Minggu, 09 Maret 2008

Khutbah: Idul Fitri Kembali Ke Fitrah Anti Kekerasan

IDUL FITRI: KEMBALI KE FITRAH
ANTI KEKERASAN
Oleh. Muhammad Roqib


Berita kekerasan dengan rentetan masalah dan pengusutannya secara hukum telah memenuhi halaman-halaman media cetak dan mewarnai hampir setiap pemberitaan media elektronik kita. Bagi kebanyakan Muslin sepertinya sangat sukar untuk memahami mengapa kekerasan apalagi dengan ancaman korban sekian banyak orang tak berdosa dilakukan oleh orang yang di antaranya di kenal dengan nama Imam Samudra dan Amrazi. Kekagetan tersebut belum terhenti sampai di sini karena mereka terutama kedua nama tersebut adalah orang yang meiliki latarbelakang pendidikan agama yang dianggap cukup, minimal bagi masyarakat awam.
Yang hendak dikemukakan bukan untuk menelusuri mengapa Amrazi dan Imam Samudra melakukan itu semua, karena itu menjadi kewenangan pihak berwajib,, tetapi tulisan ini hendak menjawab pertanyaan mengapa ada orang –orang yang mau mengorbankan nyawa orang lain yang tidak berdosa (menurut standar umum) bahkan jika salah perhitungan adalah nyawanya sendiri. Sebuah pengorbanan yang membutuhkan banyak potensi dari kekutan fisik, keberanian, dan penalaran yang matang terkait dengan pengaturan strategi.
Manusia sebenarnya berjalan sesuai dengan keyakinan dan pandangan hidupnya. Apabila paradigma berfikirnya menuju kepada satu titik perjuangan tertentu yang diyakini sepenuh hati maka ia akan berusaha sekuat tenaga uuntuk merealisasikannya walaupun dengan resiko seberat apapun. Bagi sebagian orang yang telah “nyokot” keyakinannya dengan standar-standar tertentu maka nilai kebahagiaan baginya adalah tatkala ia menuju sukur-sukur dapat mencapai apa yang ia idam-idamkan. Starategi yang ia gunakan juga menggunakan standar keyakinannya. Apabila ia yakin bahwa untuk mencapai idealisme dan tujuah mulya tersebut harus mengorbankan orang maka ia tidak segan-segan untuk menghabisinya, atau memang syarat untuk mendapatkan tujuan tersebut seseorang harus menghilangkan nyawa orang lain.
Jika itu strategi yang digunakan maka benang merah dari prilaku “nekad” beberapa orang menjadi mudah dipahami. Untuk itu, bagaimana cara mengembalikan seseorang kepada dari jati dirinya agar santun dan cinta perdamaian.

Tidak ada komentar: