTs, MAN, dan pesantren. Di antara mereka ada yang amat memberikan perhatian yang amat berguna. Perhatian dan keakraban sahabat yang mengerti akan orang-orang di sampingnya. Ada orang-orang spesial yang telah membangun suasana yang lebih indah dari yang lain. Suasana yang lebih religius, edukatif-kreatif, dan penuh pelibatan rasa dan perasaan. Ya Tuhan berikan kasih dan cintamu kepadaku dan kepada semua mereka yang telah membangun jiwa dan masa depanku. Sahabat-sahabatku di Perguruan Tinggi yang telah memberikan ”makna” lain dalam hidupku terutama dari aspek pemikiran dan pemahaman yang lebih luas. Mereka memiliki tradisi yang lebih intelektual dalam prilakunya saat bercanda, berbicara, dan bersikap. Meski terdidik masih ada yang bagiku kurang dan menginginkan agar mereka bisa seideal apa yang aku pikirkan. Astaghfirullah, ampunilah aku Tuhan. Ampunilah sahabatku dan berikanlah kepada kamu semua kehidupan yang penuh keselamatan dan kedamaian.
Do’a dan kalimah thoyyibah tetap terucap dari bibirku yang gemetar karena tak mampu menahan haru, betapa banyak limpahan karunia Tuhan itu yang selalu masuk dan menjadi bagian dari hidupku baik yang secara sadar kutemukan dan terkadang baru kutemukan saat perenungan di balik kejadian yang bisa jadi kuanggap kurang ”positif” bagiku. Badanku gemetar seakan berusaha menyesuaikan diri agar kenikmatan dan karunia itu bisa masuk dengan baik padaku tanpa kesulitan. Gemetar. Betapa banyak kawan dekat yang telah memberikan kontribusi baiknya kepadaku dengan caranya yang paling konyol sekalipun. Ya Tuhan, berikanlah ampunian dan karunia kepada mereka.
File berlanjut pada orang-orang yang telah memberikan cinta dan perhatian khusus kepadaku tetapi saat ini mereka jauh dari sampingku. Kusampaikan salam manis dan do’a semoga mereka bahagia dalam hidupnya. Kepada istri dan anak-anakku juga anak-anakku yang lahir dari rahim orang lain yang belajar bersamaku dan merasakan pahit getir kehidupan bersamaku, meski tidak lama hanya beberapa waktu saat ia belajar di lingkunganku. Kepada mereka kuucapkan do’a agar mereka sehat, selamat, dan damai dalam hidupnya. Mereka terkadang mendewasakanku dengan prilakunya yang aneh tetapi bermakna dalam hidup ini. Alhamdulillah, ampunilah Tuhan diriku dan mereka dan jadikan kami dalam rengkuhan nikmat dan karuniamu.
Aku semakin tersedu dalam tangisku saat memaca jasa sahabat-sahabat karipku. Karena mereka aku bisa hidup lebih bermakna dalam kehidupan ini. Tanpa mereka hidupku pasti sepi dan kurang berarti. Bersama mereka hidup ini terasa nyaman. Kunikmati hidup ini bersama yang lain karena tanpa kebersamaan hidup ini menjadi tidak menyentuk arti hidup.
Setelah kututup do’a dan file-file kehidupanku, kuusap air mata dan kotoran yang menyesakkan hidungku. Kupandang alam yang membentang di depanku. Ada rerumputan hijau yang sering diijak atau terijak kaki manusia atau hiwan yang melintasinya. Sudah menjadi resiko, posisi rendah potensial untuk diperlakukan kurang baik dan menyenangkan, meski bisa dimaknai lain bahwa untuk menjadi berguna terkadang perlu diinjak dan disakiti oleh yang lain. Ada rumput yang panjang, tetapi ia tidak mampu menopang badannya sendiri sehingga merayap di tanah dan diperlakukan sama dengan rumput yang lain bahkan akan dipotong untuk makan binatang ternak. Ini berarti ada makhluk Tuhan yang memiliki jasa panjang tetapi tetap saja ia akan mendapatkan perlakuan kurang terpuji karena posisinya di bawah, dan ia persembahan sebagian dari raganya untuk makhluk Tuhan yang lain. Ini juga karunia, bisa memberikan makna kepada yang lain dengan berkorban.
Sapaanku bergeser pada pohon-pohon sedang dan besar yang jauh dan indah dipandang. Mereka tersenyum dan melambai-lambai menjawab sapaan dan salamku. Sambil tersenyum kukatakan pada mereka ”cantik sekali”. Mereka berjajar indah karena menunjukkan identitas asli mereka tampa ditutupi dari berbagai sisinya. Ia tampil polos tanpa basa-basi. Luar biasa. Kebergaman kecil besar, tinggi rendah, dan warna-warni mampu menampilkan keagungan Tuhan dalam menyimpan rahasia alam semesta. Segera kusapa bunga-bunga di sampingku berdiri dan berdo’a sejak tadi. Kukatakan pada mereka engkau yang sejak tadi mendampingiku dan dekat dengan tempatku. Engkau amat menawan hatiku, tapi maaf tadi aku telah mengotorimu dan mengganggumu dengan suaraku. Aku berdoa pada mereka, berikanlah kasih dan sayangmu Tuhan, padaku dan pada hambamu yang telah mendidikku dengan rupa dan warnanya. Dari mereka aku bisa hidup lebih nyaman dan damai.
Kurasakan pelajaran indah pagi ini, jalinan hidup yang harus selalu dibina dan terus disempurnakan sebagai petunjuk bahwa kita ini tidak sempurna. Silaturrahim dengan makhluk Tuhan harus kontinyu dilakukan karena kasih-sayang harus terus berlangsung. Perbincangan harus terus dilakukan meski terkadang terjadi misunderstanding, kesalahpahaman. Jika perbincangan dan komunikasi terhenti berati kasih-sayang terputus dan kelasalahpahaman tetap berlanjut. Alhamdulillah. Engkau telah mendidikku setiap waktu.


Baturaden, 16 Pebruari 2008

Tidak ada komentar: